Seorang perempuan muda memegang beberapa alat test pack berukuran sebesar jari telunjuk. Tangan perempuan itu gemetar memegang benda pipih itu. Terdengar isak lirih tangisnya, dia menyeka air mata yang dengan lancang turun mengaliri pipi tirusnya. Perempuan muda itu semakin menangis! Walau tidak tahu menangis untuk apa.
Dia menyandarkan tubuh ke dinding kamar mandi. Ini sudah test pack kelima berbeda merk yang dia coba. Semua hasilnya sama! Sepertinya walau berbeda merk, mereka nampak sudah berkonspirasi untuk membuat hasil yang sama! Padahal dia sungguh berharap ada satu atau dua alat yang menunjukkan hasil yang berbeda.
Dengan tangan yang masih gemetar, dia membuang empat alat yang sudah dicoba itu. Hanya dia sisakan satu dan disimpan dalam amplop kecil. DIa akan menyimpan benda pipih ini dengan sangat baik, agar tidak ada lagi penyangkalan dari lelaki itu, yang tega membohonginya selama ini.
Kepalanya mendadak terasa sakit, seperti ditusuk ribuan jarum secara bersamaan, kemudian memori beberapa minggu lalu berkelebat di ingatannya. Dia merasa de javu, sepertinya baru kemarin dia melakukan hal yang sama, menyimpan test pack ke dalam sebuah amplop untuk dia berikan pada lelaki itu.
Lelaki yang sungguh dia cintai dengan tulus, tapi telah memporakporandakan hidupnya, juga menghancurkan hatinya.
Aaaah kepalaku kenapa terasa sangat sakit?? Perempuan ini memukulkan kepalanya ke dinding sedikit keras.
Kemudian dia meremas rambut di kepalanya dengan dua tangan, berharap agar bisa menghilangkan rasa sakit yang tiba-tiba mendera. Dengan tertatih, dia ke luar dari kamar mandi, berjalan menuju kasur nyamannya, merebahkan tubuh dan berharap bisa tidur.
Nyatanya, jangankan tidur. Malah bayangan lelaki yang dia cintai, suaminya tercinta, sedang berduaan dengan seorang perempuan yang dia kenal, semakin membuat hati dan matanya panas.
Mereka menganggapku gila! Bahkan obat-obatan yang aku minum juga ternyata adalah anti depresan. Sial! Aku benci mereka! Aku benci suamiku!! Aku benci lelaki itu! Aku benci semuanya!
Batin perempuan itu menggelora dipenuhi emosi. Dia bahkan memukuli kasurnya dengan kencang. Kelebatan potongan kejadian-kejadian yang sempat terlupa, perlahan mulai dia ingat walau samar. Sayangnya, kelebatan itu hanya menambah sakit hatinya saja.
Dia mendengar suara dua langkah kaki mendekat dan membuka pintu kamar. Segera adia pejamkan mata, berpura tidur. Dari harum parfum yang terhidu, dia tahu itu adalah suaminya. Terdengar suara seorang perempuan, sepertinya itu perawat yang selama ini disewa untuk merawatnya.
"Hari ini ibu gimana?" Itu suara suaminya yang bertanya dengan suara pelan. Mungkin agar tidak mengganggu tidur si perempuan tadi. Kemudian terasa sisi kasur bergerak, tanda si pemilik suara bariton itu duduk di sebelah tubuh istrinya yang tergolek lemah di kasur.
"Tadi ibu sempat keluar rumah, katanya mau cari angin segar. Tidak lama kok pak, hanya dua jam. Begitu kembali langsung masuk kamar ini. Ternyata ibu tidur." Jawab si perawat itu.
"Bagaimana obat-obatannya? Masih diminum kan? Apakah hari ini ibu bersikap aneh lagi?" Tanya sang lelaki untuk menyakinkan.
Perempuan itu bertanya dalam hati, apa yang dia maksud dengan sikap aneh? Bukankah mereka yang menjadikannya seperti ini? Kehilangan memori? Menjadi gila? Bukan maunya dia kehilangan memorinya! Tapi suami dan selingkuhannya itu!
"Masih pak. Jangan khawatir."
Kemudian jemari si lelaki mulai memijat pelan kaki si perempuan. Terdengar suara desahannya, tanda lega bahwa sang istri tidak lagi bersikap aneh. Tapi mendadak ada rasa khawatir yang menyeruak masuk. Jika ingatn istrinya nanti sudah kembali normal, maka dia harus bersiap memberi seribu satu alasan pembelaan!
Tapi itu akan dia pikirkan nanti saja. Ada banyak hal yang harus dia bereskan. Lelaki itu beringsut, mencium mesra kening istrinya dan berbisik, “I love you.”
***
"Ada yang ingin kutanyakan padamu." Kata perempuan cantik itu suatu malam usai mereka b******a. Suasana temaram kamar ditambah heningnya malam, menambah kesan syahdu.
"Apa itu sayang?" Jawab si lelaki tampan itu dengan nafas masih terengah.
Sayang? Bullshit! Sayang dari Hongkong!
Batin si istri tidak dapat dibohongi. Dia sudah tahu semuanya. Kelakuan suami tercinta dan juga perempuan murahan yang mengaku sebagai temannya.
Si perempuan kemudian mengambil amplop yang berisi benda pipih yang selama ini dia simpan, kemudian mengambil ponsel, membuka galeri foto dan menggulir dan mencari foto yang membuat wajah suaminya memucat saat melihatnya.
"Aku tahu kita tidak sedang baik-baik saja, tapi kamu sungguh tega padaku. Ternyata kamu, mama dan Tatyana sama saja! Kalian sengaja memakai topeng baik padahal sungguh hati kalian busuk!"
Perempuan muda itu menjadi sungguh emosi, benda pipih yang ternyata test pack itu kemudian dia lempar tepat di depan wajah tampan suaminya yang semakin pucat.
"Kalian memang jahat! Menjadikan aku sebagai orang gila yang bisa kalian permainkan! Aku benci kamu! Benci! Pergi kamu dari kamar ini!" Usir perempuan muda tadi dengan kalap. Emosinya memuncak, logikanya tumpul dikarenakan kebohongan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang dia sayangi.
Wajah lelaki itu semakin pias, pucat pasi. Tidak menyangka kesadaran istrinya sudah kembali, tapi semuanya sudah terlambat. Dia bergerak maju mendekati sang istri dengan tubuh polosnya. Dia kira perempuan muda itu akan luluh dengan hanya melihat tubuh kekar dan d**a bidang yang dia miliki.
"Aku tidak akan pergi dari sini walau kamu usir. Tidurlah, kamu sedang kebingungan. Kita bicara besok pagi saat kondisi sudah tenang ya." Jawab si lelaki dengan suara bergetar menahan tangis.
Kemudian dia merengkuh pinggang ramping itu dan dipeluk sangat erat, hingga sulit melepaskan diri. Perempuan muda itu meronta, tapi percuma saja. Tenaganya tidak bisa dibandingkan dengan tenaga suaminya. Merasa sang istri sudah tenang, kemudian lelaki itu merebahkan tubuh di kasur, memakai lengannya sebagai bantal sang istri. Suatu hal yang dia tahu, sangat disukai istrinya dari dulu.
"Tidurlah!" Bisik si lelaki itu dengan sangat lembut, membuat istrinya merinding. Tanpa si lelaki itu tahu, perasaan yang berkecamuk di hati sang istri.
Jika bukan kamu yang pergi dari sini, artinya aku yang akan pergi. Silakan kalian para pembohong menikmati hidup kalian di atas kebohongan. Kalian pengkhianat, akan menerima balasannya! Lihat saja! I'm done with this.