Dalam surat dokter terlampir tiga hari ia diharuskan beristirahat. Tapi sebagai seorang pekerja keras dan tak bisa diam di rumah begitu saja, Marta sudah kembali bekerja di hari ketiga. Hari di mana seharusnya ia masih diminta untuk beristirahat. “Lho? Ibu sudah masuk?” tanya Bujang yang cukup terkejut mendapati Marta sudah duduk manis di mejanya. Seperti biasanya, selepas absen di lantai dua, Bujang lebih suka menaiki tangga. Sekaligus bertegus sapa pada staff yang ada. “Sudah, Pak.” Marta tersenyum, matanya yang semula menatap Bujang dengan kagum, mulai beralih dengan barang bawaan Bujang. Helm dan jaket sepertinya sudah menjadi kebiasaan baru sang bos tersampir di tangannya. “Sekarang selalu naik motor, ya, Pak.” Bujang mesem saja. “Pakai mobil kami bisa telat, Bu.” Kata ‘kami’ yan