6. Halusinasi

2234 Words
ini tulisan jaman alay banget wkwkwk tahun 2014, dulu di share di f*******: terus di blogspot dan di wattpad . instagram: gorjesso Happy Reading.. . Aiden selesai dari toilet. Dan langsung disuguhi pemandangan yang sama sekali tak diduganya. "Kris? Jessica?" Gumamnya tak mengerti. Skeligus terkejut bukan main. Otaknya seperti membeku melihat ini. Kris dan Jessica saling mengenal? Bagaimana bisa? Kenapa sakarang mereka berpelukan? Sedekat apa Jessica dengan si k*****t Kris? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar diotaknya. Membuat Aiden pening seketika. Jika bukan karena rencana balas dendamnya. Mungkin sekarang ia akan menghampiri kedua orang itu dan menarik Jessica dari pelukan Kris. Lalu menghujami Kris dengan pukulan-pukulan telak karena telah berani menyentuk Jessicanya. Ya, Aiden menafsirkan emosinya saat ini adalah karena CEMBURU. Jadi seperti inikah rasanya? Aiden menarik nafasnya panjang. Guna meredakan emosinya yang sudah sampai ubun-ubun. Lebih baik sekarang ia keluar dari tempat itu. Dan menunggu Jessica selesai dengan Kris. --- "Kau terlihat baik." Ucap Kris. Memandang seorang gadis didepannya dengan memuja. 1, 2, 3, 4 atau sudah berapa tahun ia berpisah dengan gadis ini? dan sekarang keajaiban atau apa. Ia bisa bertemu dengan seorang yang begitu dirindukannya. "Kau juga." Balas Jessica. ia sedikit salanh tingkah dengan tatapan Kris yang terus tertuju padanya. "Emm...Bukankah kau seharusnya di Cina? Kenapa kita bertemu di Korea?" Tanya Jessica. "Aku menjalankan sebuah perusahaan di Korea saat ini Jessica." Jawab Kris. "Tapi kenapa tidak pernah mengabariku. Kau bilang kita akan terus berhubunga walau jarak kita sangat jauh." Keluh Jessica. Memandang Kris kecewa. "Aigoo..mianhe...ponselku hilang. Dan akhirnya semua kontaknya pun ikut hilang. Jadi aku tidak bisa menghubungimu. Sica.." Ujar Kris. Menjelaskan yang sebenarnya saat itu. apa yang akhirnya membuat mereka terpisah. "Ne. Arraseo."Jessica mengangguk mengerti. "Kalau begitu bisa aku minta nomor ponselmu. Agar aku tetap bisa menghubungimu." Pinta Kris. Dengan senang hati. Jessica pun memberikan nomor ponselnya. Setela memberikan nomor ponselnya pada Kris. Jessica berpamitan pada pria itu. dan kini ia tengah merutuki dirinya sendiri. Dan untung saja Aiden mengirim pesan padanya. jika tidak. Maka ia pasti akan lupa waktu. Aiden? Ya, Jessica baru menyadari ia melupakan pria itu. Astaga! "eoh..mianhe...tadi ada sesuatu. Dan maaf juga karna membuatmu menunggu." Ucap Jessica menyesal begitu ia berada dihadapan Aiden yang sudah menunggunya diaas sepeda. --- Aiden baru keluar dari kamarnya. Dan melirik pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 17.30. Tapi kenapa rumah terasa begitu sepi? Dimana Jessica? Biasanya ia akan menemukan gadis itu bersliweran didapur. Untuk menyiapkan makan malam. Tapi tak nampak sedikitpun batang hidungnya. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dikamar gadis itu. Dan saat Aiden baru membuka setengah pintu kamar. Ia melihat gadis itu tengah duduk ditepi ranjang membelakangi dirinya yang kini berdiri diambang pintu kamar. Lalu gadis itu juga tengah menggengam ponselnya. Sepertinya sedang bebincang dengan seseorang melalui telepon. "Ne. Tentu saja. Kau boleh mengunjungi rumahku. Akan kukirim alamat rumahku lewat pesa. Ne. Anyeong." Aiden langsung menutup pintu kamar itu kembali mendengar Jessica sepertinya hendak menutup pembicaraan itu. Namun sebelum ia benar-enar meninggalkan kamar itu. ia sempat mendengar Jessicca mengucapkan sebuah nama. Nama yang sama sekali tak ingin ia dengar. Apalagi itu terucap langsung dari bibir Jessica. "Ne. Kris. Selamat malam." Kris? Batin Aiden. Ia terlihat tak percaya dengan yang didengarnya. Yang seadng berbicara dengan Jessica adalah Kris. Pria k*****t itu? dan Kris juga akan mengunjungi rumah ini? rumah dimana sekrang ia berada? Sebenarnya ada hubungan apa Kris dan Jessica? Ia rasa ia harus menanyakannya pada Jessica. "O, Aiden." Aiden pun tersadar dari lamunannya. "Oh..ne. Aku Pikir kau sudah tidur." Ujar Aiden. Sekenanya. "Aniyo. Ah...sudah jam berapa sekarang. Ayo kita makan!" Ajak Jessica. Ia langsung menarik pergelangan tangan Aiden untuk mengikutinya menuju ruang makan. "Kau membeli makanan?" Tanya Aiden karena melihat beberapa makanan khas Italia tertata dihadapannya kini. Jessica mengangguk mengiyakan. "Kenapa? kau tidak suka?" "Oh..Aniyo. aku suka makanan apapun." Setelah itu. mereka berdua tenggelam dalam kenikmatan makan malam yang disuguhi menu italia. Namun dipikiran Aiden kini masih terbersit jelas dengan Kris dan Jessica. sepertinya ia benar-benar menanyakannya pada Jessica. sebelum ia menjadi gila karena dihanti rasa penasaran. "Ekhem..Jessica!" Panggil Aiden. Membuka percakapan setelah makan malam mereka selesai. "Ne?" Sahut Jessica. "M..bukannya aku ingin lancang. Tapi aku tadi melihatmu terlihat sedang berbicara dengan seorang didalam cafe. Siapa pria itu?" tanya Aiden langsung pada topik yang membuatnya penasaran. "Oh..itu. dia hanya temanku. Namanya Kris." Jawab Jessica. Namun Aiden terlihat belum puas dan percaya dengan jawaban Jessica. Teman? Aiden rasa itu tak mungkin. "Teman?" Ulang Aiden. "Mmm...sebenarnya bukan teman. Lebih dari teman..Mmmm...ia adalah mantan kekasihku...ah..bukan juga...ka—" "Jessica." Potong Aiden. Karena Jessica mulai emnjelaskan dengan berbelit. Dan ia tak mengerti. "Eoh..mianhe..mEkhem! begini. Sebenarnya kami pernah menjalin hubungan. Saat kami kuliah di Amerika. Namun setelah kami lulus kuliah.. Kris harus segera pulang ke Cina. Dan setelah itu kami lostcontack. Kami tak pernah saling berkomunikasi. Apalagi bertemu." Jelas Jessica panjang lebar. Aiden terlihat mengagguk-anggukan kepalanya mengerti. Sangat mengerti. Walau didalam dadanya seperti ditikam oleh belati. Rasanya sakit mendengar kenyataan ini. Aiden berbaring di ranjangnya dengan mengadahkan kepalanya keatas. Seolah ia tengah melihat hal yang sangat menarik diatas sana. Namun tak bisa dipungkiri hatinya kini tengah meringis. Kenapa ia bisa merasakan rasa sakit ini lagi. Sakit karena cinta. Tapi kali ini rasanya lebih menyakitkan dibanding saat ia dikhianati oleh Victoria. Jessica, gadis yang bahkan belum menjadi miliknya. Gadis itu sudah mampu membolak-balikkan perasaannya. Dimana ia harus menghadapi kenyataan bila Jessica dan Kris sudah sedekat itu. Mereka pernah saling mencintai. Pantas Jessica terlihat bersikap biasa saja padanya. ternyata karena didalam hati gadis itu masih ada Kris. Pria yang ia benci. Ia masih saja mendesis tak percaya. Mendengar mantan kekasih gadis sebaik Jessica adalah sikeparat Kris. Brengsek! Umat Aiden dalam hati. . =flowered= . Beberapa hari ini Victoria melihat Kris yang selalu tersenyum. Bahkan sering tersenyum sendiri. Ada apa dengan pria itu? Batinnya bertanya. Namun saat ia akan bertanya pada pria itu. Ia selalu mengurungkan niatnya itu. ia tahu ia dan Kris hanyalah sepasang partner kerja. Dan ia pun tak ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan pria itu diluar saa. Yang terpenting baginya Kris tetap bisa bersikap profesional. Dan focus untuk mencapai rencana mereka yang sudah 85 % untuk menghancurkan CEO mereka LEE DONGHAE yang walaupun sudah hilang atau bahkan mati. Tetapi tongkat kekuasaannya masih terasa mendominasi didalam perusahaan LEE COMPANY ini. Kris menyambar cepat jas hitamnya dan langsung menuju lift yang akan mengantarkannya menuju lantai 1. Lalu setelah ia masuk kedalam mobilnya. Ia langsung saja menancapkan gas dengan kecepatan tinggi. Rasa bahagianya yang terkira membuatnya ingin cepat sampai memenuhi undangan Jessica untuk datang kerumah gadis itu. Berkali-kali Kris menghentika laju kendaraanya untuk bertanya pada beberapa orang tentang alamat yang Jessica berikan padanya. Ya, tentu saja alamat gadis itu. dan ketika ia sampai didepan sebuah rumah yang berdiri kokoh ditepi pantai. Seolah seluruh dahaga yang dirasanya lenyap seketika. Dadanya serasa membuncah. Dan ia sudah tak sabar untuk bertemu gadis itu. Jessica. TING TONG Ia tekan bel untuk yang ke 3 kalinya. Namun belum ada seseorangpun yang muncul dan menyambutnya. Yang ia harap ini benar rumah Jessica. Maka dari itu ia menekan bel rumah tersebut sekali lagi. TING TONG "Iya. Sebentar!" Terdengar Jelas suara seorang wanita yang berteriak dari dalam rumah itu. Dan seketika membuat raga Kris menegang dan dadanya bertalu keras. "Anyeong!" Sapa Kris dengan senyum cerahnya yang mengikuti. Begitu bahagia ia kini berhadapan dengan Jessica. "Kris! Kau datang!" Ucap Jessica tak percaya. Ia langsung saja menghambur kedalam pelukan pria itu. Menghapuskan rindu yang tak tertahankan walau baru tempohari mereka bertemu. Jessica mengajak Kris masuk kedalm rumahnya. Menyuruh pria itu duduk disofa yang terletak diruang tv. Sementara ia menyiapkan minuman dan beberapa snack untuk pria itu. Namun Kris tak mengindahkan perintah Jessica. Ia malah kini tengah melihat-lihat rumah itu. Sangat bersih dan terasa nyaman walau ini pertama kalinya ia kemari. Tetapi angin pantai yang bertiup langsung terasa menenangkan menampra wajahnya. Ia tak akan mendapati semua ini dikota. Dan pantas Jessica betah tinggal disini. Ia berjalan menuju jendela kaca yang mungkin berfungsi juga sebagai pintu karena ada kenop untuk menggesernya. Ia berdiri disana mengamati indahnya hamparan bunga. Ternyata Jessica benar-benar mewujudkan mimpinya untuk mempunyai ladang bunga. Sesuai yang tersaji dihadapannya kini. Namun saat itu juga Kris menemukan hal yang aneh. Ada seorang pria dengan seekor anjing tengah berdiri disuatu sudut ladang bunga itu. Sebenarnya bukan karena keberadaan pria itu yang mengganggu pemandangannya. Tapi lebih karena ia merasa mengenali pria itu. Ia mengucek kedua matanya. Semoga saja ia salah melihat. Namun berkali-kali ia melakukannya. Ia tetap melihat pria itu. pria yang ia yakin pria itu sudah mati 2 bulan yang lalu. Tapi—kenapa sekarang pria itu ada disana? Batin Kris. . --- . Aiden. Pria itu kini sedang bersama anjing putih Jessica. bermain ditengah ladang bunga. Sedangkan Jessica tengah mengambil sesuatu di dalam rumah. Jadi tinggalah mereka berdua di sana. DRRTTT DRTT Aiden langsung menempelkan ponsenya pada telinganya untuk mendengar taemin yang ternyata menghubunginya. "Ne. Taemin." Jawabnya. 'Sajangnim. Saya rasa anda harus waspada.' Ujar Taemin dari ujung sana. "waspada? Memangnya ada apa? Apa rencana kita sudah tercium oleh Kris dan Victoria?" Tanya Aiden. 'Bukan sajangnim. Tapi anak buah kita yang mengikuti Manager Kris baru saja memberitahuku bahwa Manager Kris tengah menuju tempat sajangnim berada.' Jawab Taemin. "MWO? Kau serius Sekertaris Lee?" 'ne sajangnim. Apa mungkin manager Kris sudah mengetahui tempat anda bersembunyi?' Tanya Taemin. Yang langsung berefek pada tubuh Aiden. Apa mungkin? Ya, tentu. Bukankah tempo hari ia mendengar percakapan Jessica saat ditelpon dengan Kris? Dan Jessica berkata akan memeberikan alamat rumahnya? Rumah dimana ia berada sekarang. Ne, mungkin memang begitu. 'Sajangnim. Apa anda mendengar saya?' Panggil Taemin. "Kita bicara lagi nanti." Sahut Aiden. Dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Mungkin Kris memang belum menyadari keberadaannya kini. Maih belum, sampai Aiden melihat sorot sepasa mata yang terlihat terkejut melihatnya. Lalu. Sepertinya hanya akan ada kata terlambat untuk bersembunyi atau lari dari tempat ini. Setelah Kris menyadari keberadaannya. Dan ia pun tak akan kabur. Karena takdirpun berkata lain untuknya. Aiden menatap tajam Kris yang kini terlihat berddiri menegang di bawah atap rumah Jessica. Ia sampaikan sebuah senyuman yang lebih layak disebut seringai. Seolah ingin memberitahu pada Kris bahwa ini LEE DONGHAE. Namun kontak mata mereka terputus saat Aiden melihat Jessica menghampiri Kris. Dan mungkin sekarang sudah saatnya juga ia untuk muncul dihadapan Kris dengan sosok baru, sebagai. AIDEN. . =floewred= . Ingin tahu seperti apa rasaya mengalami dejavu? Kris. Pria ini tengah merasakannya. Mana mungkin ia mengira ia akan melihat sesroang yang sudah mati muncul di hadapannya tadi. Dan seseorang yang mati itu tadi berdiri menatapnya dengan tersenyum dari kejauhan. Ia yakin, matanya tak akan salah mengenali. Matanya tak akan salah untuk bisa tahu siapa orang itu. Donghae. Mengingat pria itu. Apa mungkin Donghae masih hidup? Tapi....samar-samar Kris mendengar suara anjing. Anjing yang menggonggong. Dan bila tadi ia tak salah ingat. Maka di saat tadi ia melihat 'penampakan' pria itu, ia juga melihat pria itu tengah bersama anjing. Apa mungkin— Tidak! Itu tidak mungkin! Teriak Kris dalam hati. Baru saja ia menemukan fakta bahwa tadi yang dilihatnya hanya halusinasinya saja. Mna mungkin sekarang bisa berubah secepat itu? Dan apakah memang firasatnya yang tadi memang benar? Dan...suara anjing itu. Semakin keras tertangkap oleh indra pendengarannya. Kris. Pria itu kini seperti membeku ditempatnya melihat orang yg ia pikir sudah mati kini bahkan berjalan menghampri dirinya degan seekor anjing. Donghae. Pria itu yg Kris maksud. "Kris." Panggilan Jessica seperti membangunkannya dari mimpi buruk. Karena saat ia menoleh kembali ke luar. Ke ladang bunga. Ia sudah tidak melihat Donghae. Dan membuat Kris berpikir mungkn itu hanya halusinasinya saja. "Gwenchana?" Tanya Jessica. Ia melihat Kris yang berkali-kali menghela nafas. Seperti baru melihat hantu saja. Kris hanya menganggukkan kepalanyaa memberitahu Jessica bahwa tidak ada apa apa dan ia baik-baik saja. Baru saja kris akan medudukkan bokongnya diatas sofa. Suara anjing yg menggema dirumah ini langsung membuat jantungnyaa berpacu kembali. Anjing itu..apa mung— guk guk Belum sempat kris selesai menebak. Suara anjing itu kini disertai dengan sosok tubuhnya. Serta juga dengan.. Donghae? Jantungnya berdegup 2 kali lebih cepat kini. Ternyata yang dilihatnya tadi benar. Dan bukan sama sekali mimpi. Ia, dapat melihat degan jelas tubuh Donghae kini. Tubuh yang ia kira sudah hanyut oleh ombak laut. Dan dihancurkan oleh taring hiu. Tapi sepertinya semua perkiraanya salah bila melihat keadaan sekarang. Bahkan kini Jessica tengah berbncang dengan Donghae. Meninggalkan dirinya yang masih saja tak percya. "Kris." Panggil Jessica. Dan gadis itu memberinya isyarat untuk mendekat. Lebih tepatnya ikut bergabung dengan Jessica dan Donghae. Demi apa. Kris masih saja berharap ini hanyalah mimpinya. Atau mungkin matanya saja yang salah mengenali. "Emm..Kris, kenalkan ini Aiden. Dan Aiden, kenalkan ini Kris". Kris kembali membeku. Apa tadi yang Jessica katakan? Aiden? "A—Aiden? " Tanya Kris mengulang. Dan Jessica hanya menganggukan kepalanya. "Aku Aiden. Salam kenal, KRIS." Seperti terdengar mengintimidasi. Itulah yang tertangkap oleh Kris ketika pria dihadapannya ini menekan namanya. Dan semakin membuatnya yakin. Ini Lee Donghae. Bukan Aiden seperti kata Jessica. Karena Kris dapat membaca maksud lain dari penekanan namanya tadi. "Selamat datang dirumah kami." Ucap Aiden kemudian. Rumah kami? Apa-apaan ini? Batin Kris. Ia menoleh pada Jessica seolah meminta pejelasan. "O.. aku bisa menjelaskannya Kris." Ujar Jessica tersadar dengan tatapan yang Kris layangkan padanya. "sebenarnya ini tetap rumahku. Tapi 2 bulan yang lalu aku menemukan Aiden ditepi pantai dan ia hilang ingatan. jadi aku putuskan untuk menampungnya. Dan tentu saja kami tidur dikamar yang berbeda." Jelas Jessica. Dan berharap semoga Kris mengerti. Ia tak ingin dan salah paham. Sedangkan mereka baru saja bertemu setelah bertahun-tahun terpisah. Ia tak mau mimpi buruk itu menjumpainya lagi. . /// .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD