frustasi

1418 Words
Lima hari pasca operasi,Arga belum menunjukkan tanda tanda dia sadar. "Bagaimana om." Samanta mendekati Papa Arga. "Dokter sudah melakukan operasi,tapi Arga belum sadar juga" Ucap Papa Arga lirih.Dia hanya menandatangani dua puluh lembar konsen medis Arga.Kontrak hidup dan mati putranya yang semata wayang. "Om tidak perlu khawatir,dia akan baik baik saja,om tahu dia anak yang sangat keras kepala." Samanta memeluk Papa nya Arga sekilas lalu beralih menatap Mama nya Arga. "Apa tante butuh sesuatu?." Tanya Samanta berjalan mendekatinya. "Tidak Sam,tante hanya mau Anak tante sembuh seperti sedia kala." "Kita hanya bisa berdoa tante,kita lihat saja perkembangannya nanti,bila tubuh Arga merespon dengan baik obat obatan yang di berikan,dia akan bangun lebih cepat." Mama Arga tersenyum getir menatap putra semata wayangnya terbaring tidak sadarkan diri.Matanya merah dan bengkak. "Bangunlah sayang,jangan tinggalkan mama." Ucapnya berbisik ditelinga putranya. "Kita tidak boleh berhenti berharap tante." Samanta merangkul Mama Arga,membiarkan wanita paruh baya itu menumpahkan air matanya. "Sudah lima hari dan keadaannya belum membaik." Papa Arga menyentuh tangan putranya mengelusnya pelan. "Semua akan baik baik saja Om." Samanta berusaha untuk memberikan sedikit harapan di hati ke dua orang tua Arga. *** Setiap hari Samanta harus bolak balik rumah sakit dan kantor polisi,samanta melaporkan hilangnya Siene dan beberapa kejadian yang menimpanya,Samanta meyakini kalau Elena di culik. Pihak yang berwajib sampai sekarang belum menemukan bukti bukti kalau Elena di culik,sehingga kasus ini ditunda dan Elena masuk dalam daftar pencarian orang hilang. Samanta sendiri sudah berusaha mencari,Samanta sendiri kesulitan karena tidak menemukan info apapun,baik dari teman teman Elena ,karena Elena sendiri gadis yang tertutup dan penyendiri dari pada harus kumpul atau sekedar jalan bareng bersama teman lainnya pada umumnya seorang gadis. Samanta berjalan tergesa gesa dilorong rumah sakit,melihat Mama Arga berdiri bimbang ditengah lorong rumah sakit."Ada apa tante?." "Putra ku sudah sadar." Ucapnya pelan. "Benarkah?." Samanta tersenyum bahagia,sepuluh hari ia menunggu sepupunya sadar. "Dokter meminta kita untuk menunggu di luar." Papa Arga menarik nafas panjang lalu duduk di bangku besi yang berada di luar ruangan,Samanta dan Mama Arga ikut duduk di sebelahnya. Ada sedikit kekhawatiran di hati Samanta,jika Arga sudah bangun dan mendapati Elena tidak ada?apa dia bisa menerima?. **** "Arga." Samanta mendekati Arga. "Akhirnya kau bangun." "Hei Sam." Ucap Arga dengan suara parau. " Apakah ada kabar dari Elena?" "Elena..". Samanta bingung bagaimana menjelaskan padanya. " Iya Elena,apa dia menghubungimu?." Arga terlihat berharap Sepupunya memberikan kabar baik. Samanta menggeleng,ia menjelaskan semua pada Arga,tidak ada yang ia tutupi.Supaya Arga menerima kenyataan kalau Elena pergi meninggalkannya. "Tidak mungkin Sam." Arga menatap Samanta dengan raut wajah tak percaya,ia meraih tangan Samanta. "Katakan itu tidak benar Sam.." "Aku sudah berusaha mencarinya,tapi dia tidak ditemukan di mana mana." Samanta tersenyum getir mengambilkan segelas air lalu di berikan pada Arga yang terbatuk.Arga bangun dan meminum segelas air,lalu ia kembali berbaring. "Elena,kenapa kau meninggalkan aku." Suara Arga serak dan kering,menatap kosong ke langit langit kamar. Ceklek suara pintu di buka,Samanta menoleh ke arah suara,melihat Mama Arga baru saja datang langsung mendekati putranya. "Ada apa Sayang." Mama Arga mengerutkan dahinya menatap kedua mata putranya basah oleh air mata. "Apa ada yang sakit?." Ia menyentuh kepala dan lengan Arga dengan panik "Kenapa mama tidak biarkan aku mati saja." Ucap Arga dengan tatapan kosong ke atas langit langit. Mama nya terkejut mendengar ucapan putranya itu. "Jangan bicara seperti itu sayang." Ia meraih tangan Arga dan mengecupnya berkali kali. "Percuma aku hidup."Ucap Arga pelan hampir tidak terdengar.Dia merasa hidupnya tak berarti apa apa tanpa ada Elena. Mama Arga mengerutkan dahinya lagi,tidak mengerti apa maksud ucapan putranya," kau kenapa." Ucapnya serak menatap sedih putranya. "Kenapa kau bicara seperti itu?apa ini karena gadis itu?." Tanya Mama Arga menatap Arga lalu beralih menatap Samanta.Lalu ia meraih kursi besi dan duduk di samping Arga. "Sayang dengar..masih banyak gadis cantik dan terpelajar," Mama Arga mengusap air matanya. "Dia bukan gadis baik,buktinya dia ninggalin kamu sayang." Ucapnya lagi tersenyum getir. "Tidak Ma,aku mau Elena" Arga bangun dan melepas selang infus dengan paksa lalu turun dari tempat tidur. "Aku harus mencarinya Ma."Arga menatap Mama nya. "Tidak nak?." Mama Arga berdiri dan menahan tangan kiri Arga dengan kedua tangannyaLalu menatap Samanta untuk ikut membantunya menahan Arga.Tapi Arga bersikeras untuk tetap pergi mencari Elena Mama nya memeluk tubuh putranya dengan berlinangan air mata. "Kau belum pulih Ga." Samanta mencoba menahan tangan kanan Arga. "Lepaskan aku,aku mau cari Elena!." Seru Arga menatap Mama nya dan tangannya mencoba melepaskan pelukan Mamanya. Samanta berlari memencet tombol memanggil dokter atau suster.Lalu ia kembali menahan tubuh Arga supaya tidak pergi. "Ada apa?." Tanya dokter Alan yang baru saja datang langsung menahan tangan Arga yang berusaha memberontak.Lalu meminta suster untuk memberikan obat penenang. "Dok tolong anak saya dok!." Ucap Mama Arga dengan suara serak. "Lepaskan Ma." Arga terkulai lemas di pundak Mamanya,lalu tubuhnya diangkat dan dibaringkan di atas kasur. Dokter Alan memeriksa kondisi Arga. "Arga perlu perlu istirahat dan jangan biarkan ia berfikir berat." Ucap Dokter Alan menatap Mama Arga.Lalu dokter meninggalkan ruangan di ikuti suster dari belakang. "Kenapa kau menjadi seperti ini nak..." Ucap Mama Arga lirih,membungkukkan badan memeluk Arga yang tertidur.Samanta mendekati Mama Arga mengelus punggungnya pelan. "Di mana kamu Elena" Gumam Samanta pelan. **** Seorang pria tengah memandangi bulan yang bersinar terang,yang mengambang tepat di atas kepalanya,bertanya tentang keberadaan wanita yang di cintainya.Ia tengah memikirkan gadis yang ia cintai telah pergi entah kemana,tiada putus ia mencari dan terus mencari di setiap sudut kota,meski tidak ia temukan namun ia merasa sedikit meredakan isi kepalanya. Penyesalan,rasa rindu dan cinta yang tak lagi bisa diucapkan,ia yang merasa rapuh tanpa gadis yang di cintainya membuat hari harinya menjadi begitu hampa dan kosong menyeruak menjadi sebuah tangis.Hingga ia kelelahan dan air matanya mengering saat ia menyadari,kini ia benar benar telah kehilangannya yang hanya mampu ia sesali. Ia mencoba untuk melupakan,namun ia tak mampu dan berusaha menjalani tanpa dirinya,cinta yang ia miliki terlalu besar hingga tak mampu untuk meredupkannya. Sedetikpun ia tak mampu melupakannya. "Kau benar benar meninggalkanku Elena," Gumamnya lirih. Arga terus berjalan lalu ia duduk di sebuah taman di seberang rumahnya,setelah berhari hari mencari Siene setelah ia keluar dari rumah sakit.Ia merasa menyerah meskipun ia sangat terluka oleh keputusannya sendiri.Ia tak sanggup lagi tersiksa rindu. Arga menghela nafas panjang.Lalu ia berdiri dan melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Sesampai di teras rumah ia membuka pintu,lalu masuk ke dalam melihat Papa dan Mamanya tengah duduk di kursi dan menatapnya khawatir. "Arga." Ucap Mama nya berdiri mendekati Arga dengan tatapan sedih. "Mengapa kau menyiksa dirimu sendiri nak?." Arga menatap Mama nya sekilas,lalu ia menundukkan kepala melangkahkan kakinya.Tetapi Mama nya menahan tangan Arga. "Duduk..Mama mau bicara." Mama Arga menarik pelan tangan Arga untuk duduk di kursi,Arga mengikuti langkah Mama nya duduk di kursi berhadapan dengan kedua orang tuanya. "Arga,masa depanmu masih panjang..jangan kau rusak hanya karena gadis itu." Ucap Papa nya berdiri mendekati Arga duduk di sampingnya. "Apa yang di katakan Papa mu benar sayang." Sela Mama nya menatap Arga.Arga terdiam menundukkan kepala,kini ia merasa tidak punya harapan lagi.Ia merasa hidupnya serasa berhenti tanpa Elena. "Papa berencana untuk mempertemukan Maria..putri dari teman Papa,bagaimana nak?." Tanya Papa nya menatap Arga.Arga menoleh menatap Papa nya sekilas lalu menundukkan kepalanya. "Terserah." Ucapnya pelan. "Oke,minggu depan kita berkunjung ke rumah mereka." Papa Arga tersenyum senang mendengar jawaban putranya,lalu ia menepuk pundak Arga,lalu beralih menatap istrinya tersenyum puas. Arga berdiri menatap Papa dan Mama nya sekilas."Arga istirahat dulu Ma." Ucapnya pelan lalu beranjak pergi meninggalkan orang tuanya yang tersenyum bahagia,mereka merasa putranya setuju dengan rencana perjodohan itu. Arga langsung masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di tepi tempat tidur. "Apa kau merindukanku,seperti aku merindukanmu?." Ucap Arga pelan menatap foto foto Elena di ponsel miliknya. "Apa aku harus melupakanmu?." Ia menghela nafas dalam lalu menghembuskannya.Ia mengusap rambutnya kasar dengan frustasi.Lalu ia menghapus semua foto foto Siene,ketika foto terakhir ia ragu untuk menghapusnya.Menatap dalam foto itu lalu ia melemparkannya ke lantai hingga ponselnya pecah dan berserakan di lantai. "Ahhhhkkkk!! Dia menundukkan kepalanya,kedua tangan meremas rambutnya sendiri. " Kenapa Si...kenapa ! ! " Arga menjatuhkan tubuhnya ke lantai,ia duduk dan menyandarkan kepalanya ke tepi kasur,menatap langit langit kamar,ia frustasi tidak dapat menyingkirkan bayangan dan kenangannya bersama Elena di fikirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD