BAB 5

1166 Words
    Semenjak kehadiran Niko, sudah ku ucapkan selamat tinggal pada kata damai dan tentram. Karena sejak beberapa hari kemarin hidupku sudah resmi menjadi kacau. Untung saja aku masih bertahan untuk menolak ajakannya ke ranjang. Tapi entahlah aku mampu bertahan sampai berapa lama lagi. Ku akui Alien yang satu ini gantengnya gak ketulungan. Aku tak kuasa mengabaikannya.     “Peraturan pertama dari perjanjian kita, jangan dekati kamar tidurku wahai tuan mesum.” ucapku penuh penekanan. Tapi dia malah senyum-senyum tidak  jelas sambil memandang geli ke arahku.     “Wow munafik sekali anda tuan putri, jelas sekali bahwa anda menginginkan laki-laki yang pandai di ranjang dan akulah orangnya. Kenapa sekarang tiba-tiba aku tidak boleh mendekati kamarmu?” Dia duduk di sofaku dengan angkuh dan masih tampan. Ya tuhan bagaimana aku bisa bertahan dengan godaan seindah ini?     “Waktu itu aku hanya bercanda.” Ucapku gugup sambil mengalihkan pandanganku dari matanya. Dan dia tertawa lagi. s**l.     “Benarkah?” Jawabnya singkat sambil menaikan sebelah alisnya. Demi apapun wajahnya terlihat sangat menyebalkan sekaligus tampan secara bersamaan membuatku memikirkan hal yang tidak-tidak.     “Tapi wajahmu mengatakan segalanya nona.” Ucapnya sombong. “Kau menginginkan aku ada di atasmu.” Sambungnya lagi. Aku pasti sudah merah padam mendengar kata-kata tidak sopannya itu.     “Yak! dasar m***m sialan.” Umpatku kesal. Dia tertawa terbahak.     “Aku beruntung, ternyata si Melvin b******k itu belum menyentuh tuan putriku.” dia menarikku ke pangkuannya dan memelukku sambil menenggelamkan wajahnya di leherku.     Sumpah! Alien satu ini m***m banget.     “Lepaskan aku beruang!” Ucapku malas. Lama-lama aku bisa terbiasa dengan pelukannya kalau setiap hari dia begini.     “Sebentar saja, aku suka baumu.” Ujarnya santai. Bagaimana dia bisa sesantai ini memeluk orang yang baru dikenalnya? Dasar m***m parah!     “Aku harus ke Minimarket untuk memberimu makan, cepat lepaskan!” dia terkekeh dan pelukannya mengendur.     “Aku ikut ke Minimarket.” Dia mengapit lenganku menuju pintu unit.     Kenapa jadi dia yang bersemangat? ***     “Selamat siang, selamat datang di cintamart.” Sambutan pertama dari petugas berbaju orange ketika kami membuka pintu. Aku tersenyum kearahnya seperti biasa. Kasir minimarket yang kebetulan akrab denganku karena aku sering belanja disini dengan si sampah, mengedipkan sebelah matanya dan mengacungi jempol sambil bicara tanpa kata mengomentari niko. Aku tersenyum kikuk dan si m***m itu malah senyum dengan sangat manisnya membuat beberapa petugas di minimarket tersipu.     Dasar tukang tebar pesona.     “Mas Melvin baru aja pulang dari sini mbak.” Ucap salah satu petugas laki-laki.     “Tumben mbak Raina gak bareng mas Melvin?” sudah dua kali nama si sampah disebut. Satu kali lagi aku ledakkan Minimarket ini!Aku tersenyum menanggapi mencoba sebiasa mungkin.     “Melvin kesini sama siapa?” Si k*****t s****n itu malah mancing-mancing. Rasanya aku ingin menutup kedua telingaku menghindari jawaban dari pertanyaan si Alien.     “Sama mbak Lyra mas, kirain lagi main ke unitnya mba Rain.” Aku bersumpah sesampainya di unit nanti aku jambak rambut si b******k itu. Berani-beraninya mengangkat topik yang ingin ku hindari.     “Bisa gak, gak usah bahas si sampah?” Bisikku kesal ketika kami sedang di lorong snack. Ternyata si Alien ini suka sekali kentang goreng kemasan. Dia membeli hampir empat bungkus. Awas aja kalau minta bayarin.     “Oh, ada yang hatinya masih panas ternyata.” Dia malah nyindir.     “Selamat sore mas Melvin dan mbak Lyra balik lagi ada yang ketinggalan yah?”Ucapan mbak Minimarket membuatku mematung.     “Iya nih, ada yang lupa belum kebeli.”Si sampah menjawab. Alien m***m itu malah tersenyum sambil menarikku yang mencoba sembunyi.     “Mbak Rain ada disini juga? Beli apa mbak?” Nah ini suara si centil Lyra. Arah pandangnya tiba-tiba beralih ke Niko dan entah aku salah lihat atau tidak dia sedikit tersipu.     “Kita mau masak bareng, iya kan sayang?”     “Sayang?” Lyra melihat ke arah kami heran. Tanpa di suruh si Alien sudah mengulurkan tangannya.     “Kenalkan, saya Niko pacarnya Rain.” Mereka berjabat tangan beberapa detik kemudianLyra mengalihkan pandangan ke arahku meminta penjelasan. Aku hanya tersenyum meng-iyakan.     “Ngobrol sama siapa honey?” Kali ini suara si sampah terdengar mendekat. Seperti ada yang patah di bagian d**a mendengar panggilan si sampah untuk Lyra. Dulu dia tidak pernah seromantis itu denganku.     “Ada mbak Raina mas.” Melvin menghampiri, ku lihat dia sedikit kaget melihatku bersama Niko yang sedang merangkul pundakku.     “Nyewa pacar dimana Rain?” Ni sampah bener-bener yah mulutnya pakai cabai sekilo. Niko tertawa mengejek sambil menatap tajam kearah si sampah.     “Kenapa? Lu gak rela Raina dapet cowo yang lebih segalanya dari lo?” waduh bisa gawat ini. Ku lihat Si sampah tidak terima dengan ucapan Niko. Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya aku keluar dari minimarket panas ini.     “Kita pulang aja yuk?” Aku menggandeng tangan si Alien menuju kasir tanpa mempedulikan tatapan tidak suka Melvin dan Lyra. Setelah membayar belanjaan aku segera keluar dari tempat itu.     Sejujurnya aku ingin sekali memaki mereka kalau perlu memukuli mereka, tapi aku merasa bahwa keputusan Melvin bersama Lyra ada sebagian yang merupakan kesalahanku. Aku yang tidak pandai merawat diri, aku yang tidak cantik untuk laki-laki seperti Melvin. Rasanya sakit sekali ternyata berhadapan langsung dengan mereka. Seperti kembali lagi pada saat aku memergoki mereka berselingkuh.Kurasakan Niko menggenggam tanganku erat. Aku mengalihkan pandangan kearahnya dan dia sedang menatapku dengan tersenyum.     “Ternyata kamu orang yang kuat Rain.”Aku mengerutkan alis heran.     “Kalau aku diposisi kamu, udah aku jambak adik kamu itu.” Dia mengusap puncak kepalaku, dan rasanya aku menemukan perasaan yang selama ini aku butuhkan.     “Lyra lebih segalanya dari aku, aku pikir si sampah itu wajar jika lebih memilih dia dari pada aku.”     “Siapa bilang, kamu cantik dengan caramu sendiri. Melvin saja yang bodoh , menyia-nyiakan wanita setulus kamu.     “Berhentilah menghiburku tuan Alien.” Dia terkekeh.     “Siapa yang lagi hibur kamu sih, orang aku jujur. Kita lihat aja nanti, si sampah itu pasti menyesal.” Aku hanya tersenyum. Untuk pertama kalinya aku bersyukur ada Niko di sampingku sekarang.     “Terimakasih.” Dia mengacak poniku gemas dan tertawa pelan.     “Kamu tuh lebih cocok jadi gadis yang ceria, murung gini jelek banget kaya nenek aku kalau lagi sakit gigi.” Tawanya pecah dan aku mengerucutkan bibirku sebal.     “Oh iya kamu belum pernah menceritakan keluargamu padaku.” Setelah kalimatku barusan Niko yang tersenyum tadi menghilang. Yang ada kini adalah Niko yang murung, Niko yang seolah menyembunyikan rasa sakitnya.     “Maaf kalau aku salah bicara.”Aku tidak enak melihat perubahan raut wajahnya. Dia tersenyum lembut ke arahku.     “Beliin aku es krim itu dulu, nanti aku ceritakan!” Dia sudah menarik lenganku ke arah tukang es krim tanpa meminta persetujuanku.     Aku sebenarnya masih belum mengerti,  darimana niko berasal. Dia selalu mengalihkan pembicaraan setiap aku tanya keluarganya. Dia seperti menyimpan kepedihan yang mendalam. Terkadang dia bisa seperti anak kecil yang merengek minta sesuatu. Kadang-kadang memelukku begitu erat seperti takut dunia ini berakhir bila dilepaskan. Dan entah kenapa aku tidak merasa takut pada orang asing satu ini. Aku seperti pernah mengenalnya sebelumnya.     Siapa sebenarnya Alien tampan ini? ***                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD