When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Rambutnya agak keriting, tubuhnya tinggi namun perutnya agak besar. Kulitnya kekuningan dan wajahnya sekilas mirip Byakta. Hanya saja rambut dari Byakta lurus dan panjang, lalu sering terikat. Sementara Purnomo, justru berpenampilan lebih tua dari mereka dengan kepala setengah botaknya. Dengan kemiripan yang minim dari wajah mereka, Rudi bahkan tak bisa membedakannya. Pria bernama Banyu itu pun turun. Dia menemui Rudi dan di tangannya ada sebotol anggur. Melihat pistol yang ditodong oleh Rudi, dia mengangkat kedua tangannya termasuk botol anggur di tangan kirinya. “Tak perlu dengan senjata, ini bisa kita negosiasi, yuk, nikmati anggur terlebih dahulu.” Berusaha tak terpengaruh, Rudi tetap menodongkan pistolnya. Baginya, tak ada negosiasi pada orang yang sudah melakukan percobaan pembunu