Ch. 1
Di sebuah kamar sederhana yang menyatu dengan sejumlah barang tak terpakai, seorang gadis tengah dipaksa mengenakan pakaian seksi yang memperlihatkan bagian d*da dan pahanya yang putih dan mulus oleh ibu dan kakak tirinya.
Gadis itu enggan memakai gaun berbelahan d*da rendah tersebut. Ia tak terbiasa, jadi bagaimana bisa sang ibu tiri memaksanya.
"Cepat pakai, Kinan! Apakah kamu ingin aku menggunakan cara kasar supaya kamu memakai pakaian ini, heuh!" Kakak tirinya yang seorang perempuan dengan dandanan menor melotot padanya dengan ucapan yang begitu kasar.
"Aku tidak mau! Untuk apa aku melakukan hal ini?" Dengan sama kerasnya gadis bernama Kinan itu terus menolak.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi kirinya. Sang ibu tiri dengan kedua mata melotot masih terlihat tangan kanannya mengapung di udara.
"Ibu bisa melakukan hal yang lebih dari ini, Kinan. Cepat pakai!"
Dengan tangan menyentuh pipinya yang terasa panas, Kinan terus dipaksa menanggalkan pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan berganti dengan pakaian yang sudah kedua wanita itu siapkan.
Kedua matanya memerah, lelehan air mata perlahan mulai keluar dari sudut matanya.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil, Kinan. Ibu tidak akan merasa iba hanya dengan melihat air matamu itu!" Dengan begitu kejam wanita paruh baya itu menyeringai jahat menatap putri mendiang suaminya itu.
Setelah selesai berganti pakaian, Kinan ditarik paksa untuk masuk ke dalam mobil dan tak tahu akan dibawa ke mana dirinya oleh ibu dan kakak tirinya.
"Kalian mau membawaku ke mana dengan pakaian ini?" tanya Kinan takut sebab pikiran negatif sudah mulai hadir di dalam pikirannya.
"Kamu diam saja menurut. Jangan banyak tanya dan banyak tingkah!" seru Tiara kakak tirinya yang fokus menyetir mobil.
Mobil sedan peninggalan Tuan Sandi, ayah Kinan, membelah gelapnya malam di jalan raya itu dengan lalu lalang kendaraan yang masih berseliweran.
Setengah jam kemudian mobil mulai memasuki sebuah palang pintu gerbang, di sebuah pemukiman padat penduduk.
Kinan melihat ke luar jendela mobil dan mengedarkan pandangannya. Ia berusaha mengingat jalan yang tadi dimasuki oleh mobil yang Tiara kendarai.
"Tempat apa ini? Kenapa aku baru melihat daerah ini?" batin Kinan begitu mobil semakin masuk ke gang besar, yang ternyata banyak orang berdiri di pinggirannya. Dari lelaki bertampang preman atau para wanita yang cekakak cekikik mengobrol dengan lelaki tersebut.
Tak lama kemudian mobil pun berhenti, berjejer dengan mobil mewah lain yang ternyata sudah rapi terparkir di sepanjang gang besar tersebut.
"Ayo keluar!" hardik Ny. Bella dengan menarik lengan Kinan.
Gadis itu bergeming. Ketakutan tiba-tiba muncul di dalam jiwanya, manakala melihat orang-orang yang berada di tempat tersebut.
Para lelaki yang berkumpul di beberapa titik, ada yang hanya pesta minum-minuman ada juga yang duduk dengan memangku wanita yang berpakaian seksi seperti dirinya. Bahkan hal yang membuat Kinan jijik melihatnya adalah adegan mesra yang tanpa malu mereka lakukan.
Tentu saja pemandangan itu membuat Kinan berpikiran negatif. Tempat apa yang sebenarnya mereka kini kunjungi.
Ny. Bella dan Tiara menarik paksa Kinan yang masih saja bergeming di pinggir pintu mobil.
"Kita mau ke mana?" tanya Kinan yang masih tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Aku sudah bilang jangan banyak tanya!" hardik Tiara lagi.
Kinan diseret oleh Tiara hingga mereka kini memasuki sebuah bangunan sederhana dengan aroma aneh yang menyeruak ke dalam hidung.
Sebenarnya tubuh Tiara tak lebih besar darinya, hanya saja emosi yang begitu meluap mampu membuat Tiara melakukan hal kasar pada adik tirinya tersebut.
"Wow, wow, apakah ini perempuan yang kalian janjikan itu?" suara seorang lelaki dengan tampang lumayan dengan pakaiannya yang rapi khas seorang eksekutif muda berdiri dengan senyum sinis.
Kinan tiba-tiba mengkerut ketika mendengar ucapan lelaki itu yang menurut Kinan mengandung arti sesuatu.
"Iya, Tuan Rei. Ini adalah adik saya. Ia yang kemarin saya dan Ibu janjikan pada Anda untuk diserahkan pada Madam Sesil. Bagaimana, apakah kami bisa menerima uang sesuai dengan yang kalian janjikan?" ucap Tiara dengan senyum mengembang di wajahnya.
