3. Semburat Merah

1502 Words
i********:: gorjesso Happy Reading.. . /// . Aiden menemukan Jessica tengah duduk dihalaman belakang rumah ditemani Dogie yang berputar-putar mengelilingi tempat Jessica duduk. GUK GUK Anjing putih itu langsung berlari menghampiri Aiden begitu menyadari majikannya sudah kembali. Dan karena itu Jessica pun menoleh mencari penyebab Dogie menggonggong. Dan ternyata itu karena Aiden. "Kau sudah pulang?" Aiden tak menjawab. Ia langsung saja duduk disebelah Jessica. "Kau sudah lebih baik?" Tanya Aiden. "Tentu." Jawab Jessica singkat. "Apa itu?" Tanya Jessica, melihat Aiden yang memabaw botol minuman ditangannya. "Oh..ini...bibi Shin memberikannya tadi. Dan ini untukmu." Jawab Aiden. Jessica hanya ber-oh ria. Karena tadi ia sempat curiga, kenapa Aiden membawa botol minuman pereda haid? Tapi ternyata hal yang dipikirkannya salah. Botol minuman itu justru untuknnya. Suasana hening setelahnya. Matahari sudah mulai tenggelam dihadapan mereka. Itu terlihat jelas karena rumah Jessica yang memang langsung menghadap ke pantai. Angin sore yang bertiup juga memberi ketenangan tersendiri. Membuat siapapun yang merasakannya dapat terbuai. Aiden menoleh pada Jessica. Dan mendapati gadis itu tengah memejamkan kedua matanya. Dilihat dari jarak seperti ini. Jessica memanglah cantik. Gadis yang baik dan istimewa. Dengan rambut coklat dan bergelombang. Serta wajah yang mengungguli kecantikan boneka barbie. 1 bulan tinggal bersama gadis ini. Membuat Aiden tahu seperti apa gadis itu. Namun, ia berpikir. Bagaimana jika Jessica tahu bahwa ia hanya berpura-pura hilang ingatan? Apa reaksi gadis itu? Apakah ia akan kehilangan gadis itu? Kehilangan? Memang siapa dirinya? Aiden sadar. Ia sudah cukup keterlaluan dengan membohongi gadis baik ini. Mungkin bila yang menemukan dirinya bukanlah Jessica. Semua ini akan berbeda. Tak akan ada perasaan yang ikut terlibat kedalam rencana hidupnya. Tapi inilah yang terjadi. Yang menyelamatkannya kala itu adalah Jessica. Ia dirawatnya, dan diperlakukan baik oleh gadis itu. Siapa yang tak jatuh hati? Ia pun pria normal yang bisa merasakan terpesona. Jessica melambaikan tangannya didepan wajah Aiden. Berkali-kali namun pria itu tak kunjung sadar dari manunannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memukul pelan kepala pria itu. Membangunkan pria itu dari lamunannya, karena pria itu melamun dengan mengahadap pada dirinya. Membuat Jessica salah tingkah. "Yak! Kenapa memukulku?!" Umat Aiden tak terima. "Kau yang melamun terus. Ayo masuk kedalam." Ujar Jessica lalu ia beranjak dari posisi duduknya. Aiden pun mengikuti Jessica masuk kedalam rumah karena hari yang hampir gelap. Namun saat mereka sampai diambang pintu. Aiden menahan langkah Jessica. Jessica pun menoleh. Dan.. CUP Kau pernah merasakan tersetrum oleh jutaan volt listrik? Ya, aku sedang merasakannya kini. Batin Jessica. Jessica masih berdiri bak pahatan patung yang sempurna usai Aiden mengecup ringan pipinya. Dan kini pria itu sudah meninggalkannya diambang pintu. Pipi Jessica pun kini muncul oleh semburat merah. Apa yang pria itu sednag lakukan? Pikir Jessica tak percaya. . --- . Aiden sesekali terkekeh dan menahan tawanya, ketika melihat tingkah Jessica yang aneh. Gadis itu terlihat salah tingkah sejak mereka duduk bersama dimeja makan untuk menikmati sarapan. "Aku tahu kau ingin tertawa." Ucap Jessica kesal. Demi apa, Jessica tahu Aiden sedang menertawakan salah tingkahnya kini. Tapi salahkan saja pria itu. Pria itu yang lebih dulu membuatnya seperti ini. Pagi tadi, saat mereka tak sengaja berpapasan saat melewati pintu dapur. Aiden sekali lagi mengecup pipi Jessica. Dan terntu saja gadis ini selalu membeku. Ia sendiri bingung dengan tingkah Aiden ini. "Ya!" Pekik Jessica marah karena kini Aiden malah tertawa terbahak-bahak. Jessica beranjak dari kursi makannya dengan mendecak lidah karena kesal melihat Aiden yang tak kunjung menghentikan tawanya. Ia pun berencana ingin mengantarkan sendiri saja bunga-bunganya ke toko paman Shin. "Hey! Tunggu aku!" "Mianhe.." Ucap Aiden menyesal. Dan ia sudah mengucapkan kata maaf itu berkali-kali. Bahkan sepanjang perjalanan mereka menuju toko paman Shin. Namun Aiden tak kunjung mendapatkan kata ampun dari bibir Jessica. Haishh..! "Ada apa dengannya?" Tanya paman Shin pada Aiden saat ia melihat wajah murung Jessica. Namun Aiden hanya mengedikkan bahunya. Dan berjalan melewati pria paruh baya itu. "Kau apakan dia?" Tanya Paman Shin dengan nada yang seperti mengajak adu tarung. Demi apa, Aiden kini tengah bergidik ngeri. Bunuh saja dia karena berani mengusik ketenangan paman Shin. Asataga! ___ "Sica...." Rengek Aiden. Ia mengekori Jessica kemanapun gadis itu pergi. Bahkan ketika gadis itu hendak merebahkan tubuhnya untuk tidur dikamar. "YAK! KENAPA KAU MENGIKUTIKU TERUS!?" Bentak Jessica kesal. Bahkan kini pria itu ikut berbaring disampingnya. Apakah pria itu sedang minta dibunuh olehnya. "Ayolah...kenapa kau masih marah padaku?" Ujar Aiden. Lalu mendudukan dirinya disamping Jessica yang berbaring didepannya. "Ck! salahkan saja dirimu!" Cibir Jessica. Kemudia ia menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. "YA! tapi aku sudah meminta maaf, kan?!" Pekik Aiden kesal. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Jessica. Dan itu benar-benar membuat singa ditubuh Jessica terbangun sektika. Pria ini... Batinnya geram. "YA! APA SIH MAUMU?!" Bentak Jessica kesal. Dengan kasar ia membuka mrnyingkap selimut yang menutupi wajahnya. "Aku ingin kau memaafkanku. Mudah, bukan?" Ucap Aiden dengan aegyo, yang kini membuat Jessica bergidik ngeri melihatnya. Apa-apaan ini.. "Ck! terserah saja padamu!" Cibir Jessica sekali lagi. Dengan acuh ia kembali mengurung dirinya dibawah selimut. SRETT "YA! APA-APAAN K—KAU?" Pekik Jessica terkejut. Matanya membulat sempurna kala Aiden menyingkap selimut yang digunakannya. Dan kini pria itu berada diatas tubuhnya. "Maafkan aku!" Ucap Aiden tegas tak terbantah. Membuat Jessica melongo dibuatnya. "Hey! Kau sedang meminta maaf atau sedang memaksa aku memaafkanmu? Licik sekali.." Desis Jessica kesal. Ia mendorong d**a pria itu agar menjauh darinya. Tapi Donghae malah menekan tubuhnya. Tentu saja itu semakin membuat Jessica sesak napas. Selain karena berat tubuh Donghae yang menindihnya. Juga karena jarak wajah mereka yang tak bisa dibilang sebagai jarak normal untuk berbincang. Apa pria ini sedang gila? Batin Jessica memekik. Bukannya Jawaban yang berarti. Aiden hanya mengedikkan bahunya acuh. Lalu ia menatap kembali wajah cantik dibawahnya. Sebenarnya, Aiden sendiri tidak tahu ia mendapat keberanian dari mana untuk melakukan ini. Tapi entahlah. Yang terpenting, sesuatu yang ada dilubuk hatinya kini tengah meletup-letup bahagia. Menerbangkan ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya. "H-hey!" Ucap Jessica terbata. Kedua tangannya kini tengah bekerja keras untuk menahan tubuh Aiden yang sekin turun. Dan akhirnya berdampak pada jarak wajahnya dan wajah Aiden semakin terhapus. Aigoo... Batin Jessica berteriak gugup. Ia bingung harus melakukan apa saat ini. Hidung mereka berdua kini sudah saling bersentuhan. Dan tatapan Aiden kini menggelap—sendu. Jessica tak tahu apa yang sedang dipikirkan Aiden saat ini. Hingga pikirannya pun ikut kacau ketika bibir mereka sudah bersentuhan. CUP Jessica kacau. Ia membulatkan matanya semakin lebar. Tentu ia terkejut. Tidak! Ini bahkan maha dahsyat dari terkejut. Darahnya berdesir lebih cepat dari sebelumnya. Dan detak jantungnya mulai bergemuruh seperti kumandang perang ketika Aiden mulai menyapu bibirnya dengan bibir menawan pria itu. Jessica Lemas dibuatnya. Aiden semakin menekan tubuhnya pada tubuh Jessica ketika ia tak mendapat respon apapun dari gadis itu setelah cukup lama ia hanya menempelkan bibirnya diatas bibir tipis Jessica. Akhirnya ia pun memulai untuk menyapu bibir Jessica pelan. Memberi kesan pertama yang lembut bagi gadis itu. Sangat lembut. Ia melumat pelan bibir tipis Jessica. Tolakan tangan Jessica didada Aiden mulai mengendur. Gadis ini mulai terbuai dalam ciuman ini. Membuat kelegaan dihati Aiden mulai membuancah. Ia pikir Jessica akan menolaknya dan mungkin akan ada reaksi yang lebih buruk lagi. Tapi yah...Aiden tersenyum tipis dalam ciumannya. Ia menggigit-gigit kecil bibir Jessica. Memancing Jessica untuk melakukan hal serupa—membalas ciumannya. Jessica tahu. Ia sudah mulai terbuai dengan apa yang dilakukan Aiden sekarang. Ia akui ciuman yang diberikan pria ini begitu lembut. Sangat lembut. Dan terkesan hati-hati. Jessica menebak, bila Aiden pasti ingin ia membalas ciuman pria itu karena Aiden kini tengah menggigit kecil bibirnya. Dan perlahan. Jessica pun mulai membalasnya. Aiden terkejut. Jessica membalasnya? Dengan senyum bahagia yang masih terpatri. Aiden semkin memperdalam ciuman itu. Menekan tengkuk Jessica. Tak memberikan jarak sedikitpun untuk tubuh mereka. =flowered= Suasana menjadi sangat canggung keesokan harinya disaat mereka sudah diduduk bersama dimeja makan untuk sarapan. Mungkin bagi Aiden, kejadian kemarin malam hanya biasa untuknya. Namun berbeda dengan Jessica. Kejadian malam itu benar-benar berdampak dahsyat untukku. Bahkan tadi malam ia tak bisa terlelap tidur dengan tenang. Dan terus saja memegangi bibirnya ang ia yakin memerah setelah ciuman intens itu berakhir dengan Aiden dan dia yang tidur seranjang. Lihat saja sekarang. Aiden melahap sarapannya dengan tenang. Bandingkan dengan Jessica yang terlihat uring-uringan dengan pikirannya sendiri. Gadis ini terus saja mendesah frustasi. Karena ingatannya tentang ciuman tadi malam tak enggan untuk segera enyah dari tempurung kepalanya. "Gwenchana, Sica?" Tanya Aiden khawatir. Sejujurnya ia beberapa kali mencuri pandang pada gadis itu. Dan ia terus mendapati Jessica yang tak nyaman. Gelisah diatas kursinya. "Ah—o—ne. Nan gwenhanayo." Balas Jessica. Sempat linglung. Namun cepat ia mengendalikan dirinya. "Kalau begitu cepat habiskan makananmu. Atau..." Perintah Aiden, namun pria itu masih menggantung kalimatnya. Membuat Jessica menunggu apa yang ingin dikatakan pra itu. Atau? Batin Jessica berseru penuh tanya. "Atau aku akan menciummu lagi." MWO? Jessica terbelalak. Pria ini mengucapkan kalimat ancamannya itu didepan wajah Jessica persis. Membuat Jessica memundurkan wajahnya. "M-MWO? K-kau gila." Protes Jessica. Tapi hasilnya ia kehilangan pita suaranya. Karena wajah Aiden yang tak kunjung pergi dari hadapannya. Malah semakin dekat saja. "Aku serius. Jadi habiskan makananmu." Setelah Aiden duduk di kursinya lagi. Jessica mendesis kesal. Merutuki pria yang duduk menikmati sarapan bersamanya. ///
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD