Bagian 1

1746 Words
Lelaki yang berhasil merenggut kesucian seorang primadona dan menanam benih dalam rahim bidadari tersebut. Antara untung dan buntung, senang dan malang, Rudi pun menjadi menantu di keluarga Satya Wijaya. Karena pria itu telah menghamili putri cantik dari keluarga tersebut, Meisya Yohanna Ardilla. Sebuah keluarga yang cukup terpandang di Jakarta. Columbia University, bukanlah universitas yang tergolong mudah dalam menerima mahasiswa. Setiap tahunnya, universitas tersebut menghasilkan lulusan yang begitu elit dan tak perlu lagi diragukan kredibilitasnya. Mahasiswa yang berhasil diterima belajar di sana, sudah dapat dipastikan kecerdasannya dan masa depan yang cemerlang sudah jelas menantinya. Begitulah pandangan orang lain untuk istri dari seorang Rudi Prameswara, sebelum wanita itu menikah dengannya. Didukung dengan kecantikannya bak bidadari yang turun dari langit, membuat Meisya ini menjadi salah satu jajaran wanita kelas atas di Jakarta yang patut untuk dijadikan rebutan oleh pria mapan dan tampan. Para lelaki banyak yang memandangnya terlalu tinggi bahkan merasa silau karena kelebihan dari seorang Meisya. Seorang artis papan atas di tanah air pun pernah dibuat minder karenanya. Namun siapa sangka, jika kecantikan Meisya menjadi petaka. Suatu malam, dirinya dijebak oleh seorang lelaki ketika malam reuni. Meisya dicekoki banyak minuman beralkohol, hingga membuat ia melakukan malam panas dengan sembarang pria di club tersebut. Hal yang juga sama sekali tak Rudi inginkan, yakni menghamili seorang wanita di luar ikatan suci. Sempat ingin menggugurkan janin tersebut, namun sang kakek melarang Meisya agar tak melakukan itu. Lagipula, Rudi pun berlapang d**a untuk menikahi wanita tersebut meski dengan keadaan ekonominya yang pas-pasan. Walau kenyataannya, sang wanita menolak Rudi mentah-mentah, hanya karena Rudi adalah seorang pria miskin yang tak bergelimang harta dan tak dijunjung oleh tahta. Sang kakek mati-matian untuk meminta Meisya agar menerima Rudi sebagai suaminya dengan lapang d**a. Hal itu dikarenakan kakek menilai Rudi adalah pria yang baik. Tapi … Rudi tetap harus menerima pil pahit, karena Meisya dan seluruh keluarga istrinya menyangsikan perkataan kakeknya. Apalagi, dua bulan setelah pernikahan Rudi dan Meisya, sang kakek meninggal dunia. Rudi dinilai tidak memberi nafkah yang cukup untuk Meisya, meski seluruh gaji Rudi sebagai pengantar paket dalam satu bulan diberikan untuk kebutuhan Meisya selama satu yang hanya cukup dalam satu minggu. Rudi dianggap sebagai ‘Pembawa Sial’ di kehidupan Meisya. Bahkan Rudi sering diejek oleh sepupu Meisya, karena Rudi sama sekali belum pernah membawa istrinya untuk memeriksakan kandungannya pada dokter kandungan. Meisya hanya memeriksa kandungannya pada posyandu gratis, itu juga jika Meisya berkenan. “Wanita yang menjadi rebutan laki-laki kini hanya menjadi istri dari laki-laki tak berguna yang bahkan tidak bisa membawa istrinya pergi ke dokter kandungan?” ejek sepupu Meisya yang sudah berulang kali ia dengar. Sebenarnya, Meisya sendiri bukannya tidak ada uang untuk pergi ke dokter. Jika menggunakan uang pribadinya, mungkin Meisya bisa periksa kandungan ke dokter yang paling mahal di Indonesia sekalipun. Namun Meisya tak sudi melakukannya, karena anak yang ada dalam kandungannya sama sekali tak diinginkannya. Ia bahkan berharap anaknya mati saja di dalam perutnya, namun sayang janin itu masih tumbuh dengan kuat hingga saat ini. “Setelah anak ini lahir, kau yang merawatnya! Dan aku ingin bercerai,” tuntut Meisya pada suaminya itu. Rudi hanya tersenyum tak membalas perkataan ketus dari Meisya. Hal ini juga menambah poin ketidaksukaan Meisya pada Rudi, karena Rudi tidak pernah membalas perkataannya. Harapan Meisya adalah mereka bertengkar hebat, hingga Rudi merasa muak padanya dan mereka bercerai. Namun, lagi-lagi yang diinginkan Meisya tidak terjadi. Ayah Meisya adalah seorang general manager di sebuah perusahaan Elit di Indonesia. Yakni, Indo Prameswara fast food. Di mana perusahaan ini adalah milik Indo Prameswara Business Corporation, yang sepenuhnya dikendalikan oleh keluarga Prameswara, keluarga yang terkaya se-ASIA. Dengan posisi tinggi ayah Meisya, dia dengan mudah memasukkan sanak dan saudaranya ke perusahaan tersebut. Meisya dan kakaknya, dengan mudah masuk ke perusahaan Indo prameswara fast food, apalagi dengan latar belakang pendidikan mereka yang luar biasa. Membuat keduanya juga mendapat posisi penting dalam anak perusahaan dari IPBC tersebut. Tak hanya anak dan cucunya, para menantu dari keluarga ayah Meisya pun dibantunya masuk ke perusahaan tersebut. Seperti suami dari sepupu Meisya. Dia adalah laki-laki dengan gelar pendidikan yang tinggi. Sepupu ipar Meisya, merupakan seorang magister yang lulus dari Monash University. Ia masuk dan menjadi salah satu manager di cabang Indo Prameswara Fast Food. Sementara itu, tak ada keinginan bagi ayah Meisya untuk memasukkan Rudi ke perusahaan yang sama. Hal ini lantaran pendidikan dari Rudi yang tidak jelas asal-usulnya. Pria itu bahkan tak memiliki ijazah selembar pun saat ditanyai oleh keluarga Meisya ketika mereka hendak menikah dulu. Bahkan ketika mendengar anak semata wayangnya positif hamil pun, keluarga Meisya meminta Meisya untuk menggugurkan kandungannya. Namun sang kakek yang melarang dan malah menyuruh Meisya mencari Rudi yang telah menghamilinya dan meminta pertanggung jawabannya. Rudi telah diwanti-wanti oleh Meisya agar menolaknya, namun Rudi tak mendengar apa yang diminta Meisya dan menyanggupi pernikahan tersebut. Hingga Meisya terpaksa harus pergi dari rumah keluarganya karena ayah Meisya tak suka melihat Rudi di rumahnya. Dengan terpaksa, Meisya harus membawa Rudi di rumah miliknya. Karena ternyata Rudi bahkan tak memiliki tempat tinggal, sebelum menikah dengan Meisya pun Rudi tinggal di rumah kontrakan yang sangat kecil dan sederhana di daerah Jakarta Selatan. Sudah dapat dipastikan jika Meisya tak akan suka tinggal di daerah pinggiran tersebut. Meisya membeli sebuah rumah sederhana dengan uang tabungannya semasa ia menjadi manajer di Indo Prameswara fast food dulu. Karena ia ingin berinvestasi juga dibidang properti. Siapa sangka, investasinya itu ia gunakan sendiri setelah dirinya menikah dengan Rudi. Jadi, mau tidak mau, Rudi yang mengalah dan ikut tinggal di tempat istrinya tersebut. Pada akhirnya beginilah yang terjadi setiap hari. "Rudi, aku mau jus!" teriak Meisya dari kamar sambil menonton TV. Dia sedang asyik menekan tombol remot TV dan berselonjor kaki. "Siap, Nona Meisya," jawab Rudi yang tak lama kemudian membawa sebuah jus alpukat. Jus alpukat yang kental dan manis, ia sengaja membuat jus alpukat, karena Rudi sangat menyukai alpukat. "Aku tidak suka alpukat!" tolak Meisya begitu melihat Rudi membawa jus itu ke dalam kamar. Ia mencium sedikit aroma alpukat dari dalam gelas dan langsung menjauhkannya. "Kau sengaja membawakan sesuatu yang tidak kusuka, ya?" hardik Meisya yang sengaja ia lakukan agar Rudi merasa tidak betah. "Tapi, alpukat mengandung lemak nabati yang baik untuk kandungan trimester akhir," jawab Rudi dengan senyum. "Tau apa kau dengan kandungan," sinis Meisya lagi. Ya, kandungan Meisya sudah masuk bulan ke tujuh. Perut Meisya sudah terlihat sangat bulat berisi seorang bayi. "Aku mau jus jeruk!" pinta Meisya lagi. Rudi pun segera kembali dan membawakan jus jeruk untuk Meisya. Ting tong Rudi yang masih membawa nampan bekas jus jeruk harus membukakan pintu karena terdengar bunyi bel pintu rumah milik Meisya. Rudi mengintip pada lubang pintu dan terlihat keluarga Meisya berjajar di luar sana. Rudi pun segera membuka pintu itu dan mempersilakan mereka masuk. Meisya agak terkejut akan kedatangan kedua orang tuanya. Pasalnya, setelah diusir dari rumahnya dulu, tak ada satupun saudara yang membela. Mereka semua seakan senang melihat Meisya pergi. Ayah Meisya masuk paling akhir. Sebelum masuk ia memperhatikan Rudi dengan seksama. "Seperti inikah pria pilihan kakek?" ejek ayah Meisya. "Miskin, jelek, lebih memilih menggunakan apron dari jas?" Hina sang ibu mertua kali ini. "Bahkan sepertinya, dia lebih mahir menggunakan pisau buah dari menggunakan laptop? Cih!" ejek ayah Meisya lagi. "Kau itu menantu paling membawa sial dalam keluargaku! Memalukan." Menerima hinaan dalam setiap perkumpulan keluarga adalah sesuatu yang biasa bagi Rudi. Ia tak peduli bagaimana keluarga Meisya memperlakukannya, yang penting adalah kebersamaan Meisya dengannya yang berharga. Ting Sebuah email masuk. andromeda.aoufi@gmail.com Lagi-lagi, email dari Andromeda, -akrab disapa Andro, diabaikan oleh Rudi. Akhir-akhir ini, Andromeda sering mengirim pesan pada alamat surelnya, namun Rudi tak pernah membalasnya. Andromeda sendiri adalah sekretaris Rudi selama dirinya menjadi CEO dulu dan belum menjalani ujian kehidupan. Rudi terlanjur nyaman hidup menjadi pengantar paket yang jauh dari pertikaian bisnis, menjadi orang kecil meringankan beban pikirannya menurut Rudi. "Rudi! Buatkan minum untuk kita berlima! Kita akan membicarakan tentang harta kekayaan keluarga kita yang sangat penting!" titah ibu mertua Rudi. "Siap, Ibu," jawab Rudi sambil tersenyum dan menuju ke dapur. Rudi membuat minuman untuk mereka berlima. Jus jeruk, seperti kesukaan Meisya. Disela-sela pembuatan minuman, ponsel Rudi berdering berkali-kali. Ting Ting Ting Email masuk berturut-turut dari alamat yang sama. Rudi memutuskan untuk membuka email yang teratas. Tuan Rudi, saya mohon. Perusahaan sedang membutuhkan pemimpin, banyak sekali keputusan yang harus diambil, namun tuan besar Jaya sedang koma. Saya sudah mencairkan seluruh saldo rekening milik tuan, saya mohon tuan kembali. Seluruh saham juga kembali menjadi milik tuan, anda akan mendapat dividen kembali setiap RUPS selesai seperti biasa. Rudi mengangkat alisnya, ia sama sekali tak tertarik dengan isi surel dari Andro. "Rudi! Minumnya mana?" Teriakan dari ruang tamu terdengar, Rudi segera mengantarkan gelas-gelas itu ke dalam nampan. "Silakan." Rudi menyimpan gelas-gelas itu di depan masing-masing. Tidak ada kata terima kasih dari mulut orang tua Meisya. Hingga wanita itu pun memandangi suaminya, dalam hatinya sering dia bertanya-tanya, apakah suaminya ini pernah memiliki rasa minder dalam hatinya? Kenapa setiap Rudi diperlakukan layaknya k***********n, suaminya itu tidak pernah kesal ataupun membalas. "Baik, kita lanjutkan lagi pembahasannya." Rudi hanya mendengarkan pembicaraan mereka dari kejauhan. Ayah mertuanya lah yang memimpin bicara kali ini. "Milik ayah dan ibu ada sekitar 18 milyar rupiah. Ayah memiliki jumlah kekayaan sekitar 10 milyar rupiah dan ibu memiliki sekitar 8 milyar rupiah. Milikmu ada berapa Meisya? Coba keluarkan semua tabungan dan asetmu, biar kita hitung!" pinta sang ayah. "Nenek meminta hasil penghitungan kekayaan harus segera terkumpul hari ini. Jangan sampai keluarga kita dinilai rendah hanya karena nilai kekayaan kita kecil," ucap ibu Meisya. Meisya kebingungan, sudah dipastikan dia tidak punya saham. Bahkan semenjak Meisya hamil, dirinya sudah resign dari pekerjaannya. Dapat diperkirakan jika Meisya tidak punya tabungan yang besar dan aset apapun selain rumah ini. Karena Meisya diam saja, ayahnya pun kembali mengambil alih pembicaraan. "Sepertinya Meisya tidak punya apa-apa untuk dimasukkan perhitungan. Rumah ini mungkin harganya hanya sekitar 700 juta, tidak ada satu milyar pun. Sudahlah! Kita tidak perlu repot-repot ke mari seharusnya, Bu." Meisya terdiam, tapi apa yang ayahnya bilang memang benar. Tak ada aset lain yang ia miliki selain rumah ini. "Miris sekali! Seandainya kau menikah dengan lelaki kaya seperti sepupumu, kau pasti akan memiliki banyak harta seperti dia!" hardik sang ibu. Rudi yang mendengar percakapan mereka pun jadi ingat dengan isi surel Andro yang mengatakan saldonya telah dicairkan. Maka dari itu, ia membuka aplikasi keuangannya dan memasukkan akun miliknya. "Selamat datang kembali, Tuan Rudi Prameswara." Tulisan di layar langsung muncul demikian begitu Rudi berhasil masuk ke akunnya setelah lima tahun tak dibuka. Tanpa berlama-lama, Rudi langsung menekan tombol cek saldo miliknya. Saldo anda: USD 100.000.000.000.000
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD