“Sayang ….” Rudi mengecup bagian belakang telinga istrinya. Hening, tak ada jawaban. Meski bulu kuduk meremang, namun bibir tetap tak bersuara. Hanya pundak yang menggeliat, menandakan penolakan. Napas terhembus dengan kasar dari Rudi. Pria itu menebak-nebak sedari tadi, apa yang membuat istrinya itu cemberut sejak di rumah nenek Darwati. Meisya pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah Raden tertidur di ranjangnya sendiri. Mereka tadi langsung memutuskan untuk pulang, setelah usai makan malam dan menolak untuk menginap. Terlihat sekali oleh Rudi jika sang istri itu tak nyaman karena kehadiran sepupunya. “Kamu kesal karena Cherika, ya?” tanya Rudi seusai Meisya keluar dari kamar mandi. “Bukan gitu, Rud ….” Meisya menyangkal. “Lantas kenapa? Sekarang kamu jadi cember