bc

Antara Kau, Aku & Papimu

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
HE
age gap
kickass heroine
single mother
heir/heiress
drama
mystery
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Terlahir sebagai wanita yang tinggal dipemukiman kumuh, membuat Elena harus menanggung penghinaan yang luarbiasa. Tiara, ibunda dari kekasihnya, Erlangga, menjebaknya tidur dengan kepala pelayan dirumah mereka.

Namun yang terjadi, justru Herlambang, suami serta ayah sambung Erlangga yang meminum umpan tersebut hingga terjadi hubungan terlarang antara keduanya hingga Elena pun hamil.

Tanpa sepengetahuan Erlangga, Elena mulai jatuh cinta pada Herlambang.

Akankah hubungan Erlangga dan Elena tetap bertahan? Sementara Elena tengah mengandung benih dari ayah sambungnya?

Yang penasaran kisah selanjutnya...

baca sampai selesai.

Dijamin nagih.

Terima kasih.

chap-preview
Free preview
Test Pack Elena
Sesampai di rumah Elena langsung menuju kamarnya. Ia pun menaruh vitamin dan bukti test pack untuk memperlihatkan dua garis merah pada alat pengetesan atas kehamilannya yang telah dilakukan pada Dokter wanita tersebut bagai bukti untuk Erlangga dan Herlambang esok hari. Herlina yang mengetahui putrinya telah pulang lewat suara sepeda motor Setya namun tidak ke kamarnya, langsung dicarinya dengan jalan perlahan ke kamarnya. “Lena.., apa kata Dokter..? Apa kamu udah enakkan?” tannya Herlina duduk disisi tempat tidur Elena. Elena yang terkejut dengan kehadiran Herlina ke kamarnya, menyembunyikan test pack yang di taruh pada nakas samping tidurnya di bawah bantal dan duduk di tempat tidur dengan merentangkan kaki. “Kata dokter.., cuman kecapean.., disuruh istirahat yang cukup dan dikasih vitamin aja. Besok juga Lena udah sehat Maa..,” sahut Elena memandang wajah Herlina dengan perasaan bersalah. “Syukurlah.., Mama kuatir sekali. Ya sudah kamu istirahat dulu. Nanti kalau perlu apa-apa suruh aja Setya. Hari ini Mama nggak akan kasih Setya keluar rumah lagi. Gara-gara ada motor kerjanya main ke rumah temannya aja,” gerutu Herlina seraya mengelus kepala Elena dan berlalu dari kamarnya. Usai Herlina pergi dari kamar itu, Elena pun kembali mengambil bukti test pack yang telah berisi dua tanda merah. Ditatapnya test pack itu seketika kabut gelap telah menyelimuti netranya, lalu Elena menutup isak tangisnya dengan bantal. “Mama.., maaf’in Lena.., maaf’in Lena.., Maaa..., hiks.., hiks.., hiks.., Lena udah menghancurkan impian Mama..,” isak Elena dalam rasa sedihnya. Diminumnya air yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Lalu, Elena meraih ponsel yang bersebelahan dengan air hangat yang tadi diminumnya. “Gue harus telepon Jamila. Dia harus tahu kondisi gue saat ini,” ucap Elena bermonolog pada dirinya seraya menghubungi sahabat karibnya, “Mila.., elo bisa ke rumah gue? Tolong elo kesini.., gue lagi bingung.., hiks.. hiks.. hiks..,” pinta Elena pada Jamila sahabat karibnya yang sulit ditemui, karena Erlangga sang kekasih terus melarang untuk berteman dengannya. “Lena kenapa sama elo? Ada masalah lagi sama Erlangga? Apa elo putus sama dia?” tanya Jamila bertubi-tubi pada sahabatnya yang semakin jarang ditemui sejak kepindahannya. “Please.., cepet elo kesini Mila.., gue perlu elo.., hiks.. hiks.. hiks.., Bukan masalah sama Erlangga.., ini lebih parah dari itu..,” isak tangis Elena kembali pecah saat teringat sekolahnya yang belum selesai. Padahal masih tersisa beberapa bulan lagi. “Yaa.., udah sekarang gue kesana.., udah elo jangan nangis. Apa pun masalahnya pasti akan ada jalan keluarnya, hemm, gue pesen gojek langsung cap cus ke rumah elo,” ujar Jamila pada Elena yang masih mendengar isak tangisnya. Setelah itu karena isak tangisnya, Elena pun terlelap dengan permasalahan yang masih menggantung dalam pikirannya. Dan Jamila pun sampai ke rumah Elena dengan menggunakan ojek Online, tiga puluh menit usai mereka saling berkomunikasi lewat sambungan telepon. Jamila menekan tombol bel yang ada di tembok sebelah pagar berwarna biru. Bagi Jamila sahabatnya adalah seorang gadis yang beruntung. Bertemu Erlangga yang cinta mati dengannya dan mendapat curahan kasih sayang dari Herlambang layaknya seorang Papa. Dalam hati Jamila pun berbisik, ‘Coba kalau gue nasibnya sama kayak Elena.., mungkin gue kagak perlu capek-capek dapat hinaan dari beberapa lelaki yang pakai gue. Hmmm..., Gue jadi iri sama Elena.’ Terlihat Setya keluar dari teras rumah dan membuka pintu pagar, lalu tersenyum saat melihat kedatangan Jamila. “Masuk Kak.., pasti Kak Lena yang minta Kakak ke rumah yaa?” tanya Setya seraya mempersilakan masuk sahabat Elena. “Iya.., mana kak Lena?” tanya Jamila seraya mengikuti langkah Setya masuk ke rumah. Jamila hanya satu kali ke rumah Elena. Itu pun sewaktu mereka berdua berbohong pada Herlina saat Herlambang menurunkan Elena di depan pintu kompleks perumahan. “Ayo masuk.., Kak Lena lagi sakit.. ada di kamarnya.., Maa.. Mama.., ini Kak Mila datang..!” panggil Setya pada Herlina atas kedatangan Jamila sembari memberitahukan kondisi Elena pada Jamila. “Mila.., Ayo masuk.., untungnya kamu ke rumah. Itu Elena lagi sakit, pulang ambil rapor katanya sih jalan-jalan sama Erlangga ke Mal. Tapi, dia mual dan muntah-muntah.” Deg...! Jamila bisa mencium ada sesuatu yang nggak beres pada Elena dari keterangan Herlina dengan menganggukkan kepalanya sebelum wanita itu memberikan keterangan lebih lanjut. “Mungkin asam lambungnya naik, barusan udah diantar Setya ke dokter,” lanjut Herlina bercerita panjang lebar menjelaskan kondisi putrinya saat ini seraya mempersilakan Jamila masuk. “Bisa saya jenguk Elena.., tante..?” izin Jamila pada Herlina. “Masuk aja ke kamarnya, itu kamar Elena..,” Herlina menunjuk pintu di depan ruang keluarga saat Jamila meminta izin untuk bertemu dengan putrinya. Jamila pun masuk ke dalam kamar Elena, disaat sang pemilik kamar tengah terlelap dalam nyenyak nya. Dihampiri Elena, diusapnya dengan lembut kepala Elena seraya berbisik perlahan persisi di depan muka wanita cantik itu. “Elena.., Lena.., ini gue. Lena.., bangun,,” Jamila menepuk-tepuk pipi Elena dengan perlahan. Gadis belia itu membuka matanya, dan tampak sisa air mata masih terlihat pada sudut netranya. Saat dilihat Jamila telah berada di hadapannya, Elena pun bangun dari tidurnya, terduduk, memeluk erat Jamila dan terisak kembali. “Elena.., gue udah tau dan ngerti apa yang terjadi sama diri elo,” bisik Jamila mengelus lembut punggung sahabatnya. “Mila.., hiks.. hiks.., Mama gue pasti kecewa dan marah.., gue emang g****k banget jadi orang kan?” tanya Elena disela isak tangisnya. Diusap bulir air mata yang mengalir dengan lembut pada pipi Elena. Dibiarkan sahabatnya berseloroh menyesali semua kejadian yang tak mungkin di hindari. Dan dengan kasih sayang, Jamila merapikan anak-anak rambut Elena disaat gadis cantik itu menghukum dirinya. Ia terus berbicara atas perbuatan kebodohan dirinya hingga membuatnya hamil. Sampai akhirnya Elena berhenti pada satu titik. Tampak ia terdiam memandang dalam wajah Jamila yang telah lebih dari sepuluh menit mendengarkan rasa sesalnya. Dengan menarik napas dalam, Jamila menelan salivanya dan berucap, “Lena.., elo kan tau siapa laki yang bikin elo hamil. Lalu.., napa elo nangis..? Masalah sekolah yang tinggal selangkah lagi lulus.., elo bisa hitung, kira-kira waktu empat bulan itu, bikin perut elo keliatan apa kagak? Kalau kagak.., elo tetap aja sekolah. Tapi, kalau elo merasa takut dan lain-lain.., yaa terpaksa elo kejar paket C.” “Mila.., ada yang belom gue cerita’in ke elo..,” ucap Elena lirih, menggigit bibir dan memejamkan matanya dengan helaan napas serta gelengan kepala. Jamila yang notabene jam terbangnya sudah tinggi karena menghadapi berbagai lelaki di dalam pekerjaannya, merasa ada hal yang ganjal pada diri Elena. “Lena..! Jangan bilang kalau elo hamil bukan sama Erlangga, Ya!” pekik Jamila memegang jemarinya dengan kuat dan memandang lekat netra Elena, seolah menyelidiki kebenaran atas pikiran liarnya. Elena menganggukkan kepala dan memejamkan matanya. Dan Jamila dengan pikiran negatifnya pun terkejut atas pengakuan Elena. Lalu Jamila menanyakan kepastian atas pikiran liarnya. “Lena.., akhirnya elo jual diri juga kayak gue? Hah?!” desaknya pada sahabatnya. “Milaaa.., gue kagak jual diri. Sama sekali kagak pernah gue lakuin itu. Begitu banyak kejadian terjadi sama gue yang nggak gue cerita’in ke elo.” Jamila menatap lurus wajah Elena, menantikan kelanjutan atas cerita yang tengah ia uraikan dengan terdiam sejenak dan menarik napas dalam. Dalam hati Jamila berbisik, ‘Pasti Elena simpan rahasia yang begitu berat buat dia cerita’in ke gue.’ “Milaaa.., wanita itu.., maminya Erlangga berbuat jahat sama gue.., dia jahat Milaaa.., hiks.. hiks..” isak tangis Elena kembali pecah saat berbicara tentang Tiara, mami Erlangga kekasih hatinya. “Lena..! Elo lebih baik selesaikan cerita elo.., lalu kita cari jalan keluarnya,” tantang Jamila yang sudah tidak sabar mendengar cerita sahabatnya yang setiap saat bercerita menangis. “Elo tau..? Kejadian apa pun yang buat kita hancur udah kagak bisa lagi elo bangun dari puing-puingnya. Yang ada sekarang elo harus bisa lihat kehancuran itu dan mulai dengan kehidupan yang baru! Elo ngerti kan maksud gue? Elo cerdas.., Lena. Napa sih elo jadi t***l seperti ini?” keluh Jamila atas sahabatnya yang jadi bintang kelas dan juara di sekolahnya. “Milaaa.., tante Tiara ngasih gue minuman yang ada obat perangsang. Dan dia maunya jebak gue sama kepala pelayan di rumahnya sewaktu dia ke Singapura 4minggu lalu, tapi yang terjadi.., Om Her yang minum dan semua kejadian begitu cepat..! Gue takut kalau gue itu hamil anak dia...,” ungkap Elena seraya menutup wajah dengan kedua tangannya. “Apa..?! Berarti waktu kapan hari elo jalan sama bokapnya si Erlangga yang gue tunggu di depan kompleks rumah, elo habis main sama dia? Gila..! Kalau cuma sehari waktu nyokap nya si Er berbuat jahat sama elo seharusnya kagak hamil sih.., laah elo malah keenakan main terus sama bokapnya si Er.” Setelah itu, Jamila pun menghela napas panjang bertanya pada sahabatnya, “Lalu.., elo udah kasih tau Erlangga kejadian elo sama bokap sambungnya itu? Lagian sadis amat sih maminya si Er itu. Pantas aja si Er, ikutin sifat maminya yang jahat! Sorry yaa Lena.., gue juga kesel sama pacar elo yang egois itu!” “Milaaa.., gue harus gimana?” tanya Elena pada sahabatnya yang terang-terangan membenci Erlangga karena pekerjaan kotornya. “Ngomong lah.., sama si Er.., kalau bukan dia yang kasih saham di perut elo!” saran Jamila tegas. “Mila.., elo tau kalau Er sayang banget sama Om Herlambang. Biarpun dia anak sambungnya, tapi Er dari bayi udah diurus sama Om Her..,” tolak Elena atas saran Jamila. “Lalu.., apa Papinya Erlangga tau?” tanya Jamila yang tau kalau Elena sangat mencintai Erlangga. “Tadi Om Her telepon gue. Dia besok baru dateng dari Perth.., dan dia seneng sih kedengarannya. Dan gue juga udah telepon Erlangga dan dia juga seneng sih.., bilang mau nikah sama gue setelah Papinya datang. Cuma gue bingung, gue hamil anaknya Er apa anaknya Om Her..?” Elena mengernyitkan dahinya. “Elena.., sekarang jamannya udah canggih. Kalau gimana waktu elo hamil tiga bulan, elo diam-diam test DNA bareng Papinya Erlangga, jadi elo kagak menduga-duga,” ujar Jamila. Saat mereka sedang seru-serunya mengobrol, pintu kamar Elena dibuka oleh sang adik dengan membawa dua kantung kanvas besar. “Kak Lena.., Kak.., tadi ada orang suruhan Om Herlambang, namanya Pak Dimas nganterin buah-buahan..,” ujar Setya sang adik seraya membawakan begitu banyak buah-buahan beserta roti dan cake. “Aduh.., elo itu napa semua dibawa kesini sih? Ambil setengahnya bawa keluar. Kasih mama juga, Setya!” perintah Elena pada Setya yang dijawab dengan merenggut dan membagi setengah buah dan cake keluar kamar Elena. Jamila yang melihat perhatian Herlambang, Papi sambung Erlangga membuat hatinya tergelitik untuk menyatakan pendapatnya pada sahabatnya. “Elena.., gue rasa.., Papinya Erlangga, jatuh cinta juga deh sama elo.., iya nggak sih?” tanya Jamila menatap manik hitam Elena. Elena yang mendengar celoteh sahabatnya hanya membalas tatapannya dengan bibir terkatup dan mata terpejam seraya menggeleng perlahan. Baru saja Jamila berkata seperti itu, ponsel Elena pun berdering. Tampak pada layar depan ponselnya nama Herlambang terlihat dan dengan segera Elena menjawab panggilan teleponnya. “Yaa.., Om..” “Sayang.., tadi Dimas sudah Om suruh bawa buah-buahan dan cake serta roti. Tolong.., kamu harus makan walaupun sedikit. Om nggak mau terjadi apa-apa dengan diri kamu dan bayi dalam kandungan kamu itu. Besok pagi sampai di Bandara Sukarno Hatta Om langsung ke rumah kamu. Ingat sayang.., jaga diri kamu. Om sangat merindukan kamu,” ungkap Herlambang yang menyimpan kerinduan pada Elena. “Yaa.., Om.., makasih. Om juga jaga kesehatan disana,” sahut Elena lalu mereka pun menyudahi percakapan itu. “What..? Om Herlambang ngomong pakai sayang.., seperti itu sama elo?” tanya Jamila tersenyum samar. “Emang kenapa..? Kan wajar-wajar aja.., secara Erlangga anaknya dia.., Milaaa...” “Lenaa...! Gue berani jamin.., Om Herlambang jatuh cinta sama elo! Lagian kok elo kagak cerita ke gue kalau elo udah dimakan sama bokapnya si Er.., gimana enakkan mana?” Jamila sengaja membuat Elena tersenyum agar tidak stress menghadapi masalahnya. “Milaaa.., duh.., elo ini pikiran gue lagi mumet elo ajak bercanda,” sungut Elena pada Jamila. Yang dilakukan Elena hanya tertekun atas apa yang dikatakan sahabatnya yang secara terang benderang bisa mengartikan perhatian Herlambang. Dalam hati yang terdalam Elena pun berkata, ‘Yaa.., gue tau kalau Om Her.., sayang dan jatuh cinta sama gue.. tapi.., gue kagak bisa buat Erlangga sakit hati.., Mila. Gue sayang Erlangga.’

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nona-ku Canduku

read
28.6K
bc

OM JUAN

read
46.4K
bc

Mengandung Anak Tuan Arvind

read
25.4K
bc

Best Partner

read
7.9K
bc

Alia

read
4.6K
bc

AFFAIR

read
7.8K
bc

Monochrome Romance

read
1.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook