Go

998 Words
Agam heran dengan gadis di depannya ini, sudah disindir halus sampai kasar pun dia tetap saja mengikutinya. "Cuacanya bagus ya," lagi-lagi gadis mungil itu berceloteh ria. "Cocok deh buat pacaran." Lanjutnya sambil sesekali melompat ke arah Agam. "Saya banyak urusan." Agam menatap jengkel perempuan di depannya itu. "Saya kesini buat bekerja bukan buat liburan. Jadi kamu jangan gangguin saya terus!" Raut gadis itu langsung menurun drastis, kecewakah dia? Entahlah Agam tidak perduli. "Tadi Mama masak gurame bakar loh, Kak." Gadis itu mencoba tersenyum kembali. "Pasti Mama senang banget kalau Kakak mau datang ke rumah." "Maaf ya Lea, urusan saya di sini jauh lebih penting daripada menghadiri acara konyol seperti itu." Ucapan Agam yang terbiasa sarkas itu seolah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Lalu dengan tanpa perasaannya Agam melenggang meninggalkan gadis itu, sesaat sebelum melihat dua pasang mata yang sepertinya tengah menatapnya sejak tadi. "Kenapa kalian masih disini?" Agam mendekat kearah Vernon dan Via yang masih mematung di tempatnya itu, Via langsung merapat ke arah Vernon dan semua itu tidak luput dari pandangan Agam. "Itu Pak tadi soalnya kaki Via sakit jadi kita istirahat dulu disini." Vernon yang menjawab demikian. Agam langsung memandang kaki gadis itu, tampak bengkak memang bentuknya. "Kalau masih sakit kenapa tidak bilang saya." Agam berjongkok untuk mengamati dengan jelas bentuk kaki bengkak Via itu membuat Via hampir terhuyung saking syok nya. "Kamu bisa istirahat di ruang kesehatan kalau kamu bilang." Komentarnya sambil mulai berdiri kembali. Via menggeleng cepat, "enggak kok Pak, ini udah lumayan mendingan." "Mereka siapa Kak? Karyawan Kakak?" Lea yang ternyata masih berada disana pun ikut mendekat mengamati wajah Vernon dan Via dengan jeli. Agam hanya mengangguk saja tanpa berniat menjawabnya. "Halo Kakak-kakak, kenalin aku Milea panggil aja Lea, tapi bukan Mileanya Dilan ya!" ucapnya lalu diakhiri tawa ringan. Vernon dan Via menjabat tangan Lea bergantian dengan sungkan. Ya siapa tahu aja ini pacar Bosnya, kan mampus mereka kalau sampai ketahuan nggak sopan. Alamat bisa didepak dari kantor! "Kamu Vernon kan, antar Lea sampai ke depan gerbang Villa. Saya yang akan antar Via." Perintah Agam ke arah Vernon, Vernon mengangguk meski dengan bingung. Seharusnya kan Bosnya itu mengantar pacarnya kenapa ini malah nganterin Via coba. "Kenapa nggak Kakak aja yang nganterin aku?" Agam menatap kearah Lea dengan datar. "Kamu bisa lihatkan karyawan saya itu lagi cedera dan sebagai Bos yang bertanggung jawab saya harus mengurusnya!" Tegas Agam seolah tidak ingin dibantah perintahnya. Agam memegang lengan Via lalu menuntunnya perlahan membuat jiwa yang berada dalam tubuh gadis itu seolah melayang keluar begitu saja. Yah hellow aja ya. Ini tuh deket pake banget. Setelah dirasa agak jauh dari jangkauan Vernon dan Lea. Via pun memulai membuka pembicaraan. "Padahal Vernon bisa lho Pak tadi bantuin saya." Agam langsung menghentikan langkahnya membuat Via secara tidak langsung juga berhenti. "Kenapa kalau saya yang nganter? Kamu lebih suka diantar sama teman kamu itu?!" Via jadi mengernyit bingung. Kenapa sih Bosnya ini kalau ngomong ngegas mulu bawanya. "Bukan gitu Pak, saya kan nggak enak sama pacar Bapak." Cicit Via yang hampir terdengar seperti gumaman. Namun karena tajamnya pendengaran Agam, dia pun bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Agam memicingkan matanya kearah Via. "Pacar siapa? Saya nggak punya pacar." Terang Agam langsung. "Yang tadi, Pak." Jawab Via memelan. "Tadi anaknya teman Ibu saya." Agam kembali melanjutkan langkahnya dengan hati-hati sambil memegang lengan Via. Via hanya diam dan tidak ingin membantah lagi, meskipun sejujurnya ada rasa tidak percaya dalam hatinya. Di ruang kesehatan tampak seorang wanita berjas putih yang tengah duduk menunduk sambil mencatat sesuatu pada bukunya, seolah tersadar wanita itu langsung menatap kearah Agam dan Via yang baru membuka pintu. "Kamu jaga dia, kakinya sedang sakit." Pesan Agam singkat yang langsung diangguki suster di ruang khusus kesehatan ini. Setelah itu Agam pergi meninggalkan Via berdua dengan wanita tadi, "tadi pacar kamu, ya?" Goda Mbak Mega ke arah Via. Via langsung mendengus kasar menanggapi, "boro-boro Mbak pacaran, ngobrol aja jarang." Jujur Via langsung. Mbak Mega hanya terkekeh geli melihat sepasang anak muda ini, dia lalu mulai memberikan perawatan-perawatan kecil pada Via untuk meredakan ngilu pada kakinya. "Kamu tidur saja biar lebih mendingan." perintah Mbak Mega yang langsung disanggupi Via. Dia merebahkan dirinya di atas brankar kemudian menutup matanya perlahan. Mimpi indah datanglah. ***** Agam membuka pintu ruang kesehatan dengan perlahan, sekotak nasi dengan sebotol air mineral sudah dia tenteng dalam kresek hitam nya itu. "Loh Bapak kesini lagi?" Mbak Mega langsung berdiri dan mendekat kearah Agam. Agam melirik pelan brankar Via sejenak, "Gimana keadaannya?" Tanya Agam to the poin tanpa basa-basi sedikitpun. Mbak Mega menatap ke arah pandangan Agam juga. "Alhamdulillah bengkaknya udah mulai berkurang, tapi mungkin nanti bakalan bekas biru-biru karena efek keseleonya." Jelas Mbak Mega. "Kamu boleh kembali ke Villa, biar saya yang jaga Via." Mbak Mega langsung menatap speechless ke arah Agam, perasaan biasanya Bosnya ini selalu masa bodoh deh. Tanpa memikirkan lebih lanjut Mbak Mega langsung pergi dari sana, tidak lupa setelah berpamitan sopan kepada Bosnya itu. Bagaimanapun juga meskipun Agam lebih muda tapi dia adalah atasannya. Agam melangkahkan kakinya ke samping brankar gadis yang tengah tertidur itu, meletakkan barang bawaannya di atas nakas dirinya lalu mendudukkan pantatnya di kursi di samping brankar itu. Agam mengamati lekat wajah Via, sangat tenang dan damai .... juga manis. Benar-benar perpaduan yang sangat sempurna! Pantas saja gadis ini dijadikan primadona di kantornya. Bukannya Agam tidak tahu soal itu, namun dirinya lebih ke masa bodoh terhadap hal yang dianggapnya tidak penting seperti itu. Agam masih saja diam sambil mengamati Via dari ujung rambut sampai ujung kaki, berdoa saja lah agar tidak ada setan lewat sehingga dia tidak akan berbuat khilaf. Namun tanpa sadar tangannya terangkat untuk mengelus rambut lembut Via itu. Agam masih menatap Via dengan datar, seolah dia tidak melakukan sesuatu hal yang aneh. "Apa yang sudah kamu lakukan pada diri saya, sih?" Lirih Agam sambil terus membelai rambut Via. "Memangnya saya ngapain Bapak?" Gubrak! Hampir saja Agam terjungkal bila tidak sigap memegang ujung brankar. Via yang mendadak bangun itu membuatnya melotot kaget. JANGAN BILANG GADIS INI TIDAK TIDUR SEJAK TADI?!!! ***** TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD