Bab 51

1022 Words
"Iya kan anak Mamanya," Adam terkekeh, ia mencium pelan pipi istrinya. "Enak nggak sih rasa asi?" tanya Adam yang mulai penasaran, karena dilihat Sankara sangat suka bahkan seperti orang yang tidak minum berhari-hari. "Kayaknya sih hambar, nggak tau sih. Nggak pernah rasa soalnya," Dellia sendiri tidak tau, ditanya seperti itu membuat Dellia ikut penasaran dengan rasa asinya. "Habis Sankara aku ya, mau rasa aja gimana rasanya." "Langsung?" "Iya langsung, nggak adil lah masa Sankara langsung aku nggak." "Tapi Mas." "Jadi nggak boleh ya?" Adam menampakkan raut sedih. "Iya, tapi bentar aja ya, kasian Sankara kalau susunya di habisin sama Ayahnya." Adam mengangguk, "iya nggak banyak kok." "Udah tu De," beberapa menit kemudian, Sankara sudah melepas p****g Mamanya dan tertidur. "Iya, Mas tolong letakkin Sankara ke kasur bayi," Adam langsung mengambil alih tubuh sang anak. Ia meletakkan anaknya pelan ke arah ranjang bayi yang sudah sangat aman itu. Adam berjalan cepat kembali ke ranjang dan langsung memeluk Dellia. "Kamu langsung tidur aja," Dellia mengangguk dan membiarkan Adam melakukan sesukanya. *** "Aku ke Kantor dulu ya, nanti pulang cepat," pamit Adam yang sekarang sudah lengkap dengan setelan Kantornya. Sebenarnya Adam malas bekerja, tapi hanya saja banyak tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Setelah semua masalah dalam hidupnya ini Adam jadi malas untuk jadi pemimpin. Setelah pangkatnya naik pekerjaan Adam semakin banyak dan hal itu membuatnya semakin sibuk. Adam sudah mengizinkan Alva untuk kembali bekerja di perusahaan, tapi Alva malah bilang jika ia akan menikmati masa tua bersama istri, anak dan cucunya. Hal itu membuat Adam mencari orang tambahan untuk meringankan bebannya. Hanya saja Adam belum menemukan orang yang bisa ia percaya. "Iya Mas, jangan lupa izin ke Mama dulu ya." "Iya," Adam mencium kening sang istri, setelahnya Adam juga mencium pelan pipi sang anak. Setelah kepergian suami, Dellia duduk di samping Sankara yang masih tertidur. Mungkin siangan nanti Sankara akan bangun, kalau masalah mandi Siti yang akan memandikan Sankara dan Dellia hanya memperhatikan sambil belajar. "Masuk," ucap Dellia saat pintu kamarnya di ketuk. "De, cucu Ibu belum bangun ya?" Siti ikut duduk di samping ranjang. "Tadi Sarah datang juga, dia lagi minum di bawah bentar lagi ke atas." "Wah," Dellia tersenyum, ia senang jika ada Ibu dan Mama yang datang sebab rumahnya akan ramai. Dengan kehadian Sankara hubungan keluarganya dengan keluarga sang suami semakin dekat. "Ibu ke luar bentar ya mau beresin jemuran," Dellia mengangguk, Siti pun keluar dari kamar. "Ya Allah cucu Mama," Sarah yang sudah membersihkan diri terlebih dahulu langsung mencium pipi cucu laki-lakinya. "Mama senang banget De." "Iya Dellia juga senang dengan kehadiran Sankara." "Kamu tau? Mama menangis semalaman." "Kenapa? Mama ada masalah?" "Bukan, Mama nangis bahagia, makasih udah jadi menantu Mama," Sarah memeluk Dellia dengan erat, dan Dellia ikut memeluk Sarah dengan erat. "Kamu tau De, karena kamu Mama bisa tenang," Sarah mengusap air matanya yang tumpah. "Mama susah De ngeliat Adam yang terus tampak tidak mau menerina Mama lagi, Mama tau ini semua salah Mama. Dan Mama juga sadar tidak ada cara untuk menutupi luka Adam selama ini, jadi Mama juga tidak bisa berharap banyak. Tapi sejak ada kamu walaupun kami tidak akrab seperti orang lain, Tapi Mama senang karena Adam sudah mau berbicara banyak dengan Mama." "Ini bukan hanya karena Dellia aja Ma, ini juga pasti karena doa Mama selama ini." Sarah mengangguk pelan. *** Tidak terasa sekarang umur Sankara sudah berusia delapan bulan, anaknya sekarang dalam masa aktif-aktifnya. Balita itu juga sudah sangat gencar mengeluarkan suara imutnya sendiri. "Ayah," teriak Sankara bahagia dengan mengoyangkan tubuh di atas tempat tidur. Ia senang melihat Ayahnya yang sudah pulang bekerja. Adam mengangkat Sankara yang sudah merentangkan tangannya ke atas tanda ingin di gendong. "Sankara wangi banget, Mama mana?" Sankara menunjuk kamar mandi. "Eh Mas udah pulang?" "Kalau belum ngapain aku ada di sini," Dellia mengaruk belakang kepalanya canggung, benar juga kenapa ia bertanya hal aneh seperti itu. "Mas Sankara dari tadi manggil Ayah terus, dia kangen banget sama Ayahnya," Adam tersenyum pelan, ia mencium pipi Sankara pelan. Wangi bayi membuat rasa capeknya langsung hilang. Adam emang ada urusan ke luar kota selama tiga hari, hanya saja Adam mempercepat dengan hanya bekerja selama dua hari. Karena itu selama bekerja Adam hanya beristirahat sebentar agar bisa cepat pulang. "Sini, peluk," Adam merentangkan tangan kanannya, Dellia yang mengerti langsung memeluk Adam erat. Ia kangen dengan suaminya, walau hanya ditinggal dua hari tetap saja rasanya seperti ditinggal satu tahun. Adam mengecup pipi, dahi, bibir dan kedua mata Dellia pelan. "Mas sakit?" "Nggak." "Tapi kok panas?" Dellia meletakkan tanganya di kening Adam. "Benar aku sakit? Demam ya?" Adam segera memberikan Sankara dengan cepat ke pangkuan Dellia. Adam memang merasa lemas, tapi ia tidak sadar jika demam. "itu nggak papa kan? Kasian Sankara udah aku peluk, kalau dia ikut demam gimana?" "Nggak usah khawatir Mas, semoga Sankara nggak sakit." Dellia menahan tubuh Sankara yang memberontak dan seperti ingin kembali mengapai sang Ayah. Dan Dellia menahan tubuh anaknya. "Ayah," Sankara mengerucutkan mulutnya, Adam jadi tidak tega, tapi mau gimana lagi kan Adam juga tidak tega jika sampai anaknya ikut demam. "Hua," tangis Sankara membuat Dellia secara reflek menutup telinganya sendiri, suara Sankara sangat keras. Dellia buru-buru membuka kancing bajunya, ia langsung memberikan asi. Disaat itu juga Sankara langsung terdiam dan asik menyusu. Dellia menatap Adam yang membuka kancing bajunya pelan dan bersiap untuk mandi. Suaminya masuk ke dalam kamar mandi. Dellia cemas dengan keadaan Adam, setelah Sankara tidur Dellia akan memberi obat ke suaminya. Dan beberapa menit kemudian Sankaran tertidur karena kekenyangan, begitu pun dengan Adam yang keluar dari kamar mandi, Dellia menaruh Sankara ke tempat tidurnya. Di saat itu juga Dellia langsung menuju Adam. "Mas tidur ya," Dellia menarik Adam yang sekarang sudah berpakaian rumah ke atas tempat tidur. "Mas istriahat dulu, mau ambil obat dulu ke bawah," baru saja Dellia hendak ke bawah, Adam malah menarik Dellia hingga Dellia jatuh ke tubuh Adam. "Obat aku cuman kamu," Adam menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Dellia. Ia memeluk Dellia erat saat posisi istrinya sudah berbaring juga. "Tapi Mas harus minum obat." "Nanti ya, ngantuk." "Mas udah makan?" "Udah tadi." "Ya udah tidur, kalau udah bangun harus langsung minum obat ya," Adam mengangguk pelan dan langsung memejamkan matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD