"Banyak gadis yang lebih pantas untukmu, Mas. Mendengar kau bersedia jadi imamku, rasanya...aku tengah bermimpi." Aini merapikan hijabnya, dengan sedikit grogi mengusap buliran keringat halus yang tiba-tiba membasahi keningnya. Aini merasa pernyataan dokter Fadhil di luar dugaan. Apa mungkin jatuh cinta secepat itu? "Banyak perempuan sempurna yang pantas menjadi istrimu. Bukan aku, yang bahkan oleh suaminya sendiri, di abaikan dan dikhianati." "Begitukah?" tanya dokter Fadhil tersenyum. Senang melihat ada pelangi di mata Aini, walau samar dan nyaris tidak terlihat. Mata dokter Fadhil menatap lembut paras Aini sekilas. Menunduk lagi. Jaga pandanganmu, Fadhil. Jika kau tidak ingin makin jatuh cinta dan terbius wajah lembut dan mata bening itu. Dia masih terikat, statusnya masih istri or