bc

PILIH AKU ATAU DIA!

book_age18+
10
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
BE
kickass heroine
drama
small town
like
intro-logo
Blurb

WARNING❗❗

Cerita khusus 21+ keatas. Cerita ini merupakan imajinasi penulis, so karakter tokoh yang negatif dalam cerita ini TIDAK UNTUK DITIRU!!

Menikah tanpa dilandasi rasa cinta. Itulah yang Jihan rasakan saat pertama kali dilamar oleh laki-laki tak dikenal.

Waktu 3 bulan untuk berta'aruf tidaklah cukup bagi Jihan untuk mengenal sosok laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Hingga waktu yg dinantipun tiba, Jihan resmi dipersunting oleh Arka Maulana Rabbani. Pria muda berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai guru mengaji di salah satu Madrasah Diniyah ternama yang berada di dusun sebelah.

Melihat ketulusan suaminya, akhirnya benih-benih cinta itu mulai tumbuh. 5 tahun sudah Mereka mengarungi bahtera rumah tangga, namun disaat Jihan sedang menikmati moment kebahagiaan bersama Suaminya, muncul orang ketiga dalam rumah tangga Mereka.

Ia adalah Zalwa, salah seorang wali santri Madrasah, tempat dimana suaminya membagi ilmu. Satu hal yang membuat Jihan tak percaya, bahkan Suaminya sudah menjalin hubungan dengan Zalwa selama 1 tahun lamanya.

Sejauh apa hubungan Mereka?

Sanggupkah Jihan menpertahankan rumah tangganya?

Simak terus kelanjutan ceritanya ya!

Happy reading! ?

chap-preview
Free preview
AWAL MULA
Malam ini langit begitu murung. Serangkaian awan hitam terlihat mendominasi langit, dan semilir angin mulai berbisik, seolah mempersiapkan datangnya hujan lebat. Seorang gadis muda berparas cantik duduk diambang jendela kamarnya, memandangi awan yang bergerak lambat. Tak lama kemudian, percikan-percikan hujan mulai jatuh membasahi tanah. Hanya dalam hitungan detik, percikan hujan itu berubah menjadi buliran yang turun begitu deras. Bulir bulir air menari riang di balik jendela, menciptakan gambaran yang indah di tengah kegelapan. Suara gemericik hujan menjadi kehangatan tersendiri dalam ruangan yang sunyi. Setiap titik hujan menyisakan jejaknya. Beberapa menjelma menjadi riuh, sementara yang lain berusaha menyisipkan pesan secara diam-diam. Hujan malam ini mengajaknya untuk merenung. Mata Jihan terpaku pada setiap helaian hujan yang mengalir di jendela, dalam ruang yang hening pikirannya melayang akan ucapan Sang Ayah tempo hari. Sang Ayah mengatakan jika dalam waktu dekat ini, akan ada laki-laki yang datang melamar Putri semata wayangnya itu. Laki-laki yang ia ketahui adalah Seorang Guru Mengaji di salah satu Madrasah Diniyah ternama yang berada di dusun sebelah. Sang Ayah mewanti-wanti Putri Kesayangannya, untuk tidak menolak lamaran Nak Arka. Karena Ayah Nak Arka adalah sahabat dekat Ayahnya sejak Beliau mengenyam pendidikan di salah satu Universitas terbaik di Kota Solo. Jihan merasa bimbang, antara sedih dan juga gelisah. Di satu sisi, ia ingin melanjutkan pendidikan di Universitas pilihannya. Namun disisi lain ia harus menerima lamaran seorang laki-laki yang sama sekali tak dikenalnya. Bagaimana bisa Jihan menerima laki-laki asing sebagai suaminya nanti. Bahkan melihat wajahnya saja ia tak pernah, apalagi mengenalnya. Lalu bagaimana jika suaminya nanti memiliki kepribadian yang buruk, apa dapat dipastikan Jika Jihan tak akan menyesal nantinya? Ya Allah, apa yang harus kulakukan sekarang. Disaat Jihan merenung, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tok! tok! tok! " Apa Ibu boleh masuk, Nak? " " Masuk saja, Bu!" Ceklek! Knop pintu kamarpun terbuka. Perempuan paruh baya yang menggunakan penutup kepala itu langsung menghampiri Putri semata wayangnya yang masih duduk termenung di ambang jendela. " Ayah ingin bicara denganmu, Jihan. " ucap Sang Ibu sambil mengusap pelan bahu putrinya. " Ayah pasti ingin membicarakan perihal laki-laki itu kan, Bu? " tanya Jihan masih dengan pandangan lurus ke depan. " Iya, Nak. Ayo turun. Kita bicara di bawah. Ibu tunggu. " Sang Ibu berbalik badan lantas meninggalkan putrinya yang masih merenung seorang diri. Jihan hanya bisa menatap nanar punggung Sang Ibu yang sudah menghilang di balik pintu. Dengan berat hati ia segera melangkah keluar, menuruni anak tangga satu demi satu demi menemui Ayah dan Ibunya yang sudah menunggu di ruang tengah. " Kenapa berdiri disitu? Duduk sini!" Sang Ayah langsung melipat koran yang tengah dibaca, kemudian menepuk-nepuk bantalan sofa kosong yang berada di sampingnya. Tanpa pikir panjang Jihan langsung menuruti kemauan Sang Ayah. Ia bergegas duduk tepat di samping Ayahnya dengan perasaan berkecamuk. Sang Ibu yang melihat ekspresi putrinya hanya bisa tersenyum kecut dan menghembuskan nafasnya dengan berat. " Bagaimana, Nak? Apa Kau sudah siap untuk menerima lamaran Nak Arka? " tanya Sang Ayah sembari mengatur posisi duduknya menghadap Putri semata wayangnya. Melihat Putrinya hanya diam membisu dan menundukkan pandangannya, Hamid langsung melirik istrinya yang juga ikut duduk tepat di hadapan putrinya. Maryam hanya memberi kode dengan menganggukkan kepala pada suaminya. Pandangan Hamid lantas beralih lagi pada Putrinya. " Jawablah, Nak! Apa Ayah dan Ibumu pernah mengajari sikap tidak santun seperti itu? " Jihan sontak mengangkat wajahnya, dan memberanikan diri untuk menatap tajamnya manik mata Sang Ayah, " Ma-af, Ayah! " " Seperti yang sudah Ayah katakan tempo hari. Siapkan fisik dan mentalmu untuk menerima lamaran Nak Arka. Dan tolong diingat! Jangan sampai Kau permalukan Ayah dan Ibu di hadapan keluarga Nak Arka!" kali ini Hamid sengaja berbicara dengan penuh penekanan. " Tapi Jihan ingin melanjutkan kuliah, Yah! " protes Jihan lirih. " Kau bisa melanjutkan kuliahmu walaupun sudah menikah nanti. Bukankah semua Universitas tak pernah punya aturan untuk melarang mahasiswinya menikah? Lalu apa lagi yang dipermasalahkan? " terang Sang Ayah. " Jihan takut jika sudah menikah nanti, Jihan tak bisa fokus dengan mata kuliah Jihan, Yah. Apalagi Jihan belum pernah mengenal sosok Ar..arrr..." " ARKAA!" " I-ya.. maksud Jihan Arka, Yah. Jangankan mencintainya, ketemu saja belum pernah. Bahkan watak dan kepribadiannya seperti apa juga Jihan belum tau Yah. " balas Jihan gugup. " Ayah beri waktu 3 bulan untuk Kau dan Nak Arka ta'aruf. Arka itu sosok pemuda yang baik, pemuda yg sholeh, masalah ilmu agama tak perlu Kau ragukan lagi. Kau harus ingat Ayah, Nak. Ayahmu ini sudah tua, Ayah takut umur Ayah nggak panjang, Ayah ingin lihat Kau bahagia, Ayah hanya bisa tenang jika Kau bisa mendapatkan pendamping hidup yang tepat. Aaa... aaaa " Belum sempat Hamid meneruskan kata-katanya, tiba-tiba d**a Hamid terasa sesak, nafas ya mendadak tersengal-sengal. Dengan segera Maryam mendekati suaminya. " Tolong ambilkan segelas air, Nak! " titah Sang Ibu pada Putrinya. " Baik, Bu. " Dengan tergesa-gesa Jihan langsung berlari ke arah dapur, mengambil secangkir gelas, menuang air lantas memberikannya pada Ibu. Diterimanya secangkir gelas berisi air itu oleh Maryam, lalu menyuruh suaminya untuk minum. " Istighfar Pak, astaghfirullah hal 'adzim.. " ucap Maryam sembari mengusap lembut d**a suaminya. Beberapa saat kemudian, nafas Hamid kembali normal. Jihan langsung menggenggam kedua tangan Sang Ayah dengan erat, " Ayah, Jihan siap menerima lamaran Arka! " ucapnya lantang dengan mata yang sudah mengembun. " Benarkah? kalau Kau sudah siap. Ayah akan menghubungi keluarga Nak Arka, agar bisa melamarmu secepatnya, Nak! " " Iya, Ayah. " Jihan menganggukkan kepalanya sembari tersenyum lalu memeluk erat Sang Ayah. Sang Ibu yang melihatnya juga turut memeluk keduanya. *** Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
193.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
211.1K
bc

My Secret Little Wife

read
105.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
15.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.1K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook