Chapter 1~Titipan Terindah
“Assalamu'alaikum, bunda..”
Ucap seorang gadis dengan lengkungan senyum manis yang menghiasi wajahnya berjalan menuju arah wanita paruh baya yang tengah duduk diatas sofa sederhana.
“Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakaatuh, putri bunda”
Gadis tersebut tersenyum sembari mencium punggung tangan kanan wanita paruh baya tersebut.
“Gimana ujian? Lancar? Ada yang susah nggak? ”
“Alhamdulillah, lancar banget, bunda..tapi, tadi sih ada yang sulit, Dira bingung mau jawab apa..yaudah Dira jawab asal-asalan...”
Jawab gadis tersebut yang bernama Nadira Mahesa Alfatunnisa.
Seorang gadis berusia 15 tahun yang tumbuh tanpa adanya seorang ayah disisinya. Bundanya merupakan seorang pemilik restoran “Azalia's Resto”. Walaupun tidak cukup terkenal, tapi usaha tersebut bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
“Bunda sekarang istirahat ya? Bunda kan capek, butuh istirahat..kalau bunda sakit gimana? ”
Perintah Dira kepada wanita yang selama ini merawat dan menjaganya.
“Iya, sayang. Yaudah, bunda ke kamar dulu ya? Kamu ganti baju terus makan! Bunda udah siapin makanan kesukaan kamu di meja makan”
Nadira melebarkan senyumnya hingga terlihat gigi putihnya. Lesung pipi yang menonjol di bagian kanan pipi Nadira pun menambah aura kecantikannya. Jilbab lebar yang menjuntai hingga batas pinggangnya membuatnya terlihat anggun dan menawan.
“Makasih bunda, Dira sayang bunda! ”
Ucap Dira sembari memeluk bundanya dengan erat. Matanya terpejam sembari menikmati aroma melati yang menempel di tubuh bundanya.
“Iya, sama-sama, putri kecilnya bunda..”
“Dira udah besar bunda...”
Ucap Dira sembari memajukan kedua bibirnya.
“Walaupun Dira udah besar, tapi bagi bunda, Dira tetap menjadi putri kecilnya bunda..”
Nadira melebarkan senyumnya sambil menganggukkan kepalanya
“Gimana sama hafalan kamu? Masih sama atau sudah tambah? ”
“Alhamdulillah, udah tambah bunda..nanti bunda simak ya? ”
Wanita paruh baya itu tersenyum manis sembari menganggukkan kepalanya.
“Yaudah, bunda mau keatas, kamu jangan lupa makan! ”
Nadira mengangguk sembari mengangkat tangannya dan ditempelkan didepan dahi seperti gerakan hormat ketika upacara pengibaran bendera.
“Siap, bunda! ”
***
...
قل إنما العلم عند الله وإنمآ أنٱ نذير مبين {٢٦}
Qul inaamal 'ilmu 'indallaahi wainamaaa ana nadziirum mubiiin
فلمآرأوه زلفة سيئت وجوه الذين كفروا وكيل هذا الذي كنتم به تدعون {٢٧}
Falamaaa ra auhu zulfatan siiats wujuuhul ladziina kafaruu wakiila haadzal ladzii kuntum bihii tadda'uun
قل أرءيتم إن أهلكني الله ومن معي أو رحمنا ٠ فمن يجير الكفرين من عذاب أليم {٢٨}
Qul araitum in ahlakaniyallaahu waman (m) ma'iya aurahimanaa ٠ Faman (y) yujiirul kaafiriina min 'adzaabin aliim
قل هو الرحمن آمن به وعليه توكنا ٠ فستعلمون من هو في ضلل مبين {٢٩}
Qul huwan (r) rahmaanu aaamanna bihi wa'alaihi tawakkalna ٠ Fasata'lamuuna man huwa fii dholaalin (m) mubiin
قل أرءيتم إن أصبحمآءهم غورا فمن يأتيكم بمآء معين {٣٠}
Qul airaitum in ashbahamaaaukum ghauran (ng) faman (y) yaktiikum bimaaain (m) ma'iin
صدق الله العظيم...
“Alhamdulillah, Dira udah lancar baca surah ini..Dira tau ini surah apa? ”
Tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain ialah bunda dari Dira, Azalia.
“Surah Al-Mulk, bunda”
Azalia menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban dari putri semata wayangnya.
“Surah Al-Mulk ini termasuk surah ke berapa dan berapa jumlah ayatnya? ”
Tanya lagi Azalia kepada putrinya dengan lembut.
“Surah ke-67 dan jumlah ayatnya 30...”
Azalia melebarkan senyum manisnya. Dia begitu bahagia ketika Allah menitipkan seorang putri yang begitu semangat dalam menghafal Al-Qur'an.
“Dira, inget pesan bunda ya. Jangan pernah takabbur (sombong) karena Nadira sudah hafal beberapa juz dalam Al-Qur'an. Ingatlah, bahwa Allah bisa saja menghapus kenimmatan yang Nadira rasakan saat ini, yaitu apa? ”
“Bisa mentadaburi (menghayati) dan menghafalkan beberapa ayat dalam Al-Qur'an..”
Azalia mengangguk sembari melengkungkan senyum manisnya.
“Semoga engkau selalu seperti ini, sayang. Bunda menyayangimu..”
***