Tersesat

1560 Words
  Udara segar di awal matahari membagikan sinarnya memberikan suntikan semangat pada setiap makhluk di negeri Awan. Senyum hadir bagi yang merasa bahagia. Disertai harapan baru yang berbagia merajut asa.   Tetesan semangat di pagi hari secara mengejutkan mengalir deras pada Callisto. Dia tau jika bentuk semangat yang menderanya terkait dengan ratunya yang cantik. Sakira, miliknya, gadis yang mencintainya dan yang sudah ia abaikan.   Sejak pertemuan pertama setelah Sakira terbangun, Callisto tau jika dirinya tidak lagi sama. Hatinya gelisah dengan kebutuhan tak berkesudahan, dan kebutuhan itu hanya bisa dipadamkan oleh Sakira. Oleh karena itu, Callisto ingin menghapus kenangan lama yang kurang menyenangkan. Dia ingin memberikan kasih sayang yang dulu tak pernah ingin ia berikan pada Sakira. Dia merasa jika selama ini telah menyia-nyiakan waktu karena mengabaikan kecantikan yang terkenal ini.   Para pelayan di istana langit yang membantu sang kaisar berpakaian juga menyadari jika sang kaisar dalam suasana yang baik. Mereka bahkan berpikir jika Callisto semakin menyayangi Permaisuri Irene yang hamil dan berniat mengunjungi permaisurinya. "Yang mulia nampak bahagia. Apakah ada hal baik hari ini? " "Ya. " Pelayan masih memasangkan manset permata biru di lengan Callisto. Sementara yang lain memasang jubah bulu yang menghias kain ungu di bahu Callisto. Mereka semua sibuk membantu sang kaisar agar terlihat sempurna.   "Ya, aku ingin segera ke istana kristal. Bisakah kalian bekerja lebih cepat lagi?"   Pelayan yang biasanya melayani kaisar terkejut dengan perubahan sang kaisar. Baru pertama kali kaisar Callisto berniat mengunjungi Ratu Sakira. Padahal dulu sejak dia menikah dengan Ratu Sakira, dia tidak pernah sekalipun menginginkan bertemu dengan ratunya selain acara resmi. Entah sejak kapan kaisar mulai menginginkan bertemu dengan ratu yang pernah ia abaikan dan manfaatkan.   Para pelayan tau jika Sakira sebenarnya sangat cantik, bahkan lebih cantik dari pada Permaisuri Irene. Sayangnya kecantikan yang ia miliki tertutup wajah dingin serta warna emas yang mencolok. Warna dan perhiasan berat itu sukses membuat kaisar enggan mendekat. Andai saja Callisto mengunjungi ratunya ketika sang ratu melepas make up dan jubahnya. Tentu dia akan melihat kecantikan nomor satu yang menggetarkan d**a para pria.   "Persiapan sudah selesai, Yang mulia. "   "Bagus. Ke istana kristal sekarang. " Callisto melangkah anggun menuju istana Kristal. Tatapan yang dipenuhi keinginan kuat memancar di wajahnya yang tersenyum.   Para pelayan mengikuti langkah Utakata menuju istana Kristal. Beberapa dari mereka saling melirik karena sikap yang tidak biasa dari kaisar mereka. Lima menit berlalu. Callisto tiba di lantai marmer berkilau yang menjadi istana Kristal. Namun keheningan yang menyelimuti istana Kristal membuatnya merasa tidak nyaman.   "Mengapa tidak ada pelayan di aula tamu? " tanya Callisto. Terlalu aneh baginya melihat sebuah istana yang tidak ada pelayan berseliweran untuk bekerja.   Ajudan Callisto maju. "Yang mulia sudah memerintahkan untuk menyisakan sedikit pelayan di istana Kristal. Anda bilang jika tidak ingin ada pemborosan. " Sang ajudan mengingatkan keputusan yang pernah Callisto buat.   Callisto tertegun mendengar penuturan ajudannya. Tiba-tiba ia diliputi rasa malu karena bertindak begitu tidak adil pada sang ratu.   "Baiklah, setelah ini kirim beberapa pelayan untuk bekerja di istana Kristal. "   "Baik. "   Callisto melewati aula istana dan meneruskan langkahnya menuju kamar sang ratu. Dia tidak ingin mendengar segala hal yang ia lakukan dahulu karena bisa merusak mood- nya. Dia hanya harus fokus pada ratu dan memberikan kasih sayangnya pada Sakira. Setelah itu ia akan memperbaiki kelayakan di istana Kristal.   Sayangnya semua sudah terlambat bagi Callisto. Ketika Callisto sudah berada di istana kamar sang ratu, Sakira sudah melakukan perjalanan menuju kuil Naga. Callisto hanya mendapatkan kamar kosong yang hanya terdapat ranjang dan kursi. Tidak ada kemewahan di kamar ini. Bahkan kamar pelayannya saja lebih mewah dari pada kamar ratu. "Di mana Ratu Sakira!? " teriaknya murka. Callisto merasa frustrasi dengan segala hal-hal buruk yang ia temui di istana Kristal. Sekarang yang menjadi tujuan obyek kedatangannya justru tidak berada di tempat.   Para pelayan bergetar karena amarah Callisto. Mereka berlutut dan menjawab pertanyaan kaisar mereka dengan takut-takut.   "Ya-yang mulia ratu mengunjungi kuil naga... "   Jawaban itu justru membuat Callisto semakin kesal. Niatnya untuk menyempurnakan pernikahannya kembali tertunda. "Mengapa tidak ada yang melaporkan jika ratu akan berangkat sekarang!? " tanya Callisto yang begitu murka.   "Mohon ampun, Yang mulia. Itu karena sang ratu berangkat secara tiba-tiba tanpa persiapan terlebih dahulu. " Para pengawal yang melapor pada Callisto juga turut bergetar.   Kemurkaan Callisto memuncak, ia melemparkan meja dan segala hal yang bisa ia raih. Bunyi pecahan keramik dan kristal membuat para pengawal dan pelayan mundur satu langkah dan menunduk. Kaisar yang tidak senang adalah pribadi yang sulit ditebak keputusannya. Dia bisa saja menyuruh orang memenggal kepala seseorang karena kesal.   "Sakira Winney... "   Callisto tidak berniat menyerah. Tangannya mengepal karena kesal.   'Mengapa ia terlihat menghindariku, dia adalah ratuku. Sudah seharusnya dia melayaniku dan berpamitan sebelum pergi ke kuil Naga! '   'Padahal dulu dia sangat tidak sabar ingin bertemu denganku dengan berbagai alasan. '   Perasaan gatal yang menggaruk dadanya terasa menyiksa dengan kejam. Callisto merasa sangat tidak nyaman dengan semua ini. Seperti ada sebuah penyesalan. Diam-diam di hatinya juga mengakui jika ratunya tidak pernah sekalipun menunjukkan sikap egois dan permusuhan pada Irene . Sakira justru mengalah dan menundukkan kepala pada saat di suruh memilih perhiasan hadiah dari pihak lain jadi Irene selalu memulainya dengan mengambil perhiasan atau sutra terbaik. Meski demikian Sakira tetap menjalankan tugasnya dengan baik tanpa mengeluh. Sangat berbeda ketika Irene yang menggantikan tugas Sakura ketika ratunya itu secara misterius tertidur.   "Siapkan kereta. "   "Baik. " . . .   Sementara itu, Sakira sudah mulai melakukan aksinya. Perjalanan yang ia tempuh dengan kereta kuda berjalan sesuai rute yang ia perintahkan.   Tiba di jalan yang diapit tebing jurang perbatasan dunia Mitologi, Sakira meniup bubuk bius pada pengawal dan kusir kereta.   Plek.   Bruk.   "Maaf. "   Sakira segera mengambil alih tali kemudi kereta dari sopir. Kemudian dia menghentikan kuda itu dan menurunkan pengawal dan kusir di pinggir jalan.   "Aku harus membuat seolah kereta ini kecelakaan. "   Dengan terpaksa Sakira mengarahkan kereta kuda ke tebing hingga jatuh ke kawah yang tertutup kabut tebal. Dia kemudian melepas kudanya terlebih dahulu agar tidak menyakiti hewan kekar yang berguna itu.   "Fiuh... sangat melelahkan. "   Semua sudah sesuai dengan rencana. Kecelakaan palsu yang ia buat terlihat sempurna dengan satu roda yang tertinggal di jalan dan kereta yang kebetulan menggantung di pohon yang sangat besar ketika dia mendorongnya ke tebing.   