Preview

496 Words
"Saya melakukan kesalahan apa Pak sampai saya di panggil kemari?" Arisa meremas tangannya kuat, hatinya merasa was-was saat berhadapan dengan pria muda berusia 27 tahun di hadapannya ini, seorang pria yang bukan orang sembarangan, tapi dia merupakan seorang CEO tempat Arisa bekerja sekarang. Selama ini Arisa menjalani hidupnya begitu lurus dan sebisa mungkin menghindari masalah, hingga kemarin tanpa sengaja Arisa terlibat insiden tidak sengaja dengan Bossnya ini dan membuatnya sekarang berakhir di ruangan CEO yang tidak sembarang bisa di masuki orang. Ruangan maskulin yang penuh dengan aroma khas seorang Arsha Dharma. Berbeda dengan para wanita di sekeliling Arsha yang akan langsung terpikat dengan semua pesonanya, Arisa sekarang justru gemetar, khawatir Bossnya tersebut akan menjatuhkan hukuman kepadanya perkara masalah kemarin yang melibatkan mereka berdua. Terlebih saat Arsha hanya diam saja tidak kunjung menjawab, pria itu justru semakin menatap Arisa penuh minat, tidak peduli jika Risa begitu terintimidasi olehnya. "Saya ingin menagih ganti rugi mobil saya yang baret karena motor rongsokmu itu, Mbak Arisa. Itu kan namamu?" Seluruh tubuh Arisa terasa lemas mendengar apa yang di katakan Bossnya, memang dia tidak di pecat seperti yang dia takutkan, tapi ganti rugi mobil Bossnya yang baret? Tuhan, bahkan membeli baut mobil Lexus keluaran terbaru milik Bossnya ini saja Arisa tidak mampu. Sepertinya di pecat terdengar lebih baik dari pada ganti rugi sekarang di benak Risa. Andaikan waktu bisa di putar, Risa tidak akan mau di suruh Tantenya ke Minimarket membawa keponakannya yang usil jika akhirnya akan membuat Risa berakhir menyedihkan seperti sekarang. "Jika saya boleh tahu berapa ya, Pak?" Arisa memegang dadanya kuat, takut jika dia akan terkena serangan jantung saat mendengar nominal yang harus dia bayarkan. Yang pasti nominal itu akan fantastis untuk seorang karyawan administrasi bergaji kecil seperti Arisa. Arsha menyeringai, menikmati wajah ketakutan Risa yang terlihat menarik di matanya. Wanita di depannya memang tidak cantik, tapi raut wajahnya yang polos membuat Arsha senang mengerjai Risa, seperti sebuah hiburan privat di tengah otaknya yang sumpek karena pekerjaan. "Memangnya sanggup?" Dan sudah bisa Arsha tebak, wanita di depannya menggeleng dengan polos, di saat sekarang Arsha ingin sekali tertawa terbahak-bahak, sayangnya sebagai seorang CEO membuatnya terbiasa menampilkan raut wajah dingin nan arogan. "Kalau begitu bayar ganti ruginya dengan tubuhmu, Mbak Arisa!" "Haaaah" Sontak Arisa melotot sembari mendekap tubuhnya sendiri, syok dengan permintaan m***m dari Bossnya tersebut. "Buang jauh-jauh pikiran kotormu, Mbak Arisa. Saya sama sekali nggak berminat dengan tubuh Anda, perlu Anda tahu jika Anda bukan tipe ideal saya." Bohong, apa yang di ucapkan Arsha tidak sepenuhnya benar. Arsha memang menyukai raut wajah polos wanita di depannya setiap kali bereskpresi layaknya sebuah hiburan untuknya, tapi lebih dari itu, Arsha mempunyai alasan lain. Dan bodohnya Arisa justru menarik nafas lega sama sekali tidak menaruh curiga, Arisa berpikir sungguh Bossnya tersebut pintar sekali membuatnya ketar-ketir. "Lalu bagaimana saya membayarnya, Pak? Bapak mau meminta tenaga saya untuk mengerjakan apa?" "Jadilah Asisten Pribadi saya, yang menyiapkan segala keperluan saya dari bangun tidur sampai mau tidur, baik keperluan pribadi maupun pekerjaan, kamu mampu, Mbak Arisa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD