bc

Just Be With You

book_age18+
1.4K
FOLLOW
6.4K
READ
billionaire
family
sensitive
self-improved
drama
bxg
female lead
office/work place
victim
like
intro-logo
Blurb

Semua orang yang cari kerja pasti paling benci dengan kata 'orang dalam'. Tapi ternyata 'orang dalam' ini bukan orang dalam biasa, dia pria misterius, tampan, dengan badan atletis, membuat hatiku jadi berdebar.

“Bu Embun?” tanyanya, dengan suara lembut yang menyentuh indera pendengaranku.

“Iya saya, ada yang bisa saya bantu?” Jawabku, walaupun aku cukup kaget dia mengenaliku, aku berusaha untuk tetap tenang.

“Saya Sachdev Gavin yang akan interview hari ini.” Ucapnya dengan senyum yang menawan.

Shit, kok beda.. kok lebih ganteng?! Umpatku dalam hati.

Untuk pertama kalinya, ketampanan mengalihkanku. Hidupku berubah setelah Gavin masuk kedalamnya. Aku yang memiliki trauma dengan laki-laki tentu saja sangat menghindari interaksi dengan mereka. Sebenarnya, aku menghindari segala bentuk interaksi dengan manusia lain. Aku hanya berbicara seperlunya saja dan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama denganku. Aku tidak membatasi diriku dengan kasta si Kaya dan si miskin. Nyatanya aku tidak ada di lingkungan keduanya. Aku hanya nyaman sendiri saja, tidak terlibat dengan status sosial tertentu.

Mereka semua akan berpikir seperti ini, bukannya dengan banyak uang kita jadi bisa memilih apapun yang kita suka dan memiliki hak istimewa yang orang lain tidak punya? Bukankah dengan cantik kamu bisa memilih apapun yang kamu mau, kamu jadi selangkah lebih beruntung? Ah, ya betul. Mana mungkin bisa dipungkiri kan. Tapi apa itu semua menjadikan hatimu tenang? Bukannya semakin banyak beban moral yang kamu punya?

chap-preview
Free preview
SATU: EMBUN
Pagi ini kantor tidak terlalu ramai, hanya terlihat beberapa pegawai supporting yang berlalu lalang untuk mengerjakan tugas rutin mereka. Seperti biasa, Embun melakukan pengecekan atas kebutuhan karyawan baru di kantornya. Ia membuka situs layanan lowongan kerja. Banyak sekali yang melamar di perusahaan tempat kini ia bekerja. Apa sebegitu terkenalnya perusahaan ini jadi banyak yang ngelamar? Atau karena emang banyak yang butuh kerja sih? Ya Tuhan!! Kenapa gak kelar-kelar sorting dokumen inii!! Batin Embun menanyakan keadaan saat ini karena rasa lelah yang sudah menumpuk dari beberapa hari lalu akibat lamaran peserta yang semakin banyak dan walaupun sudah diselesaikan masih saja selalu bertambah. “Untung banget gak sih Mbun, sekarang udah ada situs kayak gini. Coba deh kalau masih manual, dengan perusahaan yang makin dikenal kayak gini. Bakal repot pasti kalau pada ngelamar pake kertas. Nggak bakalan sanggup gue kalo tiap hari buat bukain lamaran satu-satu,” ucap Dea, salah satu seniornya di HRD yang masuk ke Perusahaan 2 tahun lebih awal darinya. Embun hanya menatap Dea dengan senyuman tipis tanpa berniat membalas. Ia sudah terlalu lelah untuk berpikir mengenai hal-hal baik saat deadline pekerjaan terasa mengejarnya. Ia hanya ingin segera menuntaskan pekerjaannya untuk memberikan berkas-berkas cv yang akan direkomendasikan kepada atasannya dan atasan departemen terkait agar segera melakukan penutupan targetnya untuk bulan ini. Maklum, setiap akhir bulan akan ada review setiap progres kerja masing-masing staf HRD atas pemenuhan target kerja. Tentunya jika target tidak terpenuhi, hal itu akan menjadi masalah bagi staf yang menjadi PIC perekrutan posisi yang belum terpenuhi karena dianggap memperlambat kinerja Departemen lain di kantor tersebut. Belum hilang rasa penatnya, sosok yang sedang tidak ingin ditemui Embun, sudah berdiri sambil tersenyum manis kearahnya. “Eh Neng Embun, serius amat sih Neng. Nanti istirahat kemana Neng?” ujar Darto, karyawan bagian Sekretaris Perusahaan yang entah kenapa masih pagi sudah nimbrung di area anak HRD. Embun hanya menoleh dan menatap malas tanpa berniat membalas celetukan Darto. “Jangan galak-galak dong Mbun, kan gue nanya doang. Eh, by the way nih yah mbun, gimana rekomendasi gue kemarin? ACC gak sama Bu Vivi?” ucap darto sambil nyengir. Sudah gue duga, nih orang pasti nanya rekomendasian dia, ucap gadis itu dalam hati. Embun menghela nafas panjang. “Ribet banget deh bang kalo bawa orang. Nanti gue kabarin kalo Bu Vivi udah nyerahin berkasnya ke gue. Baru juga kemarin lu naruh. Heran deh!” jawab Embun dengan memutar bola matanya. “Etdah Mbun… galak amat sih. Yaudah nanti jangan lupa kabarin gue dulu ya kalo rekomendasi gue lolos. Nanti gue traktir lo, oke?” ucapnya tetap tersenyum karena sudah terbiasa diberikan tatapan sinis dan galak oleh Embun. “Siapanya elo sih bang? Ngebet banget. Lo kan tau gue gak bisa kali diburu-buru gitu!” protes Embun dengan nada lebih tenang daripada caranya tadi membalas desakan Darto. “Kenal aja gue. Di jamin deh, lo gak bakal nyesel masukin dia,” ucap darto sambil menaik turunkan alisnya. “Gimana gue bisa percaya? Lu aja cuma kenal bang, Posisi yang dilamar gak main-main lho bang. Kalau sampe something happen gara-gara kesalahan dia. Gak cuma dia yang bakal terancam, gue juga. Awas aja! Gue bakal seret lo juga karena rekomendasi lo!” Embun terdengar memberi penegasan terhadap Darto dengan menunjukkan muka juteknya. “Dia kudu lolos dulu Mbun, baru lo ancem gue. Udah ah, gue mesti balik. Banyak meeting hari ini.” “Udah tau banyak meeting masih aja lu bang keliaran. Alasan doang kan lo sebenernya nanyain rekomendasi. Pengen ketemu Mbak Dea aja kan sebenernya?” Embun berkata dengan nada yang sedikit dikeraskan agar terdengar Dea yang duduk di kubikel depanya. “Kampret lo! Balik gue!” ucap Darto dengan wajah yang sudah merah karena menahan malu. Dea hanya menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan mirip kucing dan tikus didepannya. Ia lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya daripada menanggapi ocehan keduanya. Embun sendiri tertawa lirih setelah aksi jahilnya berhasil mengusir Darto. -***- Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore saat tiba-tiba suara dari ruangan General Manager HRD terbuka, meskipun semuanya tampak sedang larut dalam pekerjaan. Tapi hati semua orang sedang dalam keadaan waspada. Pasalnya mereka takut jika General Manager HR tersebut menuju meja mereka. Tidak ada dari mereka yang mau terlibat dalam kemarahan Luisa karena jika ada pekerjaan yang dirasa tidak sesuai dengan apa yang menurutnya benar, maka wanita itu tidak akan segan untuk langsung memarahi di depan semua rekan-rekan yang lain. Tentu itu cukup memalukan. “Embun..” ucap General Manager HR yang bernama Luisa dengan tenang. Ruangan seketika tiba-tiba hening mendengarkan nada bicara Luisa yang tenang. Beberapa diantara mereka beradu pandang satu sama lain untuk mencoba mencerna situasinya. Embun segera menghentikan kegiatan mengetiknya. “Iya Bu, ada yang bisa saya bantu?” ucap Embun tenang walaupun jantungnya sudah berdetak tidak karuan. “Karena saya gak lihat Vivi, tolong ya kamu bikin schedule buat besok untuk CV ini. Tadinya saya mau nyuruh vivi, tapi pas keluar gak lihat dia ada disini.” “Baik bu,” ucapnya sambil menerima berkas di tangan Luisa. “Okay, hubungin dulu dia ya, Tanya dia bisanya kapan besok. Kalo emang dia bisanya diatas jam lima, schedule di jam itu juga gak apa-apa. Kamu hubungi sekarang ya, saya tunggu.” Luisa segera berlalu setelah mengatakan hal tersebut. Semua terdiam mendengarkan kata-kata GM HRD itu, heran dengan sifatnya yang tiba-tiba ramah. Orang yang selalu minta semuanya disesuaikan dengannya sekarang memilih untuk menyesuaikan? apakah ini bukan mimpi? Semua karyawan yang berada di bilik mereka masing-masing tercengang dengan keputusan Luisa. “Eh Mbun, siapa tuh? Posisi apa? Kok bisa sih?” ucap Dea yang langsung memberondong Embun dengan banyak pertanyaan, karena sejujurnya Dea merasa risih karena Luisa yang baru menjabat menjadi GM HRD selama 1 tahun ini tiba-tiba menunjukkan perubahan sikap menjadi wanita anggun. Embun buru-buru membuka map yang ia ingat itu rekomendasi dari Darto dan membaca nama laki-laki itu dengan lirih. “Sachdev Gavin Adnan.” Kali ini matanya mendapati sebuah foto yang terdapat di CV dan entah kenapa ada desiran lembut di dadanya yang tanpa sadar membuatnya tersenyum tipis. Pantas aja minta nyesuaiin jadwal. Ganteng begini, ucap Embun dalam hati sambil terkekeh geli mengingat sikap bosnya tadi. -***-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook