Neneng POV. “A….batal aja ya?. Malu a…” rengekku menjeda langkah a Iwan sebelum masuk area teras rumahnya. Gimana aku tidak malu, kalo langsung melihat penampakan bos besar pemilik perusahaan tempat aku bekerja sedang duduk santai dengan babeh a Iwan, juga pak Rafiq abang a Iwan, yang juga bos di perusahaan, ikutan duduk bersama. “Tadi udah tenang dan gak grogi, kenapa sekarang berubah lagi sih Neng?” keluh a Iwan. Aku meringis menatapnya yang akhirnya menghentikan langkahnya, karena aku memang menahan langkahnya setelah menatap ke arah teras. “Lihat dan dengar aku!!” pinta a Iwan setelah memegang lengan atasku dengan kedua tangannya dan menatapku. Aku menurut menatapnya dan diam mendengarkan. “Kamu orang baik, jadi gak ada alasan untuk kamu malu apalagi takut ketemu orang. Pasti or