bc

Cinta Semasa SMA

book_age16+
1.4K
FOLLOW
16.5K
READ
family
friends to lovers
arranged marriage
badboy
comedy
bxg
humorous
highschool
friendship
friends
like
intro-logo
Blurb

Menjadi wanita cantik yang tomboy dan gak peka? Sosok Anjarani yang judes tapi manis membuat banyak masalah di sekolahnya. Dia, dikenal sebagai sosok yang galak dan tidak kenal takut.

Namanya dikenal seantero sekolah dan tidak mungkin semua siswa di sekolahnya tidak kenal dengan Anjarani. Sosok yang menjadi primadona para siswa laki-laki dan menjadi standar pertiwi wanita idaman.

Kepiawaiannya dalam mendidik diri sendiri untuk menjadi nomor satu dan tak terkalahkan. Cerdas dan juga cerdik. Sifat pendendamnya yang berbahaya. Sampai julukannya sebagai durjana sadis yang tidak mengenal ampun.

Tapi bagaimana jika teman masa kecilnya sejak dia orok bernama Indra jatuh cinta padanya?

Anjarani kembali ke Balikpapan setelah sekian tahun lamanya sejak ia pindah ke Malang bersama orang tuanya. Kini, ia satu sekolah dengan Indra. Memulai kegiatan durjananya untuk melumpuhkan segala tindak kekerasan dan kriminal di sekolah mereka.

Menggantungkan perasaan seorang Indra yang keki dan bermulut lantih. Bagaimana kisah mereka di masa SMA ini? Cari tahu di n****+ ini yaa

chap-preview
Free preview
Bab 1. Anjarani Dan Indra
“Halo? Kak Feri dimana? Rani sudah nungguin dari tadi nih. Lama banget sih!” Ucap seorang gadis belia yang sudah mengipaskan topi yang ia pakai ke arah lehernya. Panasnya kota Balikpapan membuat wajah sekaligus kulitnya memerah kepanasan. Kota yang katanya sejuta mimpi ini panasnya bagai berada di pemanggang roti. PANAS! Maklum saja, kota ini kota produksi minyak terbesar. Banyak pertambangan minyak di kota dengan maskot beruang madu ini. Baru beberapa menit saja rasanya kulit Anjarani sudah mulai menghitam karena terik matahari. Ia menyesal kenapa tidak tunggu di lobby bandara saja. ‘Ya elah Ran, katanya kamu dijemput pangeran berkudamu di bandara. Kakak lagi ngasuh Samudra ini, ndak bisa jemput ke bandara.’ Ucap seseorang yang disebut Kak Feri oleh Anjarani di seberang telepon. Anjarani Mahardian Simatupang, gadis berusia enam belas tahun saat ini langsung menendang koper besarnya dengan kesal. Bukan ia kesal dengan kakaknya karena tidak bisa menjemput di bandara, tapi karena pria yang dipanggil ‘Pangeran berkuda’ oleh kakaknya itu tidak datang menjemputnya. “Katanya dia mau jemput dari kampus habis daftar kuliah. Aku sudah hubungin nomornya dia tapi gak diangkat.” Ujar Rani kesal. Masih dengan setia menempelkan ponsel di telinganya sambil berkipas. ‘Ya sudah naik taxi aja. Ndak usah marah-marah juga dong. Namanya juga orang lagi ada urusan, maafin aja kalo ndak bisa jemput.’ Anjarani pun menghela nafasnya agar sedikit dramatis. Padahal ia sudah minta dicarikan tiket malam saja agar tidak marah-marah dan mengeluh kepanasan seperti ini. Biasanya juga kakaknya Feri Simatupang itu mencarikan tiket malam. “Tapi hareudang kiyeu. Teu kuat abdi.” ( Tapi panas begini. Gak kuat aku. ) Keluh Anjari dengan bahasa Sunda yang kental. ‘Iya. Ngadem aja dulu di dalem Ran.’ Ia kembali berdecak dan memilih untuk mengikuti saran kakaknya. “Yaudah deh. Dari pada kepanasan, bau tutung oge. Hayang sare di bandara we lah abdi.” ( Daripada kepanasan, bau gosong. Jadi pengen bobok di bandara aja lah.) ‘Gelo! Buruan pulang lah! Emang ndak mau buru-buru ketemu Samudra apa?’ “Iya, kak iyaaa. Yaudah, aku ngadem dulu. Assalamu’alaikum.” Anjarani pun memutus sambungan ponselnya dan kemudian menggeret kopernya lagi untuk masuk ke lounge bandara. Ya, hitung-hitung sekalian ia membeli beberapa cemilan atau minuman es kopi untuk melepas dahaga. Padahal setelah Dzuhur ini Anjarani harus jadi baby sitter Samudra karena teh Elsa lagi sakit dan dirawat di rumah sakit. Sedangkan kakaknya Feri? Hah… jangan diharapkan. Dia kakak laki-lakinya yang tidak mungkin bisa mengurus bayi berumur sebelas bulan. Maklum saja, laki-laki. Anjarani, terlahir sebagai gadis keturunan Batak, berdomisili di Balikpapan dan mampu menguasai bahasa Sunda. Aneh bukan? Ya! Keluarga ayahnya asli orang Batak. Karena sewaktu masa sekolah SMP, Anjarani sekolah di Lembang, dan SMA ia kembali ke Balikpapan. Ayah dan ibunya memilih untuk tinggal di Lembang karena disana dingin dan sejuk. Ibunya juga tidak terbiasa untuk tinggal di Balikpapan karena cuacanya panas sekali. Sedangkan ayahnya tentu saja mengikuti kemauan ibunya. Ibunya mojang bandung dan bapaknya Batak tulen. Maka perpaduannya? Tidak perlu ditanya lagi. Orang bandung visual dan terkadang jadi kiblatnya wanita-wanita cantik. Tapi sayang Anjarani ini tidak seperti wanita kebanyakan. Anjarani berjalan dengan langkah yang lebar. Ia menggunakan celana jeans hitam dan kaos yang juga sama hitam. Matanya menyurusi kursi-kursi yang tersedia di lobby sembari mendorong trolleynya menggunakan siku tangannya. Ia akan membeli cemilan dan minuman kemudian menyendiri di kursi yang tidak terlalu ramai orang. Ketika matanya melihat sebuah konter penjual waffle, matanya langsung berbinar senang. Ia membawa cukup uang untuk hidup sehari saja di bandara. Pikirnya mengarang bebas. Tiba-tiba, ketika Anjarani sudah membelokkan trolleynya ke arah konter, seseorang berteriak ke arahnya. “Woi! Ran!” Anjarani tiba-tiba terhenti dan menoleh dengan sangar ke sumber suara. Dari suaranya pun Anjarani tahu siapa orang yang berani meneriakinya seperti itu. Ia menolehkan kepalanya dan menyaksikan pria kurang ajar yang sudah sejak tadi ia tunggu. Tapi sewaktu sosok laki-laki yang meneriakinya itu mendekat. Barulah Anjarani ikut berjalan mendekat dengan tampang marah dan emosi meluap-luap. Jujur saja jika tidak bisa menjemput jangan berjanji untuk menjemput. ‘Sialan! Ini orang dandan dulu?’ Batin Rani aneh. Ia tidak tahu jika Indra bisa langsung berubah setelah tiga minggu ia tinggal ke Lembang. Mulutnya sudah siap menjejali pria itu dengan berjuta-juta kosakata yang ia hafal mati. “Kamu dari mana aja sih? Aku itu sudah nungguin setengah jam disini! Kenapa kamu gak balas WA-ku?” Anjarani langsung mengomeli Indra. “Aku tadi ke toilet, mules. Waktu aku balik, pesawatmu sudah landing. Aku nyariin kamu ke dalam kamunya sudah gak ada.” Kata Indra menyakinkan Anjarani. Wajahnya ikut kesal karena diomeli. Ia tidak biasa diomeli di depan umum seperti ini. Beruntung mereka sahabat sejak lama. Jadi Indra tahu dan hafal sekali sifat cewe resek ini bagaimana. Ngomel? Anjarani bicara santai saja sudah seperti mengomel. “Alasan aja kamu. Nih! Bawain koperku.” Indra memutar matanya kesal. “Udah ngomel-ngomel gak jelas, nyuruh pun gak ada sopan santunnya. Tuman!” “Bodo amat!” Anjarani berjalan lebih dulu meninggalkan Indra. “Eh? Mau kemana kamu? Mobilnya aku parkirin di lantai bawah!” Teriak Indra sedikit keras saat melihat Anjarani berjalan menjauh. “Mau beli softex! Mau ikut?” “Astaga ini perempuan satu. Laknat banget mulutnya. Bikin malu.” Gumam Indra lebih memilih pura-pura tidak mendengar. Indra Dananjaya Yudistira. Putra semata wayang pak Dananjaya, berusia tujuh belas tahun dan baru saja mendaftar kuliah di UNIBA. Dengan segala jenis t***k bengek dokumen untuk mendaftar kuliah disana, akhirnya selesai sedikit ngaret. Untung saja ia masih sempat datang ke bandara dan menjemput si putri barbar alias Anjarani, yang biasa dia panggil Anjarani Mahaberani carimati. Yaa begitulah Indra menamai wanita ini. Sepuluh tahun dia kenal Anjarani, sepuluh tahun juga ia sering disiksa dengan kejahilannya. Ah tidak-tidak. Tujuh tahun, saat SMP mereka berbeda kota. Syukurlah, tiga tahun yang menyenangkan untuk Indra. Dan sekarang, setelah berpisah selama tiga minggu karena Anjarani harus mengurus ibunya yang sudah berangkat umroh kemarin. Sekali mereka bertemu pun sudah macam tom and jerry. Indra sudah diperalat menjadi tukang angkat kuli panggul di bandara. Dia bawa tiga koper besar yang beratnya tidak main-main ini disuruh bawa semua ke lantai bawah? Yang jelas Indra bisa patah tulang jika membawanya sendirian. Melihat wanita itu sedang mengantri minuman kopi, Indra berkacak pinggang. “Syukur-syukur aku ikut dibelikan es kopi. Lumayan kan?” Gumam Indra menunggu minuman gratis dari Anjarani. Matanya tanpa sadar memperhatikan Anjarani yang sama sekali tidak berubah sejak mereka kelas satu SMA. Ciri khas Anjarani yang selalu mengenakan celana jeans. Rambut hitamnya bahkan sudah hampir mencapai bokongnya. Indra tersenyum kecil. Ia ingat dengan jelas rambut Anjarani sewaktu kelas satu SMA hanya sepanjang pundaknya saja. Tidak sengaja pandangannya pun terarah pada bibir Anjarani yang sedikit memerah. Indra langsung menutupi senyumannya agar tidak disangka gila oleh orang-orang yang lewat karena tersenyum sendiri. Saat Anjarani kembali dengan satu cup es cappuccino, Indra langsung mendesah jengkel. “Punyaku mana?” Tanya Indra kesal. Anjarani pun langsung mengerutkan alisnya. “Memangnya kamu nitip? Kan tadi aku udah nawarin mau ikut apa gak, kamu diam aja. Buang muka lagi. Sok keren!” Indra mengusap wajahnya. Lihatlah wanita tidak peka ini. Sudah cerewet, tidak peka, menghina lagi ujungnya. Ia mengelus dadanya dan menatap Anjarani yang menyedot minuman kopinya walaupun tanpa niat untuk pamer pada Indra. “Ya Allah gusti… Paringono sabar.” ( Ya Allah. Berilah kesabaran.) Gumam Indra frustasi. “Salah sendiri kenapa gak nitip. Nih! Aku kasih air mineral aja.” Kata Anjarani sambil menyodorkan sebotol minuman mineral dingin. Dengan kasar Indra mengambilnya dan langsung menenggaknya setengah. “Lain kali, aku beliin yang samaan dong biar gak kejadian kaya gini.” Ujar Indra sedikit memberi kode makna tersirat pada Anjarani. Tapi melihat alis wanita itu yang mengkerut membuat harapan Indra pupus dan memutar matanya kesal. “Enak aja. Kamu tuh yang harusnya traktir aku. Aku ini perempuan. Mana ada perempuan traktir laki-laki.” Anjarani masih saja mengomeli Indra. “Eh! Katanya emansipasi wanita. Kok apa-apa minta di traktir sih? Gak mandiri namanya.” “Halah! Bilang aja gak mau traktir! Dasar laki-laki gak modal!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
476.2K
bc

True Love Agas Milly

read
199.6K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
123.1K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.7K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Married With My Childhood Friend

read
45.5K
bc

The Ensnared by Love

read
105.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook