Hanna sedang mengaplikasikan bedak tabur untuk kulit remaja di wajahnya ketika terdengar bunyi kendaraan masuk ke halaman rumah. Mungkin Ronald yang datang.
Hanna melirik jam dinding, masih lima belas menit sebelum waktu yang mereka sepakati. Sepertinya pria itu punya kebiasaan datang lebih awal.
Dengan buru-buru Hanna mengoleskan lip gloss dibibirnya, lalu menyisir rambutnya yang dibiarkan tergerai di bahunya.
Dia mengenakan sneaker lalu sambil tak lupa meraih tasnya dari atas meja dia bergegas melangkah keluar kamar dan menuruni tangga dengan langkah ringan.
Mendekati ruang tamu, Hanna mendengar suara orang berbincang-bincang. Rupanya kakeknya sedang berbincang-bincang dengan Ronald. Kedua pria itu menoleh serempak saat Hanna memberi salam.
“Selamat sore, Han. Sudah siap? Maaf aku
