Kepulangan Mayra
Pagi itu membuat Ny.Sekar Wijaya menjerit histeris ketika melihat anak perempuannya Nayra Wijaya tergeletak tak sadarkan diri disebelah nakas dengan pil tidur yang berserakan, Sang ayah Haikal Wijaya sama histeris nya, Mereka langsung membawa Nayra ke rumah sakit sayangnya Nayra koma, Pil tidur yang begitu banyak ditelan membuatnya overdosis.
"Halo? Mayra mama ada kabar buruk nak, kakak mu masuk rumah sakit dia koma sayang."
"Kenapa ma, apa yg terjadi? kenapa kak Nayra bisa koma? "
"Kamu kembali saja segera nak mama takut kita gak akan bisa bersama kakak mu lagi."
Mayra yg ketakutan segera mengurus kepulangan nya ke Indonesia, pada dasarnya dia sudah selesai sidang tinggal menunggu nilai nya keluar tapi karena permasalahan ini dia segera kembali tanpa berfikir panjang.
***
Sesampainya di bandara Mayra yang terus meneteskan air mata bahkan tidak sadar sudah sampai di rumah sakit.
"Ma, Pa, Apa yg terjadi? "
"Mayra kakakmu koma, Dia menelan pil tidur yang sangat banyak."
Mama yang menangis terisak membuat Mayra menjatuhkan tubuhnya, Dia tidak menyangka kakaknya yang begitu ceria melakukan hal buruk.
"Tapi kenapa Ma, Apa penyebabnya? Kenapa dia sampai nekat begitu? "
Tiba tiba saja sang ayah muncul dan melemparkan secarik kertas.
"Gadis bodoh itu, hanya karna putus cinta melakukan hal gila, Bahkan karna pria b******k itu dia rela menjadi staff accounting biasa, permintaan papa saja dia abaikan agar melanjutkan perusahaan kita, akhirnya nasib malang menimpanya seperti ini."
Haikal yg begitu marah bahkan tidak memperdulikan orang di sekitarnya.
Mayra yg penasaran langsung membaca surat itu.
"Dia mengabaikan ku lagi dan lagi, Sampai kapan aku harus berjuang sudah enam tahun aku berusaha, apa kurang nya aku Vano, aku lebih baik mati daripada hidup tapi selalu kau abaikan."
Mayra yang kaget tidak menyangka kakaknya si paling ceria melakukan hal bodoh, ambisi nya yang terlalu besar menjadi bumerang untuknya.
"Tenang pa, Mama yakin ada alasan lain kenapa Nayra melakukan ini, sejak dulu keinginannya selalu kita penuhi, ini pasti karna kesalahan kita Pa terlalu memanjakan Nayra,"
"Sudahlah Ma, Papa yakin si vano b******k itu pasti melakukan sesuatu yang buruk pada Nayra, mana mungkin dia melakukan hal ini, papa yakin anak itu adalah dalangnya, papa pastikan dia akan menerima akibatnya, tidak peduli siapa keluarganya, papa akan menghancurkannya,"
"Cukup Ma, Pa, Kita harus tenang, Kak Nayra pasti sadar dan akan kembali pada kita, Mayra akan mencari tau apa penyebab ini semua, Mayra janji Mayra akan membuat siapapun yang membuat kak Nayra seperti ini harus membayar nya, Mayra harus bertemu dengan kak Sella dia pasti tau semua nya lagipula kak sella satu kantor dengan kak Nayra kan, Mayra pergi dulu Ma,Pa,"
Sekar berusaha menghentikan Mayra tetapi langkahnya yang lemah membuat nya terjatuh lagi, Haikal yang masih emosi dan membara berusaha merangkul sang istri dan membantunya duduk di kursi tempat keluarga pasien menunggu.
Di mobil Mayra bertanya pada supir keluarga mereka pak toyo dimana kantor kakaknya, Pak toyo langsung segera membawanya ke sana, Sesampainya di sana Mayra langsung bertanya kepada receptionist dimana ruangan sella staf HRD dikantor tersebut, sayang nya receptionist itu menyuruh Mayra untuk menunggu di kursi tamu karna sebentar lagi jam istirahat, Mungkin receptionist itu berpikir bahwa Mayra pasti adik sella yang ingin minta uang melihat pakaian Mayra yang sangat tidak formal, Mayra hanya menggunakan kaos oblong dengan rok mini nya yg dipadukan dengan sepatu kets nya, padahal Mayra sudah berusia 23 tahun tetapi penampilannya memang seperti anak SMA, tapi siapa sangka Mayra sangat dewasa dan mandiri sangat berbeda dengan kakaknya Nayra yang sudah berusia 25 tahun masih sangat manja dan kekanakan.
"Sebaiknya aku cari sendiri saja, daripada menunggu disini, aku harus segera bertemu kak Sella, "
Melihat lift yang terbuka Mayra berlari saja masuk tanpa memikirkan apapun bahkan receptionist tersebut tidak sadar kalau Mayra sudah di dalam lift.
Karena begitu terburu buru Mayra tidak sadar sudah menginjak kaki seseorang.
"Maaf nona anda menginjak kaki saya! "
"Maaf maaf Pak eh abang aduh maaf saya terburu buru tadi,"
Tiba tiba saja anton tertawa terbahak bahak melihat wajah Vano yang kesakitan.
"Kamu ini asal masuk ke lift khusus malah menginjak kaki orang lagi."Anton kembali tertawa.
Anton adalah sahabat Vano sejak kuliah sekaligus menjadi sekretaris nya sekarang, Yah Vano bahkan tidak ingin wanita menjadi sekretaris nya, entah apa penyebabnya.
"Jadi ini lift khusus ya, maaf sebelumnya saya tidak tahu," Mayra menggaruk kepalanya.
Anton yang sudah berhenti tertawa pun bertanya.
"Kamu ini mau kemana, Ada perlu apa ke kantor ini menggunakan baju seperti ini, Kamu bolos sekolah ya? "
"Tidak pak saya ini mau ketemu kakak saya staff HRD, ada urusan yang sangat penting, Kalo boleh tahu lantai berapa ya? "
Tiba tiba saja Vano berdehem.
"Sebaiknya kamu menunggu di kursi tamu, jangan sembarangan masuk kantor saya,"
Vano yang sudah balik mode es nya bicara tanpa melihat Mayra.
"Sombong amat sih pak, kalo ini kantor bapak, tanah tempat kantor ini berdiri punya kakek saya, lagian kalo bicara itu lihat orang nya jangan kek gitu, dingin amat saya kan tanya baik baik,"
"Sudah sudah jangan bertengkar, malu Van kalo ada staff kantor yang melihat, nanti dilantai tiga puluh ruangan staff HRD kamu boleh kesana, setelah urusan kamu selesai langsung pulang ya," Anton berusaha menyudahi pertengkaran mereka.
"Baik la, Terima kasih Pak." Mayra pun akhirnya tenang sedangkan Vano tetap mode cuek bahkan dia tidak sekalipun melihat ke wajah cantik Mayra.
Akhirnya sudah tiba di lantai tiga puluh, pintu lift segera terbuka dan akhirnya Mayra bergegas keluar tapi sebelum keluar dia yang masih emosi menginjak kembali kaki Vano dan menjulurkan lidahnya ke arah Vano, disaat itu juga Vano yang marah melihat ke arah wajah Mayra sayangnya pintu lift tertutup.
"Dasar bocah! " Vano berdehem sambil membersihkan sepatu nya yang di injak oleh Mayra.
Sedang kan anton hanya tertawa.
"Bocah sih tapi cantik banget van, mau banget gue jadiin pacar tuh bocah," Anton pun terkekeh.
Vano hanya diam dan berusaha tenang padahal jantung nya juga tidak tenang, baru kali ini ada wanita yang berani kontak fisik dengan sengaja padanya.