When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Mereka tidak akan bisa menjual lahan itu, Mei.” Rudi berkata dengan penuh keyakinan pada istrinya. Meisya melihat sang suami meski pandangannya tertekuk. Dalam hatinya ia sangsi dengan perkataan Rudi. “Aku tak mau menemui mereka.” Meisya benar-benar tak ingin stres usai melahirkan. Ting nong ting nong. Ckleeeek “Mei …!” Terdengar suara teriakan usai membuka pintu. Hal ini benar-benar membuat Rudi geleng-geleng kepala dan menghela napas dengan kasar. Meisya mendongak menatap pada Rudi. “Biar aku yang menemui mereka.” Rudi memang tidak paham kedudukan Meisya sebagai pemilik lahan tersebut secara hukum. Namun dari yang baru saja ia pahami pagi ini adalah bahwa, seseorang yang menguasai lahan tersebut ingin memberikannya pada Meisya untuk dikelola dan dimiliki secara penuh, sementar