Tiara mengamati gerakan Sekar yang luwes, saat membantu membereskan meja makan, setelah makan siang. "Kenapa, Mah?" tanya Sakti. "Melihat Sekar, Mamah jadi ingat diri Mamah sendiri, waktu baru nikah dengan Ayahmu." "Memang kenapa, Mah?" "Mamah juga seumuran dia, tapi bedanya Mamah masih beruntung, karena masih punya keluarga, tidak seperti Sekar yang sebatang kara." "Mamah benar, dia memang sebatang kara, nggak punya siapa-siapa." "Jaga dia dengan baik, Sakti, jangan sakiti hatinya." "Pasti, Mah, aku sudah berjanji kepada almarhum ayahnya, untuk menjaganya." Malam ini, Sekar, dan Sakti menginap di rumah Tiara. Setelah makan malam, dan sholat isya, Sekar masuk kamar lebih dulu, sedang Sakti masih mengobrol dengan yang lainnya. "Uncle susul sana little auntynya, masa dibiarian send