When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ferdi merenggangkan tubuhnya yang terasa remuk. Sudah dua hari ia terbaring lemah di ranjang empuknya. Sekarang, tubuhnya mulai terasa bugar. Hanya karena angin malam, Ferdi bisa drop seperti ini. Benar-benar lemah. Ferdi mengecek ponselnya. Sudah lama ia tak menghubungi kekasihnya. Hal itu membuat Ferdi semakin merindukan wanita itu. Dengan segera, Ferdi menekan tombol panggil di ponselnya. Akan tetapi, Velina tidak mengangkatnya sama sekali. Ferdi heran, biasanya sesibuk apa pun Velina, ia akan tetap mengangkatnya, atau paling tidak, wanita itu akan memberi pesan bahwa mereka belum bisa saling berbicara. Ferdi mendadak lesu. Padahal ia begitu merindukan Velina. Rasanya menyesal sekali karena kemarin-kemarin ia tak berniat menghubungi Velina dan mengabaikan pesan dan telepon dari wanita