When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Aku capek jadi jompo!” Kata Gabina bangkit dari kursi roda sembari menarik suaminya untuk ikut bangkit juga. “Jika tidak seperti ini aku akan membuat perhitungan, selain tidak izin suami keluar rumah kamu juga nggak memikirkan ucapan dokter tentang kehamilanmu.” Gabina lantas tersenyum sangat lebar. “Sebenarnya tidak perlu berlebihan, membuatku seperti ini. Kamu tahu dulu ibuku masih mengayuh sepeda bahkan pergi ke kebun saat mengandung.” “Ibumu tidak terpeleset.” “Ta-tapi...” “Tapi kamu iya.” “Ya bukan itu juga mas, wanita-wanita hamil itu nggak boleh juga cuma bersantai, nggak beraktivitas.” “Keras kepala, wanita-wanita hamil itu tidak terpeleset dan masuk rumah sakit. Nggak ada larang jika semuanya baik-baik aja.” Bibir Gabina lalu maju beberapa centi, “Iya-iya maaf. Ah