Sakira segera meninggalkan jalan. Dia menelusuri jalan di pinggir sungai. Mencari desa terdekat yang berbatasan dengan alam Mitologi. Dunia ini berbeda dengan dunia Modern, di dunia Morgon terdapat pemisahan antara makhluk yang bisa berubah bentuk menjadi manusia saat sudah melakukan pertapaan dan ujian--dengan manusia biasa. Kedua mahkluk sudah sepakat tidak mengusik kehidupan masing-masing dan yang memastikan hal itu adalah sang naga.   "Mengapa ada kabut tebal? "Sakira mengeratkan pegangannya pada bundelan kain yang berisi pakaian dan uang. Tidak ada makhluk yang tidak memerlukan benda bernama uang itu.   Langkah kaki Sakira terus maju, dengan penuh tekad dan bayangan hidup baru ia menepis kelelahan yang melandanya. Pandangan matanya yang terbatas karena kabut tidak menghentikan langkahnya. Dia sama sekali tidak sadar jika sudah menembus wilayah dunia Mitologi. Kabut yang menghalanginya pandangannya berperan dalam kesalahan langkah kaki yang buat. Sakira masih melangkah maju. Semakin lama dia semakin masuk ke dunia Mitologi. Tetapi kabut yang tadinya menghalangi pandangannya justru berangsur - angsur menitip. Dan ketika kabut sepenuhnya menghilang, pemandangan mencengangkan yang ia dapatkan.   "A-apa ini?! " mata Sakira menangkap pohon-pohon yang tinggi dan berdaun keemasan. Bahkan buahnya yang seperti apel juga berwarna emas. Rumput berwarna merah, gunung yang nampak jauh di sana tidak lagi berwarna kebiruan seperti gunung normal yang ia lihat selama ini, tetapi berwarna kuning, merah, perak dan ungu.   "Apa aku mengalami gangguan penglihatan. Pemandangan indah namun sangat aneh. "   Gggrr.   Grrrh   Suara geraman hewan liar menyadarkan Sakira dari kekagumannya pada pemandangan di depannya. Dia menoleh ke arah suara yang terdengar berisik itu. Karena penasaran, Sakira maju dan mengintip ke sumber suara. Tanpa di duga, di sana terdapat serigala yang seolah melindungi gadis dari makhluk jelmaan ular bertubuh manusia. Sang gadis menggelengkan kepalanya ketika sang ular mengulurkan tangannya untuk mengajak sang pergi.   "Pergilah Saka, aku tidak ingin memiliki soul mate seekor ular. " Si gadis yang terlihat cantik dengan rambut ungu panjang bermata perak itu menolak sang ular. Sangat cantik.   Sakira merasa iba dengan sang ular yang separuh ular dan separuh manusia itu. Hal itu mengingatkan dirinya sendiri yang di tolak sang kaisar.   "Tapi mengapa kau meminta kristal jiwaku jika tidak ingin menjadi soulmate ku, Hinana?"   "Ini aku kembalikan. " Sesaat kemudian serigala berwarna coklat kekuningan itu juga berubah menjadi manusia. Dia berdiri telanjang tanpa penutup apa pun.   Sakira segera memalingkan wajahnya dam duduk membelakangi pohon. Wajahnya merah karena tiba-tiba mendapatkan asupan tak terduga.   "Bagaimanapun aku ini perawan sejati. Hal vulgar seperti itu tidak baik untuk mataku yang belum ternodai. "   Meski demikian Sakira terlalu enggan meninggalkan drama live di depannya. Ini seperti menonton adegan syuting televisi di dunia modern. "Saka, aku dan Hinana adalah soulmate. Jadi jangan pernah mendekati kami lagi. "   Pria serigala itu merubah wujudnya kembali menjadi serigala dan sang gadis langsung naik. Mereka kemudian meninggalkan Saka --seekor ular hitam kebiruan berdiri membeku dalam kesedihan.   Semua kejadian di depan Sakira menyadarkan ratu itu pada satu hal. "Ja-jadi aku sekarang berada di wilayah Mitologi. Astaga--" guman Sakira panik.   'Oh tidak apa yang harus aku lakukan!? Dunia ini memang dihuni oleh sekumpulan beast yang bisa berubah menjadi manusia. ' tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD