Bab 6 Cucu Satu-satunya

1452 Words
Episode paling konyol dalam hidupnya telah usai. Hanna tahu, dia memang tidak akan bisa mengabaikan perasaannya begitu saja. Dia tidak bisa mengatakan pada dunia bahwa hatinya baik-baik saja. Itu palsu. Karena sesungguhnya hatinya memang tidak baik-baik saja. Selalu ada denyut menyakitkan dalam dadanya setiap kali mengingat Edward. Bagaimana pun Edward adalah cinta pertamanya. Satu-satunya cinta yang dia miliki saat ini. Saat ini. Ya, saat ini. Dan cinta itu sudah berakhir saat ini. Dia tidak tahu bagaimana dengan nanti. Yang jelas hidupnya nanti tidak tergantung lagi pada perasaannya saat ini. Hidupnya nanti tergantung pada seberapa besar usahanya untuk melupakan, meninggalkan semua kepahitan dan melanjutkan hidupnya dengan semangat dan harapan yang baru. Dan Hanna memutuskan untuk memulai hari ini. Hari ini diawali dengan sinar mentari yang cerah dan kicau burung yang bernyanyi riang di luar jendela kamarnya. Entah karena hatinya yang sudah membaik atau karena alasan lain, sinar mentari dan kicau burung membawa rasa senang dalam hatinya saat dia membuka mata pagi ini. Hanna pun bergegas bangun dengan bersemangat. Dia sudah memutuskan untuk membahagiakan kakeknya, satu-satunya orang yang sangat menyayangi dan melindunginya saat ini. Dan dia tidak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan dan mengasihani diri sendiri. Dia adalah gadis pintar, cantik dan lulusan universitas terbaik dengan predikat Magna Cumlaude. Hidupnya terlalu berharga untuk disia-siakan meratapi sebuah roman picisan yang telah diinjak-injak oleh Edward. “Apa selanjutnya rencana Opa untuk hidupku? Aku akan menyesuaikan dengan rencana Opa.” Hanna berkata saat menikmati sarapan pagi berdua dengan kakeknya. Kakek tertawa melihat semangat Hanna. “Baiklah. Opa sudah mengatur beberapa hal sebelum tiba waktunya kamu Opa perkenalkan ke publik. Pertama-tama, kamu harus mencari pengalaman dengan bekerja selama satu tahun di perusahaan lain, bukan perusahaan keluarga kita. Kalau kamu dapat melewati proses ini dengan baik, kamu layak menjadi CEO perusahaan keluarga kita. Kamu tahu, Opa sudah tua dan ingin menikmati masa tua dengan lebih santai.” “Tapi aku belum punya pengalaman apa-apa, Opa. Apa tidak terlalu berlebihan kalau nantinya Opa mempercayakan tanggung jawab sebesar itu padaku?” Hanna menatap kakeknya dengan perasaan tak yakin. Sesaat kakeknya menatap Hanna serius sebelum berkata, “Kamu sengaja Opa kirim ke Australia untuk mendapatkan pendidikan terbaik di sana. Dan kamu telah membuktikan keyakinan Opa bahwa kamu bisa menjadi orang hebat dengan prestasi yang kamu raih. Ayolah. Yakinlah pada dirimu sendiri. Opa saja yang hanya lulusan SMA bisa, apa lagi kamu yang S2.” “Asal Opa percaya, aku akan berusaha.” Hanna akhirnya berkata sambil tersenyum. Yang paling penting adalah kepercayaan kakeknya. Segala sesuatu bisa dipelajari. “Semua akan berkembang secara alami, Nak. Darah Maranta dalam dirimu akan menuntunmu. Dan satu hal yang paling penting, tetap andalkan Tuhan, maka hidupmu akan diberkati.” “Iya, Opa.” Hanna hanya bisa mengangguk sambil tersenyum lebar. Kata-kata kakeknya semakin memotivasi dirinya untuk terus melangkah dengan penuh pengharapan. “Satu hal lagi, Opa menginginkan identitas kamu jangan sampai terungkap ke publik sebelum secara resmi Opa perkenalkan.” Suara kakeknya terdengar tegas dan dahinya agak berkerut. Samar-samar Hanna melihat kekuatiran di wajah kakeknya. Membuat hatinya bertanya-tanya. Ada terlalu banyak hal yang begitu mengejutkan dan tidak dia mengerti. Tapi Hanna memutuskan untuk tidak mengungkapkannya. Suatu saat nanti pasti akan ada penjelasan dari kakek. “Baik, Opa.” Hanna menjawab patuh dan terlihat kakeknya menarik napas lega. Hanna juga belum ingin orang lain mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Belum waktunya. Hanna belum siap menghadapi reaksi orang-orang begitu mengetahui identitasnya. Mentalnya belum cukup kuat untuk itu. Setelah perbincangan dengan kakeknya, Hanna kembali menemukan semangat juangnya. Sebagai cucu satu-satunya, kakek telah menaruh harapan besar padanya. Tentu saja Hanna tidak akan mengecewakan kakek. Hanna ingat bagaimana pertama kali dia bertemu dengan kakek. Hanna diantar oleh pengacara yang ia datangi waktu itu. Ternyata pria itu adalah pengacara keluarga Maranta. Waktu itu, setelah mamanya meninggal dunia dalam peristiwa kecelakaan, Hanna menemui sang pengacara sambil membawa sebuah amplop cokelat sedang yang diberikan mamanya jauh sebelumnya. Mamanya berpesan, jika sesuatu terjadi padanya, Hanna harus menyerahkan amplop cokelat itu pada seorang pengacara yang mamanya sebutkan namanya. Sejak itu hidup Hanna berubah. Begitu melihat Hanna, kakek langsung memeluknya dengan sangat erat. “Maafkan Opa, Sayang.” Kata kakeknya dengan suara serak. Setelah bertahun-tahun mencari, akhirnya cucunya dibawa langsung ke hadapannya. Tuhan telah menjawab doa-doanya dengan mujizat. Seorang cucu yang selama ini hanya ada dalam angan-angannya telah berdiri di hadapannya. Pertemuan ini adalah sebuah keajaiban. Kakek terlihat emosional. Hanna dapat merasakan tangan yang memeluknya itu gemetar. Saat kakek melepaskan pelukannya dia terlihat beberapa kali mengusap ujung matanya. “Dia persis seperti mamanya, Gus.” Kakeknya berkata pada bapak pengacara sambil tertawa. Ada rasa bangga dalam suaranya. Sejak saat itu hidup Hanna berubah. Dia punya keluarga. Dia punya rumah yang menanti kepulangannya dengan penuh cinta. Kakek yang sepertinya ingin menebus kesalahan pada mamanya melimpahi Hanna dengan kasih sayang dan kekayaan. Hanna pun seperti dibawa masuk ke negeri dongeng yang selama ini hanya ada dalam khayalannya. Sekarang saatnya melupakan semua masa lalu dan memulai lembaran baru kehidupannya. Hanna telah menjadi pribadi yang sama sekali berbeda dengan dirinya yang dulu. Malam itu Hanna sudah melihat dengan jelas. Edward bahagia, sangat bahagia malah, dengan pernikahannya. Hanna masih mengingat jelas bagaimana senyum pria itu. Aura bahagia memenuhi seluruh raut wajahnya. Semua keluarga mereka pun tampak sangat bahagia. Pernikahan mereka sepertinya memang sangat diharapkan oleh keluarga kedua belah pihak. Oke. Mungkin perempuan itu memang jodoh yang tepat untuk Edward. Hanna yang miskin tentu saja tidak masuk hitungan. Edward hanya pantas bersanding dengan gadis kaya seperti Sheila. Pantas mamanya Edward selalu membela Sheila dan menimpakan semua kesalahan pada Hanna. Karena Hanna hanya gadis miskin yang tidak ada artinya di mata orang-orang itu. Saat Hanna berpamitan untuk kuliah di luar negeri saja mama dan kakaknya Edward hanya tertawa sinis. Hanna tidak akan pernah melupakan kata-kata mereka yang penuh penghinaan. “Hah? Kuliah di luar negeri? Kamu pikir kami bodoh? Gadis miskin seperti kamu mana mungkin bisa kuliah di luar negeri?” Mamanya Edward berkata sinis sambil menatap Hanna dengan pandangan menghina. Kakaknya Edward menimpali sambil tertawa-tawa sinis. “Jangan-jangan kamu mau jadi TKW? Atau mau jual diri di luar negeri?” Hanna merasa sedikit tersinggung mendengar kata-kata konyol mereka. Namun dia lebih merasa lucu dengan sikap mama dan kakaknya Edward yang boleh dibilang sangat kampungan. Hanna masih ingat bagaimana dia tertawa sampai sakit perut saat mengingat kejadian konyol itu. Dan sepertinya sudah tepat Edward memilih Sheila sebagai istrinya. Perempuan itu akan menjadi sekutu yang baik untuk ibu mertua dan kakak iparnya. Membayangkan bagaimana hidup yang akan Edward jalani dengan Sheila, rasa sakit di hati Hanna perlahan berkurang berganti keprihatinan. Karena sepertinya Edward harus berusaha ekstra keras untuk membuat kehidupan pernikahannya bahagia. Sheila seorang perempuan dengan karakter dan mental yang cacat. Orang seperti Edward yang berperasaan lembut hanya akan menjadi bulan-bulanannya. Bukannya terlalu berpikir negatif, tetapi bertahun-tahun berinteraksi dengan perempuan itu, tidak ada satu pun kesan baik yang Hanna dapatkan. Gadis itu sombong sekali dan seringkali bertindak kejam. Bisa dibayangkan seperti apa dia akan memperlakukan suaminya. Tiba-tiba Hanna merasa kasihan pada Edward dan berharap semoga saja dugaannya keliru. Sekalipun sakit, dia tetap berdoa untuk kebahagiaan Edward. Semua demi seluruh kebaikan yang telah Edward lakukan untuknya. Hanna tidak menyimpan dendam pada Edward dan Sheila. Dia percaya, Edward bukan jodohnya dan Tuhan pasti sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuknya. Di akhir perbincangan mereka di meja sarapan, kakek menyodorkan sebuah map berisi beberapa iklan lowongan kerja. Dari enam perusahaan yang membuka kesempatan kerja, ada satu iklan yang membuat Hanna tertarik. Salah satu poin persyaratan untuk pelamar menyebutkan, ‘Setiap pelamar wajib membawa langsung surat lamarannya dan akan langsung menjalani tes wawancara.’ Hanna menyukai prosedur yang tidak ribet seperti itu. Akhirnya dia langsung menulis surat lamarannya. Tidak sampai lima belas menit surat itu sudah selesai Hanna buat. Setelah melengkapi surat lamarannya dengan foto copy ijazah Sarjana dan beberapa dokumen lain yang dipersyaratkan, Hanna segera meminjam sepeda motor bapak tukang kebun dan langsung berangkat membawa lamarannya ke perusahaan itu. Perusahaan yang membuat Hanna tertarik itu adalah sebuah perusahaan eksport import yang tidak terlalu besar. Itu kesan yang Hanna dapat saat melihat gedung kantornya yang hanya terdiri dari dua lantai dengan luas sepertinya tidak lebih dari 300 meter persegi. Namun halaman parkirnya luas dan lingkungan sekelilingnya asri. Lingkungan kerja yang menyenangkan. Hanna sudah tidak sabar untuk wawancara kerja pertamanya. Tak sampai dua jam, Hanna sudah keluar dari kantor itu dengan wajah sumringah. Tadi dia hanya mendapat satu pertanyaan dari ibu kepala divisi HRD. Apakah dia bersedia untuk bekerja keras atau tidak? Semudah itu dan tadi dia juga langsung mendapat pelatihan singkat sebagai persiapan untuk pelaksanaan tugasnya sebagai staf operasional. Wow! Dia sangat beruntung bisa mendapatkan pekerjaan hanya dalam waktu sesingkat itu. Perjalanan pulang ke rumah pun menjadi lebih menyenangkan. Hanna mengendarai sepeda motor butut yang menimbulkan suara bising itu sambil bersenandung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD