Erlangga mematut dirinya di kaca yang ada di ruang loker dan menyaksikan dirinya dengan seragam dari Sae Fastfood. Warnanya paduan dari merah dan hitam, terlihat gagah dan mendominasi, seperti motto yang sering didengungkan ayahnya, "kokoh dan mendominasi".
Setelah mengenakan topi karyawan Sae Fastfood, akhirnya Erlangga berhenti bercermin dan mengunci kembali lokernya, menyimpan kuncinya di saku celana jins dia. Sengaja memakai jins kelas jelata agar penyamaran tidak terbongkar.
Jadi, untuk bisa membayangkan mengenai apa saja yang berkaitan dengan Dwilingga Grup adalah itu sebuah kumpulan perusahaan raksasa milik keluarga yang didirikan oleh Tuan Hardana bersama dengan adiknya.
Namun, karena adik satu-satunya itu meninggal tanpa memiliki istri dan anak, maka secara otomatis, perusahaan raksasa itu pun jatuh seluruhnya ke tangan Tuan Hardana.
Di Dwilingga Group, ada beberapa perusahaan besar. Yang pertama adalah PT. Swadatu Boga, sebuah perusahaan berkaitan dengan kuliner. Di PT. Swadatu Boga, ada beberapa restoran: Chandana, Eco Resto & Kafe, Sae Fastfood, dan Giri Giri Food Court.
Kemudian, ada juga PT. Lokaswara di bidang ritel yang memiliki Aptamart tersebar di seluruh negeri dan Mal Giri Giri di banyak kota besar.
Lalu di bidang pariwisata, ada PT. Daniswara yang membawahi Semaya Hotel & Resor serta Aguna Hotel. Semuanya tersebar di banyak daerah dengan tingkat prosentase tinggi banyaknya turis sebagai arus pariwisata yang menguntungkan.
Dwilingga Group juga memiliki PT. Arjabrana Sentosa yang bergerak di bidang tambang batubara, merupakan jenis exploration serta production.
Demikianlah yang membuat Dwilingga Group mampu menjadi sebuah grup bisnis yang besar dan terpandang. Namun, tidak banyak yang mengetahui siapa saja anak dari Tuan Damarhadi Hardana. Masyarakat umum hanya tau bahwa Beliau memiliki 2 putra. Mungkin itulah kenapa nama perusahaannya adalah Dwilingga. Dwi adalah dua dan Lingga yang menyiratkan makna kuno dari falus (phallus) atau alat kelamin lelaki, simbol dari energi maskulin.
Jika kalian mengetahui istilah lingga-yoni, maka kalian akan paham makna lingga.
Tadinya Dwilingga adalah Tuan Damarhadi dengan adiknya yang juga lelaki, namun akhirnya diartikan sebagai dua putra lelakinya. Itulah makna yang tersirat dari nama grup perusahaan tersebut.
Kembali ke Erlangga. Dia sudah mulai memegang sapu dan pengki, lalu bekerja sesuai arahan manajer. Tanpa ragu, dia pun segera melaksanakan pekerjaannya, membersihkan seluruh lantai, terutama di area dimana pengunjung berada.
Ini sudah hampir jam buka Sae Fastfood, Erlangga harus lekas membersihkan lantai sebelum ada pengunjung masuk.
Beruntung bahwa dia tidak canggung melakukan kegiatan menyapu dan mengepel. Dia sudah biasa melakukan itu di beberapa restoran cepat saji di Amerika saat bekerja paruh waktu untuk membiayai kehidupan kuliahnya.
"Erlang, nanti kau harus rajin membersihkan lantai jika mulai kotor, yah!" Pak Danang, si manajer memberi perintah pada Erlanga yang baru saja selesai mengepel. Cleaning boy di Sae Fastfood yang ini memang hanya Erlangga seorang. Yang lama sudah naik pangkat menjadi pelayan dan Erlangga langsung masuk menggantikan.
Sae Fastfood di daerah ini sangat dekat dengan sebuah universitas negeri terkenal di Indonesia, Universitas Brajamuka. Erlangga sengaja memilih Sae Fastfood yang ada di dekat kampus utama Brajamuka karena dia melihat potensi besar restorannya sering dikunjungi para mahasiswa.
Erlangga berharap jika nanti dia sudah sah menjadi pemilik PT. Swadatu Boga, maka dia bisa sedikit menambahkan ini dan itu agar semua tempat makan yang dia bawahi bisa lebih maju lagi. Nanti, jika dia sudah lulus ujicoba dari sang ayah.
Tidak banyak konglomerat yang merelakan anaknya bekerja dari tingkat sangat bawah, padahal itu sangat baik bagi sang anak yang nantinya akan mewarisi perusahaan. Mereka akan terlatih dan tau rasanya menjadi pekerja, maka diharapkan bisa mengerti perasaan para pekerja dan juga mengetahui dengan pasti semua pekerjaan di perusahaannya.
Anak konglomerat tidak harus melulu dimanja, kan? Mereka juga harus ditempa agar tidak lembek dan manja.
Oleh karena itu, Erlangga tidak keberatan dengan berbagai ujian dari ayahnya.
Nah, sekarang lantai sudah mengkilap, tepat ketika gantungan di depan pintu sudah dibalik ke muka menjadi terbaca BUKA dari luar.
"Erlang, yang semangat, yah!" Dinar dan beberapa pekerja perempuan saling menyemangati Erlangga. Tentu saja dibarengi dengan senyum termanis mereka. Maklum saja setelah di sana mulai gersang akan makhluk tampan, perempuan-perempuan itu jadi bersemangat ketika Erlangga datang.
Ternyata, tidak hanya karyawan perempuan saja yang memperhatikan Erlangga, namun juga pengunjung Sae Fastfood. Terutama para mahasiswi Brajamuka yang menyadari ketampanan Erlangga di hari pertama dia bekerja.
Walaupun tertutup oleh topi yang ditenggelamkan dalam-dalam agar tidak terlalu mengekspos mukanya, Erlangga juga sengaja banyak menundukkan kepalanya seolah lantai adalah hal paling menyenangkan dipandang ketimbang apapun juga.
Dia hanya mengantisipasi orang yang siapa tau mengenali dia. Tapi dengan dia sengaja tidak aktif pada akun-akun media sosial dia, mungkin bisa dihitung dengan jari saja orang yang mengenali wajahnya, apalagi dia lama di luar negeri.
Sedari jaman sekolah, dia lebih sederhana dari anak-anak orang kelas menengah lainnya. Hanya diantar mobil biasa oleh supir. Pakai baju biasa saja. Dia bisa menunjukkan kekayaannya ketika momen-momen khusus saja.
Dan kini, hanya dengan penampilan ala kadarnya saja sudah bisa membuat banyak pengunjung perempuan kasak-kusuk sambil melirik ke arahnya. Mereka mulai heboh akan kehadiran Erlangga.
"Ampun, gantengnya!"
"Kok menunduk terus, sih? Aku kan jadi susah motret dia."
"Masih singel apa dobel, yah?"
"Aku sih tidak keberatan andai membuat tripel dengannya."
Para mahasiswi itu begitu lugas dan terkadang vulgar jika membicarakan makhluk tampan seperti Erlangga, seakan tidak merasa risih. Lalu mereka akan cekikikan usai membicarakan Erlangga.
Bukannya Erlangga tidak mengetahui dirinya menjadi pusat perhatian perempuan sejak hari pertama bekerja, dia hanya tidak menggubris.
Sayangnya, keadaan itu malah membuat beberapa karyawan lelaki Sae Fastfood kesal, merasa kalah saing, kalah tampan. Yang memiliki pacar pun tidak rela kekasihnya datang ke Sae Fastfood, takut terpikat pada Erlangga. Padahal, memangnya Erlangga sudi dengan pacar-pacar mereka?
Erlangga ini spesies rupawan namun tidak perduli dengan ketampanan dirinya dan itu menyebabkan dia tidak arogan, tidak bersikap sok ganteng syndrom. Tapi, yah ... dimana-mana orang ganteng biasanya digosipkan macam-macam. Dari yang gay sampai ke frigid jika tidak memiliki gandengan perempuan.
Bahkan, jika pasangannya tidak rupawan seperti dia, orang akan mencibir. Susah memang sih jadi orang rupawan.
"Hei, kau, anak baru, sana cepat bersihkan lantai di pojok yang itu." Salah satu pekerja lelaki berkata agak ketus pada Erlangga setelah dia melihat rekan karyawan yang dia sukai sering melirik diam-diam pada Erlangga.
Tanpa membantah, Erlangga mengangguk dan berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh pelayan pria tadi. Setelah dia baru saja membersihkan lantai yang tadi, tiba-tiba ada pelayan lelaki lainnya berjalan sambil menjatuhkan bekas minuman pengunjung.
Yang sabar, Erlang. Dia terus membatinkan itu dalam hatinya karena tau si pelayan tadi sengaja berbuat demikian. Di sudut lain, dua pelayan lelaki tadi saling melakukan toss usai mengerjai Erlangga.