i********:: gorjesso
Happy Reading..
"Omo!" Pekik Jessica. Namun mulutnya itu langsung ditutup oleh tangannya sendiri.
Dihadapannya kini berdiri pria jangkung berambur coklat terang dengan setelan jas yang bisa dibilang menambah kadar ketampanannya yang sudah over. "Kris.."
"Hi!" Sapa orang itu—Kris.
"Bu—bukankah pesanmu baru saja sampai. Tapi kenapa kau sudah tiba?" Tanya Jessica bingung.
"Aku sengaja ingin mengejutkanmu!" Jawab Kris. "Oh iya, apa aku tidak boleh masuk?" Tanya Kris kemudian.
Lalu Jessica buru-buru memberikan jalan pada Kris untuk masuk kedalam rumahnya. Mereka kemudia berjalan beriringan menuju ruang makan dimana Aiden, paman dan bibi Shin berada. Jessica memang mengundang Kris. Ah, tidak. Tapi Kris kan memang mengenal paman Shin, dan begitu tahu ternyata paman Shin akan berulang tahun dari mulut Jessica. Kris langsung memaksa Jessica untuk memberinya satu tempat pada acara makan malam ini. Aiden dan paman Shin belum tahu tentang hal ini. Tetapi bibi Shin sudah mengetahuinya, maka dari itu. Kuota makanan ia tambahkan mengingat ada satu orang lagi yang ikut bergabung ditengah mereka.
"Oh....Kris sajangnim..." Seru paman Shin begitu melihat Kris berjalan menghampiri meja makan.
Kris? Aiden langsung menolehkan kepalanya kebelakang begitu mendengar nama itu disebutkan. Dan benar! Memang disekitarnya kini berdiri Kris, disamping Jessica lebih tepatnya.
Semua menyambut kedatangan Kris. Namun harus diberi pengecualian untuk Aiden yang kini bahkan tak ikut berdiri dari kursinya untuk menyambut pria jangkung itu. Aiden hanya menatap tajam Kris. Lalu ia alihkan tatapannya itu pada Jessica juga. Namun Jessica sepertinya mencoba tak menyadari tatapannya. Gadis itu akan langsung menunduk bila ia hujani dengan tatapan tajam.
"Anyeonghaseyo...Aiden." Sapa Kris. Pria itu tersenyum miring ketika ia malah diacuhkan oleh Aiden. Sedangkan Jessica hanya menghela nafas gusar melihat ini.
Paman Shin yang mulai memahami keadaan yang sedang terjadi pun segera mengalihkannya dengajak semuanya untuk makan kembali. Kris duduk disamping Jessica. Membuat gadis itu kini bahkan duduk diantara 2 pria tampan yang sadar atau tidak sedang terjadi konflik. Selain konflik cinta, yaitu konflik balas dendam yang Jessica bahkan tak mengetahuinya.
Suasana menjadi cukup menegangkan walau gurauan tetap terselip dalam makan malam itu. Paman Shin hanya tersenyum geli ketika melihat Aiden yang mencengkram sendoknya dengan keras saat Kris dan Jessica saling melempar candaan. Ia paham, Aiden pasti sednag cemburu. Biar bagaimana pun, ia pernah muda.
Setelah makan malam setesai. Acara berlanjut dengan iringan musik beat, mereka berpesta kecil dengan saling meniup terompet atau sekadar saling mengejek ketika mereka menggunakan asesoris badut. Namun seperitnya tak ada yang menyadari ketika itu Aiden keluar dari kemeriahan itu dan memutuskan juga keluar dari pintu belakang rumah. Entah menuju kemana.
Tapi tidak—karena Kris ternyata melihatnya. Hanya saja ia diam dan tetap fokus bercanda dengan Jessica. Saat Jessica berpamitan untuk ke toilet dan menitipkan ponselnya pada Kris. Kris menggunakan kesempatan itu untuk mengirim sebuuah pesan pada seseorang menggunakan ponsel Jessica.
Kris tersenyum miring ketika membaca pesan balasan yang tertera dilayar ponsel Jessica. Lalu ketika paman dan bibi Shin tengah larut dengan dunia mereka sendiri. Kris keluar dari acara itu dan meletakkan ponsel Jessica diatas meja minuman. Lalu ia berjalan keluar dari rumah Jessica. Mencari sebuah tempat yang sama dengan tempat yang ditunjukan pada pesan balasan tadi. Tepi pantai.
....
WUZZZ
Angin bertiup bersahutan tanpa henti ditepi pantai malam ini. Aiden memejamkan matanya menikmati sapuan angin itu menampar dengan lembut wajahnya. Kedua tangannya tenggelam kedalam saku celana coklatnya.
Entah apa yang membawanya kemari. Jessica. Mungkin iya. Gadis itu—Aiden hanya terlalu heran. Kenapa gadis itu malah mengundang Kris? Ok, mungkin karena Kris itu adalah pelanggan toko bungan paman Shin. Dan juga Jessica kan memang tidak tahu segala apapun tentang masalah Kris yang sebenarnya dengan dirinya. Jadi, sebenarnya Aiden pun tak bisa menyalahkan gadis itu sepenuhnya. Namun yah...anggap saja Aiden ini tengah cemburu. Pria ini takut akan segera meledak saat melihat begitu akrabnya Jessica bersama Kris. Membuat darahnya mendidih dan nyalinya sekejap menciut. Bukan masalah ia takut pada Kris. Melainkan karena ia menciut melihat keakraban itu. Seolah ia bahkan tak mendapat tempat untuk mendapat keakraban itu dari Jessica. Tawa gadis itu bahkan selalu muncul kala Kris melempari gadis itu dengan candaan walapun candaan itu terdengar aneh.
Atau singkatnya sebenarnya Aiden tengah takut—Jessica kembali kedalam pelukan Kris.
Aiden hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar dan menedang sebuah batu kecil diujung kakinya hingga batu itu terlempar kedalam air laut yang bergulung-gulung kecil didepannya.
"Jauhi Jessica."
Sebuah suara mengintrupsi kegiatan Aiden. Dan saat menoleh, ia mendapati Kris berdiri tak jauh darinya. Mata mereka bertemu. Tatapan tajam yang menyiratkan ketidaksukaan. Kris yang tidak suka Aiden terus menggunakan Jessica sebagai tameng. Dan Aiden yang tidak suka Kris kembali lagi masuk kedalam kehidupan gadis yang dicintainya—Jessica.
"Wae?"
"Karena aku pikir kau pria. Dan pria tak seharusnya menggunakan wanita sebagai tamengnya."
"Kau tahu apa tentang itu. Seharusnya kau yang menjauhi Jessica. Pria licik sepertimu bahkan tak layak berkenalan dengan gadis sebaik Jessica."
Kris mendecak lidahnya. Yah, ia memang licik. Ia mengakui ia yang dulu pernah bersahabat dengan Aiden. Tapi pada akhirnya persahabatan itu tak ada apa-apanya dibanding harta. Kris yang beberapa bulan lalu pernah hampir membunuh Aiden. Terdengar sangat menakutkan, bukan? Dan satu fakta ini pula yang kadang selalu menghantuinya ketika ia dekat dengan Jessica. Ia takut Aiden akan membongkar rahasia ini. Dan sudah bisa ia tebak—Jessica pasti akan menjauhinya—dan yang paling buruknya—mungkin akan membencinya dan berpaling pada Aiden?
"Apa kau pikir, kau ada pada sisi yang benar? Kau juga tengah menipu Jessica dengan berkata kau hilang ingatan. Kau ingat?" Ujar Kris.
"Diam kau!" Sentak Aiden.
"Berhentilah berbohong pada Jessica jika kau bukanlah pengecut, Lee Donghae...ah salah...maksudku Aiden.."
Aiden mengeram kesal. Cukup! Ia sudah tidak tahan lagi untuk melayangkan tinjunya pada wajah tampan dihadapannya ini. Wajah tampan dengan sejuta kelicikannya.
BUGH
Kris terhuyung kebelakang ketika Aiden melayangkan tinjunya pada daerah rahang pria itu. Namun ia mencoba kembali berdiri lalu tersenyum remeh pada Aiden yang terlihat begitu marah. Nafas pria itu begitu memburu dengan wajah yang sudah bisa ditebak bila ia sedang diambang batas kesabaran.
"Hah...pukulan yang cukup baik....aku pikir kau hanya bisa menjadi pengecut yang bersembunyi di belakang Je—"
BUGH
Aiden kembali melayangkan tinjunya. Kali ini tinjunya itu membuat Kris jatuh diatas pasir dengan tidak mengenakan. Aiden menghampiri Kris lalu mencengkram kerah kemeja Kris. "Aku bahkan lebih baik darimu Kris Wu. Karena setidaknya aku bukanlah pembunuh dan pengkhianat!"
BRUGH
Tanpa diterkira sebelumnya. Kris membalas tinjunya pada wajah Aiden. Alhasil kini darah segar mulai mengalir dari hidung Aiden. "b******k!" Umpat Aiden. Ia meringsek maju kembali dan terjadilah saling pukul.
....