Chapter 18

2006 Words

Sebuah cangkir tersodor di hadapanku. Tampak masih mengepulkan asap tebal. Disusul suara derit kursi. Aku mengangkat pandangan pada Mbak Rista yang baru saja membuatkan teh untukku. "Makasih, Mbak." Aku menggerakkan jemariku di pinggiran cangkir, menunggu dingin sedikit. Hela napasku panjang setiap kali mengingat kejadian satu jam lalu. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Lebih dari kebencianku pada Tuan Althaf, aku lebih merutuk diri sendiri. Kenapa begitu bodoh? Seharusnya, sejak datang ke rumah ini, dan mengetahui Tuan Althaf mengakuiku sebagai pengasuh, aku langsung meminta cerai padanya. Mataku dibutakan oleh pria itu. Janji-janjinya yang ingin menolak Nona Selvy hanya omong kosong. Seharusnya, aku langsung menyerah saja setelah melihat Tuan Althaf dan Nona Selvy sering memamerkan kemesraan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD