Esok harinya, karena Erlangga mendapatkan giliran masuk siang di Sae, dia bangun santai sambil menyembuhkan dirinya. Ketika dia sedang bersantai di apartemen dia di jam 10, ada yang mengetuk pintu apartemennya. "Siapa, yah? Semoga saja bukan ibu-ibu ganas kemarin." Erlangga bergumam pada dirinya sendiri. Sedikit tertatih karena kaki dan punggungnya masih agak ngilu akibat pukulan yang dia terima dari gerombolan Bramasta, Erlangga membuka pintu. "Lah?! Kok seperti ini?!" Si tamu membelalakkan matanya ketika melihat kondisi Erlangga. Wajah biru di beberapa tempat dan ada bekas luka berdarah pula di ujung bibir dan dekat alis. "Siapa yang melakukan ini ke kamu, Kak?" Erlangga menghela napas dan balik badan meninggalkan tamunya untuk masuk ke dalam. Si tamu tentu saja mengikuti dia ke