Action 5

1145 Words
Libby berjalan sambil bersiul riang, dia senang bisa menyenangkan hati pemulung cilik itu. Kasihan mereka tidak minta dilahirkan di keluarga miskin. Sayang nasib kurang berpihak pada mereka. Tengah memikirkan hal itu, mendadak Libby menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang dengan cepat. Mengapa dia merasa ada seseorang yang menguntitnya? Apa perasaannya saja? Libby penasaran, sengaja ia berjalan cepat lalu berbelok ke gang sempit di samping kirinya. Dia berhenti dan mengintai dari dalam gang. Tak lama kemudian muncul pria berbaju hitam, pria itu berhenti tepat di depan gang tempat pengintaian Libby. "Aku tau kau disana, keluarlah!" bentak pria itu. Wajah Libby berubah pias begitu mengenali siapa yang menguntitnya. Dia adalah pria bertindik yang pernah berusaha menangkapnya! Libby segera melarikan dirinya namun di ujung gang pria bertindik itu berhasil menghadangnya. "Kau tak bisa lolos semudah itu dariku, Manis. Sudah nasibmu tewas di tanganku." Pria itu tersenyum miring, matanya menyorotkan kekejaman. "Kau lihat tindik~tindik yang ada di tubuhku? Apa kau tahu artinya? Setiap kali membunuh korbanku, aku akan memasang tindik baru." Pria itu tersenyum keji. Spontan Libby memperhatikan tindik~tindik pria itu dan tak sadar menghitungnya dalam hati. Jiaaah, banyak sekali!! Pria itu mendekati Libby dengan cepat sambil mengacungkan pistolnya. Wajah Libby memucat. Apakah nasibnya bakal tewas di tangan si pria bertindik ini? Pria itu menarik pelatuknya, siap menembak Libby. Syuuut! Mendadak ada pisau belati kecil yang melesat dan menikam tangan pria yang memegang pistol itu. "Arghhhh!!" teriak pria bertindik itu kesakitan. Pistolnya terlempar ke tanah, lalu sesosok pria bertudung hitam dengan pakaian serba hitam mengambilnya. Libby terpaku menatap pria bertudung hitam yang selama ini telah membuatnya penasaran. Pria yang sudah mencuri first kissnya! Pria itu menodongkan pistol yang ditemukannya pada pria bertindik itu. "Angkat tanganmu keatas atau pelor pistol ini menembus kepalamu!" perintah pria bertudung hitam itu dingin. Pria bertindik melotot garang. “Kamu dari kelompok mana? Siapa ketua gengmu?" tanyanya penasaran. Rex, pria bertudung itu tersenyum sinis. "Bukan urusanmu! Suatu saat kau akan tau sendiri. Sekarang angkat tanganmu atau ...." Dooor! Rex menembak tanah dekat kaki pria itu. Libby spontan menutup telinga dan matanya. Ya Tuhan, dia baru sekali merasakan ketegangan seperti ini. Tubuh Libby gemetar dibuatnya. Pria bertindik itu mengangkat kedua tangannya dan Rex meringkusnya dengan cepat. Ia memborgol kedua tangan pria itu dan mengikat tubuhnya pada tiang listrik. Tak lupa Rex mencabut belati miliknya yang tadi menancap di tangan pria bertindik itu. "Diamlah disini, akan ada seseorang yang menjemputmu!" Rex mengetikkan pesan pada Iptu Handoko agar menjemput targetnya. Kebetulan ada anggota reserse yang berada di sekitar lokasi itu. Libby yang mulai tenang kembali penasaran dengan Rex, dia mendekati Rex karena penasaran ingin melihat wajah Rex. Libby menarik tudung jaket Rex dari belakang dan berusaha membukanya. Tentu saja Rex tak membiarkan hal itu terjadi! Dia mati~matian mempertahankan tudungnya. "Pencuri ciumanku! Tunjukkan wajahmu! Ayo biar kulihat wajahmu," seru Libby penasaran. Rex memberontak dan melepaskan dirinya dari Libby. Ia segera melarikan diri namun Libby tak mau menyerah begitu saja! Gadis itu mengejar Rex penuh semangat. Rex berlari hingga sampai ke toilet cowok, dia bergegas masuk ke salah satu biliknya. Libby yang sangat penasaran tak mempedulikan etika dan langsung menyelonong masuk. "Pencuri ciumanku, dimana kau?" panggil Libby pelan sambil membuka bilik itu satu per satu. Ternyata pintu di bilik terakhir terkunci. "Ah, disini rupanya dikau. Baik, kita akan buka wajahmu yang sebenarnya!" Hiaaat! Libby menendang pintu itu dengan kuat, pintu yang memang sudah rapuh itu jebol seketika! "Aaah!" Pretty yang berada didalam toilet pura-pura menjerit histeris sambil menutupi selangkangannya. Dengan gusar dia melempar Libby memakai tisu gulung yang tergantung di dinding toilet. "m***m! Haiiish, Cewek m***m! m***m!" teriak Pretty dengan gaya gemulainya. Libby menutup matanya dengan grogi. Mengapa si bences ada disini?! Apesnya Libby membuka bilik toilet ini tepat ketika Pretty sedang BAB! Bukan masalah baunya, tapi Libby sempat melihat milik cowok itu! Jiaaah! Libby langsung kabur dengan pipi merah padam. *** Di sekolah, ketika jam ekstra kurikuler .... Pada tahun ajaran ini, Libby sengaja memilih eskul Pendidikan Ketrampilan Kewanitaan (PKK). Tujuannya ingin memamerkan kefeminimannya pada Dylan gebetannya, supaya Dylan tahu bahwa dia adalah calon istri dan ibu yang sempurna. Namun saat masuk ke ruang eskul PKK, Libby syok sekali menemukan Pretty juga ada disini. Pipinya memerah begitu teringat dia pernah memergoki barang intim Pretty. Sebenarnya untuk apa si banci disini? Membuatnya jengah saja! "Hei Bences, apa lo enggak salah masuk? Hellow, disini tempat eskul Pendidikan Ketrampilan Kewanitaan. Bukan Pendikan Ketrampilan Kebancian!" olok Libby kejam. "So what gitu lho?! Pendidikan Ketrampilan Kewanitaan tak berarti ditujukan hanya untuk wanita, kan. Apa salahnya gue mempelajarinya? Gue suka belajar masak, menjahit, menyulam dll," jawab Pretty cuek. Libby ingin mendebat Pretty, tetapi Bu Siska yang mengajar eskul PKK keburu masuk. "Pagi ladies ... and boy," sapa Bu Siska surprise. Seumur~umur mengajar, baru sekali ini ada cowok ikut eskul yang dibinanya, cakep lagi! Pemandangan segar nih. Bu Siska terpukau melihat Pretty hingga menyebabkan Libby semakin kesal. "Bu, ada penyelundup disini!" kata Libby sambil menuding Pretty. "Penyelundup? Saya rasa tidak. Dia bebas mengikuti eskul ini," kilah Bu Siska membela Prerty. "Anak~anak, sekarang kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Silahkan pilih kelompok kalian, per kelompok dua orang.” Semua peserta eskul segera membentuk kelompok, kecuali Libby dan Pretty. Mereka masih sibuk mengolok satu sama lain. "Bences, lo enggak takut jadi makin feminim disini?" sindir Libby. "Masalah buat elo? Urusan gue dong! Atau lo jadi kepo gegara takut disaingi gue?!" sindir Pretty. "Cih, ngapain ngiri sama elo! Gak level, tauk!" Libby balas mencemooh. "Lo takut gue lebih trampil dari lo hingga was-was Dylan naksir gue," tebak Pretty asal. "Lo!" Libby ingin menampar pipi Pretty, namun cocan itu berhasil menahan tangannya. "Baik, kini semua sudah mendapat kelompok. Kalian berkumpul sesuai kelompok untuk mendapat pengarahan tentang tugas kalian," titah Bu Siska. Libby yang mendengarnya jadi panik. Astaga, dia belum mendapat kelompok! "Bu, saya sekelompok dengan siapa?" tanyanya bingung. "Loh, bukannya kamu sedang berpegangan tangan dengan teman sekelompokmu?" sahut Bu Siska menegaskan. Spontan Libby dan Pretty melepaskan tautan tangan mereka dengan ekspresi jijik. "Tidak bisa, Bu! Saya tak mau sekelompok dengannya!" protes Libby. "Maaf Libby, semua sudah memiliki kelompok masing~masing. Kamu terpaksa harus sekelompok dengan ...." "Pretty, Bu," ucap Pretty menyambung ucapan Bu Siska. Bu Siska membulatkan matanya mendengar nama Pretty. Astaga, mengapa ada ortu kerasukan yang memberi nama anak cowoknya seperti itu? Dia mengelus dadanya prihatin. "Ayo Libby Sayang, mari kita kerjakan tugas kelompok kita," ajak Pretty ceria. Libby mencebik kesal saat digandeng Pretty ke meja kerja mereka. Namun beberapa saat kemudian, wajahnya mulai berubah. Njir, Pretty bisa mengerjakan semua tugas ketrampilan lebih baik dari kelompok manapun! Kali ini mereka ditugaskan membuat karangan bunga dan hasil kreasi Pretty luar biasa indahnya. Paling besar, paling indah dan paling nyeni. Tak heran kelompok Pretty dan Libby menyabet nilai tertinggi. Padahal Libby tak bekerja sama sekali! Dia hanya sesekali mengambilkan bunga untuk Pretty, itupun dilakukan asal~asalan ... sedapatnya bunga yang tersentuh olehnya. Libby tersenyum senang. Ternyata si bences ini ada gunanya juga. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD