Gairah Shen

1340 Words
Degh "Kak Denis…" lirih Aura dengan raut wajah yang terlihat begitu sangat terkejut. Tanpa memberi penjelasan atau memperdulikan raut wajah keterkejutan Aura, Denis langsung menarik pergelangan tangan Aura dan membawanya pergi jauh dari area kampus, hingga membuat Aura merasa ketakutan. "Kak Denis, lepas! Aku harus masuk, aku ada kelas pagi. "Ujar Aura Seraya menepis tangan Denis, hingga tangan Denis berhasil terlepas dari tangan Aura. "Aku hanya ingin tahu, tunanganku diantar siapa." Ujar Denis dengan nada santainya, membuat Aura langsung bersedekap d**a dan memperlihatkan wajah kesalnya. "Jangan pedulikan aku dan jangan ikut campur urusanku. Kamu hanya bisa memiliki statusku, tapi tidak bisa memiliki hatiku. "Ujar Aura dengan penuh ketegasan lalu pergi begitu saja, dan Denis menatap kepergian Aura tanpa ada niatan untuk menghalangi kepergian Aura. Setelah cukup lama Denis memandang kepergian Aura, Denis mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi seseorang. "Sekarang sudah tahu jelas 'kan, rupa orangnya seperti apa. Jadi, lakukan pekerjaanmu dengan baik." Ujar Denis yang langsung mematikan sambungan teleponnya, dan pergi sambil memandang bangunan Universitas tersebut dan pergi. Tanpa Denis sadari, sebenarnya keberadaan Denis itu dipantau oleh seseorang, dan tentunya seseorang yang memantau keberadaan Denis langsung fokus hingga Apa yang dilakukan oleh Denis bahkan saat menghubungi seseorang yang orang itu tidak diketahui siapa yang dihubungi oleh Denis, orang itu mengetahuinya dengan jelas. Orang itu langsung menerbitkan senyum sinisnya saat melihat kepergian Denis, karena ternyata sampai saat ini Denis masih belum menyadari keberadaannya. Tanpa Denis sadari juga, sebenarnya orang yang mengetahui keberadaan Denis itu adalah orang yang sedang berusaha untuk memberi perlindungan terhadap Aura. Setelah orang itu berhasil mendapatkan informasi terbaru dari apa yang akan dilakukan oleh Denis atau apa yang direncanakan oleh Denis pada Aura, dengan cepat orang itu langsung pergi, karena orang itu juga sudah memastikan Aura baik-baik. Tepat pada jam makan siang, Shen langsung terburu-buru keluar dari perusahaan dan menuju ke kampus Aura, dan tentunya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Shen pada kedua orang tua Aura, kalau Shen akan ke kampus Aura. Dan Yang pastinya, semua apa yang menjadi alasan Shen mendatangi kampus Aura, itu karena urusan pribadinya, bukan urusan pekerjaan seperti yang Shen katakan pada kedua orang tua Aura. Shen turun dari mobilnya dan masuk ke kampus Aura, lalu menyuruh salah satu seorang mahasiswi untuk memanggil Aura, agar Aura mendatangi ruang DEKAN. Aura yang mengerti dengan panggilan dari salah satu teman kuliahnya langsung menuju ke ruang Dekan, karena Aura yakin kalau orang yang ingin bertemu dengannya itu bukan pihak kampus, melainkan Shen. Jadi Aura tidak perlu merasa takut ataupun merasa cemas saat dipanggil oleh dekannya. Aura membuka pintu ruang dekannya, dan sesuai dengan dugaannya, yang ingin bertemu dengan dirinya itu adalah Paman Shen. Dengan wajah sumringahnya, Aura langsung membawa langkahnya mendekati Shen, lalu duduk di pangkuan Shen dengan posisi ter nyamannya. "Paman, kenapa baru datang?" tanya Aura dengan nada manjanya. "Maaf, Sayang. Tadi macet di jalan. Maklum, para pekerja sibuk cari makanan siang." Jawab Shen dengan nada lembutnya, Seraya mengelus paha Aura. Entah kenapa, sejak Shen mengungkapkan perasaannya pada Aura, dan Aura menerima perasaan Shen, Shen jadi memiliki pekerjaan yang pekerjaan itu menjadi pekerjaan favorit Shen, atau pekerjaan baru, yang pekerjaan itu berupa elusan di paha Aura. Setelah Aura mendapat jawaban dari Shen, Kenapa Shen baru datang, Aura langsung turun dari pangkuan Shen dan melihat meja yang ada di depannya, yang Aura yakini kalau paper bag yang ada di atas meja itu adalah makanan yang dibawa oleh Shen. Aura langsung menyiapkan makanan tersebut dan Aura memutuskan untuk makan satu piring berdua dengan Shen. Mereka terlihat begitu sangat romantis, saling memberi perhatian dan saling menunjukkan rasa nyaman mereka satu sama lain. Setelah Aura dan Shen selesai makan siang, Shen meminta agar Aura duduk di pangkuannya, agar Shen bisa mengelus paha Aura. Aura menuruti setiap perintah dari Shen, yaitu duduk di pangkuan Shen. Bibir Shen tidak berhenti terus memainkan bibirnya di leher Aura, hingga membuat Aura merasa tidak nyaman karena Aura takut ia kelepasan mendesah dan didengar oleh orang-orang yang ada di kampusnya. "Kenapa Paman begitu sangat b*******h, apakah Paman tidak bisa menunggu sampai kita memiliki kesempatan untuk berdua, dan bisa melepaskan gairah Paman dengan leluasa? "tanya Aura karena merasa heran dengan nafsu yang dimiliki oleh pamannya itu, dan Aura sedikit tidak percaya kalau ternyata pamannya itu memiliki gairah yang begitu sangat tinggi terhadap dirinya. Bagaimana bisa Aura merasa heran, karena selama ini Aura memandang Shen dengan pandangan yang datar dan terlihat sangat dingin dan tidak menunjukkan aura-aura genit terhadap seorang wanita, yang ternyata setelah mengungkapkan perasaannya pada dirinya, dan ada kesempatan untuk berdua saja, maka Shen menunjukkan sifat aslinya, dimana Shen memiliki gairah yang begitu sangat tinggi dan tentunya itu hanya pada dirinya saja. Kenapa Aura memiliki prediksi kalau Shen hanya memiliki gairah terhadap dirinya, Karena Aura tidak pernah melihat Shen begitu sangat b*******h pada wanita lain saat berdekatan dengan wanita lain dibandingkan dengan saat berdekatan dengan dirinya. Bahkan saat Shen belum menyatakan perasaannya, Shen sudah berusaha menghindarinya karena tidak bisa menahan gairahnya saat berdekatan dengan dirinya. Makanya Aura memberi artian kalau Shen hanya memiliki gairah terhadap dirinya seorang. Shen yang mendengar pertanyaan Aura hanya tersenyum singkat, namun menghentikan pergerakan bibirnya yang terus bermain di leher dan juga d**a Aura. "Kenapa, sayang? Kamu tidak suka, atau tidak ingin aku melakukannya? Kamu keberatan aku selalu menyentuhmu? " tanya Shen yang langsung mendapat gelangan cepat dari Aura. " Tidak begitu, Paman. Aku hanya takut kelepasan mendesah. Paman tahu kan, kalau aku sudah mendesah, maka sekalipun ruangan ini kedap, pasti akan ada orang yang mengetahuinya. "Ujar Aura yang membuat Shen langsung tertawa, karena Shen menganggap kalau Aura hanya bercanda saja. Padahal, sebenarnya Aura berkata jujur, dan Shen melupakan Aura yang masih polos, di mana setiap mengeluarkan kata-kata, pasti apa yang dikatakan oleh Aura itu lebih banyaknya kejujuran daripada kebohongan, karena Aura masih sangat polos. Bagaimana bisa Aura dikatakan polos, sementara Aura sudah menjadi seorang mahasiswi, bukan anak SMP atau masih baru menginjak SMA. Tentu saja itu karena Shen selalu melarang Aura untuk berdekatan dengan seorang pria, hingga Aura tidak tahu bagaimana rasanya berinteraksi dengan seorang pria, bahkan bersentuhan tangan saja, Aura tidak tahu seperti apa reaksinya dan Seperti apa rasanya, dan Aura hanya berteman dengan sesama teman wanita, dan tentunya sama-sama polos juga, namun tidak begitu polos seperti Aura, hingga mereka hanya saling bertukar cerita saja, menceritakan tentang seorang dewasa yang sedang mabuk cinta. "Sayang, jam berapa kelasmu berakhir?" tanya Shen yang ingin berduaan saja dengan Aura. "2 jam lagi." Jawab Aura jujur, dan jawaban Aura langsung membuat wajah Shen berbinar. "Kembalilah belajar. Aku akan menunggumu." Kata Shen dengan wajah penuh semangat, membuat kening Aura mendesah. "Kenapa Paman begitu semangat memintaku untuk pergi?" tanya Aura penuh selidik. "Jadilah anak yang pintar. Cepat masuk, setelah itu langsung ke mobil. Aku menunggumu di mobil." Kata Shen seraya mengelus kepala Aura. "Benar?" tanya Aura yang tidak di pungkiri Aura memang merasa senang. Aura langsung menganggukkan kepalanya cepat, dan membawa langkahnya keluar dari ruang dekan untuk kembali ke kelas. Ternyata Shen benar-benar menunggu Aura. Meski Shen menunggu Aura selama dua jam, sampai kelas Aura berakhir, Shen tidak membiarkan waktunya terbuang sia-sia hanya menunggu Aura, karena sekalipun di dalam mobilnya, Shen masih sibuk dengan tablet mahalnya untuk melanjutkan pekerjaannya. Pekerjaan Shen langsung terhenti begitu saja saat melihat kedatangan Aura. Ternyata, Shen tidak sadar kalau ia terlalu lama bekerja di mobilnya , hingga tidak sadar ia bekerja sampai Aura selesai kuliah. Dengan cepat Shen membuka pintu mobilnya, tanpa keluar dari mobilnya, dan Aura langsung masuk. Shen langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga membuat kening Aura berkerut saat menyadari jalan yang ia lalui. "Paman, kita mau kemana? Ini bukan arah ke kantor Paman?" tanya Aura namun tidak mendapat jawaban apapun dari Shen. Shen terus fokus pada jalanan hingga mobilnya berhenti di depan rumah pribadinya. Shen langsung menggendong Aura masuk ke dalam rumahnya, membuat Aura yang belum siap langsung berteriak saat tubuhnya tiba-tiba melayang karena di gendong oleh Shen. Shen tertawa saat mendengar suara teriakan Aura. Shen tidak menurunkan Aura sampai mereka masuk ke dalam sebuah kamar. Shen menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam, lalu merebahkan tubuh Aura dengan pelan. "Aku membawamu kesini karena aku menginginkanmu, Sayang…"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD