When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Radika menghampiri tiga wanita di depannya dengan malas. Seandainya ia tahu bahwa Dewi dan Velina akan datang ke rumahnya, lebih baik bekerja saja. Dalam hati, Radika terus merutuki dirinya sendiri atas kebodohannya. Radika mendudukkan dirinya di samping Aruna. Pria itu menyempatkan diri untuk berjabat tangan sembari tersenyum. “Mama sudah lama?” tanya Radika basa-basi. “Tentu saja sudah. Istrimu saja yang terlalu lama untuk memberitahumu bahwa Mama sudah datang sejak tadi,” jawab Dewi ketus. “Jangan salahkan istriku. Dia tidak bersalah. Aku yang terlalu lelap tertidur sehingga Aruna kesulitan untuk membangunkanku.” Dewi memutar bola matanya malas. Putranya itu terus menerus membela Aruna. Padahal, Dewi merupakan ibu yang mengandungnya selama sembilan bulan. Akan tetapi, kehadira