When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ferdi tersenyum senang saat ia telah menyelesaikan semuanya. Barang-barang yang akan di bawa pulang telah siap. Sebentar lagi, pria itu akan menemui Velina. Ferdi tidak bisa membayangkan bagaimana raut bahagia Velina saat ia datang kemudian memberikannya sebuah cincin sebagai pertanda melamar. Ferdi berusaha menetralkan detak jantungnya yang bergetar hebat. Pria itu terlihat grogi saat ingin menemui sang kekasih. Padahal, ia sudah berlatih selama beberapa hari terakhir. Tapi perasaan gugup tetap saja menghinggapi batinnya. Ferdi menghembuskan nafasnya kasar. Pria itu berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa rencananya akan berjalan lancar. Ferdi tidak perlu mencemaskan apa pun. Memangnya apa yang perlu di khawatirkan? “Kamu jadi pergi sekarang?” tanya Jovian. “Iya dong. Aku tidak saba