Selamat malam. Ini adalah cerita lanjutandari AFFAIR versi GEA ya. Karena banyak banget yang minta khusus Gea. Jadi dipenuhi aja. Hehehe.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Yang di mana suasana kantin kampus sudah dipenuhi oleh orang-orang yang akan memanjakan perutnya setelah belajar hampir setengah hari. Termasuk Gea dan kawanannya yang mengisi kantin itu. Nampak juga beberapa temannya yang sudah memesan makanan terlebih dahulu.
"Gila ya tugas nggak kelar-kelar," keluh teman pria Gea yang langsung membanting bukunya di atas meja hingga membuat beberapa perempuan di sana langsung menatap pria itu dengan tatapan kesal. Saat mereka fokus makan, justru salah satu temannya membuat keributan yang membuat gaduh di kantin.
Gea yang mengaduk jusnya dengan sedotan hanya memerhatikan dan mendengarkan keluh kesah temannya itu. Meskipun banyak tugas, akan tetapi mereka tetap mengerjakan tugasnya dengan baik.
"Lo Gea nyantai banget? Lo nggak pernah ngeluh," celetuk Putri yang ikut setuju dengan Rangga, teman sekelas mereka.
Gadis itu mengangkat bahu dan menyedot minumannya terlebih dahulu kemudian menjauhkan gelas minuman itu dari hadapannya dan melirik satu persatu teman-temannya. "Lagian ya kalau kita ngeluh, yang ada tuh kita bakalan terus menderita. Coba deh jadi manusia itu nikmati apa yang harus dinikmati selama apa yang kita lakukan itu benar. Tugas kuliah itu bukan hal yang bisa dikeluhkan, toh kita juga bakalan gunakan ini nanti di dalam dunia kerja. Kita dilatih untuk disiplin dan ngerjain tugas dengan baik. Itu artinya kita mampu nggak selesaikan semuanya,"
"Oh, itu karena kakak lo kan direktur. Lo nggak perlu capek-capek nyari kerja seperti kami semua nantinya," keenam sahabatnya itu langsung mengangguk berbarengan. Ada juga yang fokus menyantap makanannya. Ada pula yang sedang mengisi TTS akan tetapi tetap mendengarkan ucapan Gea.
"Besok kalau kita dikasih tugas kelompok. Awas aja ya kalau lo sampai ngeluh, kita serahin semuanya ke lo," kali ini Serli tak ingin kalah dengan teman-teman yang lain dalam memojokkan Gea.
Siapa yang tak kenal dengan Anggea Syahira adik tunggal dari Reno yang berbeda dari kakaknya yang terlihat begitu gaul. Berbeda dengan gadis yang satu itu terlalu polos dan tidak pernah bergaul macam-macam dengan teman-temannya yang aneh. Seperti halnya dengan Daffa, yang hampir setiap malam selalu saja mabuk-mabukan. Bahkan teman perempuan Gea selalu ikut. Akan tetapi gadis itu tahu mana yang harus diikuti dari teman-temannya. Meski tahu temannya seperti itu. Dia tidak pernah berniat menjauhi temannya hanya karena kelakuannya buruk. Kesalahan yang dilakukan manusia adalah urusannya dengan Tuhan. Sebagai manusia kita tidak boleh terlalu menghakimi dan menTuhankan diri untuk mengajarkan manusia lainnya. Barangkali ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan diri sendiri hingga menjadikan keburukan itu pelariannya.
Gea sendiri sadar bahwa porsinya dalam ikut campur pada kehidupan teman-temannya ada batasnya. Tidak mungkin dia mejadi manusia yang paling baik dan bersih dari dosa. Karena dia tahu bahwa ada beberapa orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Ada pula manusia yang terlihat b******n setiap harinya. Akan tetapi kita tidak tahu bagaimana dia begitu mendekatkan diri kepada Tuhan untuk meminta ampun dari apa yang pernah diperbuatnya. Semua itu ada batasnya untuk ikut campur dalam kehidupan orang lain.
Jika di lihat dari kesehariannya dan juga tata bahasa yang digunakan oleh Daffa, memang kasar. Bahkan jarang sekali pria itu bisa berkata dengan baik. Setiap ucapan pasti ada kata kasar yang dikeluarkannya. Akan tetapi, mereka semua tetaplah teman satu sama lain yang membutuhkan satu sama lain. Sehebat-hebatnya manusia, pasti membutuhkan orang lain untuk membantunya.
"Lagian lo pada, kalau ngerjain tugas ya ngerjain aja. Jangan terlalu banyak ngeluh, yang ada semakin lo pada ngeluh, makin berat banget rasanya," timpal Daffa.
"Seenggaknya jangan sampai banyak gini lah tugasnya. Toh kita juga kan capek, emangnya kita nggak boleh istirahat?" Serli tetap ikut menimpali. Dia ingat betapa ketusnya temannya yang satu ini dan tidak mungkin bisa diajak bekerjasama.
"Ya lo ngeluh aja. Lagian kalau lo ngeluh nggak bakalan bisa kelarin tugas lo,"
"Lo sok bijak banget. Lo urus aja diri lo sendiri yang tiap hari lakuin dosa,"
"Serli, udah!" tegur Gea.
"Lo sok suci banget ya. Lagian lo juga punya barang-barang mewah itu karena siapa? Lo nggak mungkin kan dapat gitu aja dari orang tua lo. Orang tua lo nguliahin lo itu kerja pontang panting di sana, dan di sini lo gaya-gayaan dengan penampilan lo yang sok kaya. Jangan-jangan lo simpanan om-om," Daffa tidak bisa menahan emosinya jika ada orang lain yang ikut campur mengenai masalahnya. Pasalnya, dia tidak pernah mencampuri kehidupan orang lain. Berusaha menjadi penengah saat temannya mengeluh.
"Daff, lo nggak usah ngomong gitu juga kali," tegur Fian saat dia begitu kasar kepada Serli.
"Tahu apa dia tentang kehidupan gue? Ingat ya, kita tuh cuman kenal di kampus ini. Dan syukur-syukur gue mau temenan sama lo pada,"
Pria itu langsung mengambil tasnya dan pergi dari mereka yang tengah berkumpul di kantin barusan. Kejadian ini bukan satu atau dua kali terjadi. Pertengkaran antara Daffa dan juga Serli sudah seringkali terjadi. Akan tetapi mereka berusaha untuk mendamaikannya.
"Serli juga nggak boleh ngomong gitu sama, Daffa. Toh kita tahu sendiri kan kalau dia itu emang kayak gitu. Lagian, walaupun dia mabuk-mabukan tiap malam. Belum tentu kita yang ngerasa lebih baik justru paling baik dihadapan Tuhan. Siapa tahu kita yang ngerasa bersih dihadapan manusia adalah orang yang paling hina dihadapan Tuhan karena terlalu menghakimi dosa orang lain," Putri tidak ingin jika pertemanan mereka justru hancur hanya karena masalah Serli dan Daffa.
"Gila emang lo Ser, lo nggak bisa jaga perasaan orang. Lagian kita sama-sama tahu dan sering nemenin dia mabuk. Kita nggak tahu kan dia sampai kayak gitu karena apa," kali ini Rangga ikut menimpali Serli yang sudah keterlaluan tadi memancing emosi Daffa.
"Kok lo semua nyalahin gue?"
"Sebenarnya kita nggak nyalahin lo ataupun nyalahin Daffa. Cuman kalau lo terus ngomongnya tanpa dijaga gitu, gue nggak yakin kita bakalan bisa akur. Lo sendiri tahu kalau Daffa begitu karena ada sesuatu yang nggak pernah dia ceritakan sama kita," Rangga tak ingin memperpanjang masalah itu. Memang dirinya yang barusan lebih dulu memancing pembicaraan itu dan membuat kegaduhan seperti tadi.
"Bangke emang kalian semua," Serli beranjak dari sana.
"Serli, lo kenapa sih paling keras kepala?" keluh Rangga.
"Karena gue nggak suka kalau kehidupan pribadi gue lo pada ikut campuri,"
Rangga berdiri dari sana. "Bukan gue ataupun yang lainnya yang ikut campur. Tapi lo yang nggak bisa hargai kehidupan orang lain." Rangga pun meninggalkan mereka semua.