"Kita lihat hasilnya nanti. Apakah ia masih perawan?" tanya lelaki bernama Rei tersebut sembari memindai tubuh Kinan yang kini berusaha menutupi beberapa bagian tubuhnya yang terbuka.
"Kami sudah bilang ia masih perawan. Apakah Anda tidak percaya Tuan?" ungkap Ny. Bella dengan tangan yang kini mengangkat dagu putri tirinya tersebut, yang kemudian Kinan tepis dengan memalingkan wajahnya.
"Haha, sepertinya gadis ini menarik. Baiklah, serahkan ia pada kami. Kalian bisa melihat acara ini sampai selesai dan kalian bisa menerima uangnya setelah gadis ini laku tentunya." Seringai tawa jahat menghiasi bibir Rei.
Kemudian ia memerintahkan dua lelaki bertubuh besar yang berdiri di belakangnya untuk membawa Kinan ke dalam sebuah ruangan.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Kalian mau bawa ke mana aku?" Teriakan demi teriakan keluar dari mulut Kinan ketika tangannya ditarik oleh lelaki bertubuh besar itu ke dalam ruangan kecil dengan penerangan remang.
Kinan baru sadar, di dalam ruangan itu ternyata ia tidak sendiri, ia bersama beberapa perempuan lain yang mengenakan pakaian yang sama dengannya. Seksi dan terbuka di beberapa bagian. Perbedaannya, semua perempuan itu memakai topeng di wajahnya. Hanya ia sendiri yang tidak memakai topeng seperti perempuan-perempuan itu.
Namun, belum hilang keheranannya, seorang lelaki yang membawanya tadi memberikan sebuah topeng untuk ia kenakan.
"Pakai!" teriaknya.
Dengan tangan gemetar Kinan menuruti perintah lelaki itu. Ia mencoba untuk menurut hingga ia tahu tempat apa sebenarnya yang saat ini tengah ia berdiri di tempatnya.
Tak lama kemudian, satu per satu perempuan yang ada di dalam ruangan itu dipanggil. Seorang lelaki bertubuh besar dengan pakaian kaos ketat yang memperlihatkan lekukan di lengan dan ototnya, menarik perempuan-perempuan itu ke dalam sebuah ruangan lain.
Dengan harap cemas Kinan menunggu. Ke manakah mereka akan dibawa? Lalu, kenapa para perempuan itu tak lagi muncul ketika perempuan berikutnya dibawa?
Hingga akhirnya giliran Kinan tiba. Ia adalah perempuan terakhir yang dipanggil dan dibawa oleh lelaki itu.
"Nah, Tuan-Tuan yang masih bertahan di tempat ini, seperti biasa bagian akhir adalah bagian yang ditunggu-tunggu." Suara seorang wanita berusia sekitar empat puluhan ke atas dengan pakaiannya yang sangat seksi memperlihatkan belahan d*danya yang sepertinya ingin meloncat keluar sebab gaun yang dipakainya tak cukup mewadahi bagian bulat tubuhnya yang masih terlihat segar tersebut.
"Masih perawan, tinggi seratus tujuh puluh senti dengan berat badan lima puluh, rambut panjang hitam dengan tubuh yang Tuan bisa lihat sendiri, begitu kencang dan muda. Putih dan mulus dengan lekukan di beberapa bagian tubuhnya yang, waw, aku yakin kalian tidak akan rugi jika mendapatkannya dan menemani kalian di atas ranjang."
Wanita itu siapa? batin Kinan. Mengapa ia bisa tahu mengenai dirinya? Apakah ia adalah Madam Sesil yang tadi Tiara sebut? Jadi, apakah Tiara juga yang memberi tahu mengenai dirinya?
Pertanyaan-pertanyaan itu mulai berseliweran di telinga Kinan seiring nominal angka yang mulai disebut oleh para lelaki bertopeng, yang duduk di bawah panggung dengan angka-angka di tangannya.
"Lima puluh juta!"
"Seratus lima puluh juta!"
Angka-angka itu terus meninggi. Para lelaki itu seolah berebutan dengan jumlah angka yang saling bersahutan.
Kinan sepertinya sudah mulai mengerti situasi yang saat ini ia hadapi. Ia tengah dilelang.
Ya, Tiara dan Ny. Bella, ibu dan kakak tirinya sengaja membawanya ke tempat itu untuk dijual.
"Tuhan! Bagaimana ini? Aku harus pergi dari tempat ini. Bantu aku Tuhan!" Doa Kinan di dalam hati.
"Satu milyar!"
Deg!
Angka yang sangat fantastis terucap dari mulut lelaki bertubuh tambun dengan seringai jahat di bibirnya. Meski wajahnya tertutup topeng, tapi seringai itu masih bisa Kinan lihat di sana.
Mendadak ia bergidik ngeri. Apakah angka tadi adalah harga untuk mendapatkan dirinya?
"Baiklah, apakah tidak ada lagi? Apakah satu milyar adalah angka yang harus aku tutup malam ini?"
Kasak kusuk mulai terdengar. Kinan juga melihat di ujung bagian bangku belakang, ibu dan kakak tirinya begitu bahagia dengan binaran mata yang sangat jelas terlihat.
"Baiklah, sepertinya malam ini harga untuk bintang kita malam ini adalah satu milyar! Waw! Harga yang sangat fantastis. Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Tuan semua yang ada di dalam ruangan ini. Bagi yang tidak mendapatkan gadis yang kalian inginkan, seperti biasa Madam Sesil selalu memiliki stok gadis yang siap menemani malam-malam dingin kalian. Kalian bisa bertransaksi dengan bantuan anak buahku di luar sana."
Kinan sudah tak tahu lagi keadaan di sekitarnya. Kepalanya mulai terasa pusing ketika ia dibawa paksa oleh dua orang lelaki tadi ke luar ruangan.
Wanita bernama Madam Sesil tadi tertawa senang ketika berhadapan dengan Kinan.
"Baiklah Tuan Anggoro, gadis ini sudah resmi menjadi milik Anda," ucap wanita itu pada lelaki paruh baya yang saat ini tersenyum penuh kemenangan.
Kinan yang ketakutan berusaha memberontak.
"Kalian mau bawa ke mana aku? Ibu, Tiara, tolong aku. Kalian tidak bisa berbuat seperti ini padaku!" teriak Kinan yang dibawa paksa oleh pengawal lelaki paruh baya yang sudah berhasil membelinya.
Kinan diseret untuk masuk ke dalam mobil. "Masuk!" teriak pengawal itu pada Kinan.
Di dalam mobil sudah ada lelaki yang sudah membelinya itu. Tertawa sangat puas dengan tetesan air mata yang mulai menetes di sudut matanya.
"Hahaha! Sudah menyerahlah, Nona. Kamu sudah menjadi milikku!" ucap lelaki itu sembari menyentuh rambut Kinan dan menciumnya.
"Tidak! Aku bukan milik siapa-siapa!" teriak Kinan tak mau kalah.
Kinan memposisikan tubuhnya lebih ke arah pintu mobil sebab ia tak ingin dekat-dekat dengan lelaki bertubuh tambun tersebut. Ia takut, takut akan kejadian apa yang akan menimpa dirinya.
Daripada berkutat akan hal yang membuatnya stres, Kinan memilih berpikir, bagaimana caranya ia bisa terbebas dari cengkraman lelaki paruh baya di sampingnya itu.
Ketika di depan ada lampu merah, Kinan seolah memiliki ide. Sepertinya ia harus dengan cepat melakukan hal itu jika tak ingin menjadi mangsa lelaki yang sudah membelinya tersebut.
Mobil pun berhenti, dan dengan cepat Kinan menekan tombol kunci mobil dan dengan cepat ia keluar dari dalam mobil dan bergegas lari.
"Kejar perempuan sialan itu!" teriak Anggoro pada dua pengawalnya.
Tak ingin menghiraukan apa yang terjadi di belakang, Kinan terus berlari.
"Tuhan! Tolong hamba-Mu ini!" Kinan terus berlari sembari berdoa. Ia tak peduli dengan kakinya yang telanjang yang bisa dipastikan lecet di beberapa bagian.
Ya, demi bisa lari dengan cepat, Kinan melepaskan sendal yang sebelumnya ia pakai. Kini meski terasa panas di bawah kakinya, Kinan seolah tak peduli. Gadis itu terus berlari dan berlari dari kejaran para pengawal Anggoro.
Hingga sebuah kejadian yang tidak Kinan perhitungkan terjadi. Sebuah mobil yang sedang melaju di jalan raya, mengerem mendadak ketika melihat Kinan berlari hendak menyeberang jalan.
Tak bisa mengontrol kecepatan sebab Kinan yang tiba-tiba hadir di tengah jalan, mobil itu sedikit menabrak tubuh Kinan dan mengakibatkan gadis itu terjatuh.
Bugh!
Kinan terjatuh dengan mengeluarkan rintihan suara akibat rasa sakit dan perih di beberapa bagian tubuhnya.
"Hei, Nona! Apakah kamu baik-baik saja?" Pengendara itu keluar dari dalam mobil sport-nya. Ia bergegas mendekat ke arah Kinan yang sudah tergeletak tak berdaya.
Lelaki itu kemudian mengangkat tubuh Kinan dan memasukannya ke dalam mobil.
"Tolong jangan bawa saya ke rumah sakit. Para pria itu akan dengan mudah menemukan saya di sana!" Setelah mengatakan itu Kinan pun pingsan.
Lantas, apakah yang terjadi pada Kinan? Siapakah lelaki yang sudah menabrak Kinan yang otomatis juga menolongnya dari kejaran dua pengawal Anggoro?
***
"Hai, ketemu lagi sama aku penulis keceh badai. Aku hadir dengan cerita baruku, yang merupakan sequel dari cerita PECINTA WANITA."
"Aku tunggu komentar kalian yah, teman, mengenai bab awal cerita ini!"
***