Balas dendam

1389 Words
Udara dingin di malam hari dan keramaian disudut kota membawa sesosok ringkih berjalan tak tentu arah. Ia mencoba untuk sedikit menghibur dari ketidakpastian hidupnya selama ini. Ia berjalan pelan menatap kelangit bertabur bintang. Kakinya yang masih belum pulih seperti sebelumnya berjuang menahan tubuhnya yang memiliki rasa. Berkali kali ia memandangi sekitar koota jakarta yang cukup lama ia kenal menghadirkan kerapuhan yang menatap langsung ke matanya yang begitu dalam dan menghanyutkan. Disudut keramaian kota, gang gang kecil dan tempat tempat gelap beberapa orang menata hidupnya dalam keterasingan hidup tanpa rumah ditengah kebaikan hanyalah rasa iba kematian dari segala yang baik. Elena tersenyum sinis menyadari akan dirinya bagian dari mereka, sisi lain yang pernah membuat hatinya hancur dan akhirnya menyerah dan terlantar jauh di sebuah kota besar. Elena terus berjalan hingga langkahnya terhenti didepan sebuah club yang cukup terkenal di kota itu. Sesaat ia terpaku menatap kelab lalu ia melangkahkan kaki nya masuk kedalam kelab, ia tertegun menatap sekitar ruangan club, aroma nikotin dan alkohol terasa menguar dari berbagai sudut N-Pub. Suara dentuman musik disc jockey mengiringi orang orang menari di lantai dansa. Elena memilih duduk disudut club dan memesan sebotol wine. Kemudian Elena menuangkan wine kedalam gelas dan menyesapnya. Ia menikmati setiap sesapan wine sesekali kepalanya mengikuti irama dentuman musik disc jockey dan memperhatikan orang orang yang meliuk liuk kan badan dilantai dansa. Sekilas Elena melihat seorang pria tinggi tegap dengan wajah rupawan masuk ke dalam club, lalu ia mengalihkan pandangannya pada orang orang dilantai dansa. "Hai sayang, mau aku temani?" tanya seorang w*************a berambut warna coklat terang, sebelah tangannya mengelus bahu pria itu, tapi pria itu tidak memperdulikannya, dia memilih duduk tanpa memperdulikan tatapan nakal wanita itu, lalu pria itu memesan sebotol wine. Ia menuangkannya ke dalam gelas. Pria itu adalah Reegan seorang Fisikiawan partikel diskrit dan memiliki organisasi dalam bidang game theory. Reegan memainkan gelas di atas meja, ia menoleh kesudut ruangan menatap Elena yang tengah menikmati minumannya.Lalu ia beranjak berdiri dan mendekati Elena yang sedikit mabuk. "Boleh aku temani? Elena menoleh mendongakkan kepala menatap pria didepannya, lalu ia mengalihkan pandangannya pada tempat lain. Reegan duduk disamping Elena tanpa menunggu persetujuannya. Ia menatap wanita dihadapannya dengan tersenyum sinis. "Nona Elena." "Siapa kau?" tanya Elema l yang sedari tadi hanya menikmati dentuman musik, akhirnya bersuara. Reegan menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Elena. "Elena.." Elena menatap pria yang tengah menatapnya,lalu ia mendengus kasar. "Kau siapa?. "Reegan." Ucapnya "Lalu apa maumu?" Elena mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ayo ikut aku." Reegan berdiri dan menarik tangan Elena. Ia mendongakkan kepala lalu menatap tangan pria itu yang mencengkram kuat tangannya. "Lepas! apa apaan ini?" Elenamenarik tangannya,namun usahanya sia sia. "Ayo ikut." Reegan mengangkat tubuh Elena dan menggendongnya paksa,Reegan mengabaikan tatapan mata yang menatapnya. Dia akan melakukan apa saja pada Elena gadis yang selama ini dia incar, dan dia merasa berhak mengatur hidup gadis itu dan menentukan masa depannya. Elena berusaha meronta turun dari gendongan Reegan namun kepalanya terasa pusing akibat terlalu banyak minum. Lalu ia dibawa masuk kedalam sebuah mobil Alphard. Elena tidak tahu ia akan dibawa kemana, karena kepalanya terlalu berat dan merasakan pusing, padahal minuman yang dikonsumsinya tidak mengandung alkohol yang memabukkan. Elena tidak mengetahui kalau setiap gerak geriknya di awasi sejak ia keluar dari rumah hingga masuk ke dalam club malam itu, Reegan sudah mengaturnya dengan pelayan club untuk mencampur minuman Elena dengan alkohol. ***** Elena terbangun dengan rasa pusing dikepalanya, ia melihat ke ke sekeliling kamar. Warna krem dan putih yang mendominasi ruangan itu membuat Elena heran. Perlahan Elena bangun dari atas kasur dan berjalan mendekati jendela yang berada dekat dengannya. Matanya membulat ketika ia menyadari ada di sebuah rumah megah dan dikelilingi tembok yang tinggi dan jauh dari pemukiman warga. lalu Elena balik badan berjalan mendekati pintu. Sebelum Elenamembuka pintu itu,dari luar seseorang membukanya,pria semalam berdiri di depan pintu dengan tatap kan dingin,membawakan Elena sarapan pagi dan secangkir kopi di sebuah nampan.Ditangan kirinya pria itu menggenggam sebuah gaun. "Kau sudah bangun Elena?" Reegan tersenyum sinis lalu masuk dan mengunci pintu lalu menarik tangan Elena untuk duduk di kursi yang berada di dekat jendela. Elena diam terpaku menyadari pria itu memperlakukannya seperti tahanan,ada rasa menyesal dihatinya kenapa dia tidak mendengarkan Arga. "Duduk." Reegan mendorong tubuh Elena untuk duduk di kursi.Lalu ia meletakkan nampan diatas meja dan sebuah gaun berwarna merah tua. "Sekarang kau mandi dulu dan ganti bajumu,aku menunggumu makan dalam lima belas menit." Reegan memberikan perintah padanya,menganggap Elena tahanan. Elena diam tidak bergeming,dia merasa tidak harus mengikuti perintahnya. "Apa kau tidak dengar?jadilah gadis yang baik." Elena tetap diam,ia mengatupkan bibirnya rapat rapat. "Kau membuatku marah." Elena diam terpaku, saat tangan Reegan yang dingin menyentuh tengkuknya. " Siapa pria yang selalu ada dirumahmu?" tanya Reegan tapi Elena tetap diam, "Masih tidak mau bicara?kau tidak ingin memberitahuku?baik..aku akan membuatmu membuka mulut...." Wajah Elena memucat,ia tidak bisa lagi diam ketika tangan Reegan mulai membuka salah satu kancing kemeja yang ia kenakan. "Pria mana?! Elena semakin takut saat tangan Reegan membuka kancing kedua pakaian Elena. "Ini hanya peringatan,tapi jika kau tidak mengatakannya...."Ucap Reegan tertahan. "Kau mau apa?." Reegan tertawa sinis melihat ekspresi Elena. "Kau tidak perlu berpura pura bodoh Elena." Reegan tertawa kecil. "Hidupmu ada ditanganku,jika kau tak menuruti perintahku maka aku akan membunuh pria itu." "Jangan berani kau sentuh dia b******n!." Elena memberontak marah,saat pria itu mengatakan tentang Arga ,tangan Elena bergerak hendak menampar Reegan,tapi Reegan berhasil menahannya dan memutarnya hingga Elena tidak bisa menggerakkan tangannya. "Kau mau apa?." Elena sama sekali tidak tahu kalau pria dihadapannya akan melakukan apa saja yang dia inginkan padanya untuk mengganggu mental. "Reegan! Elena terkesiap kaget karena Reegan merobek pakaian Elena hingga kancing kemejanya terlepas semua,hingga ia terjatuh ke diatas karpet berwarna merah. Reegan menarik tangan Elena lalu mengangkat tubuhnya dan dihempaskan ke atas kasur.Reegan naik dan berada di atas tubuh Elena mencengkram kedua tangannya,lalu mencumbunya,"b******n kau." Reegan tak perduli dengan umpatan Elena. Reegan mencium telinga dan leher Elena lalu turun ke d**a. Elena terus menendangk ke segala arah, tetapi Reegan berhasil menahannya. Nafas Elena seakan terhenti terhenti saat Reegan membuka semua pakaiannya. "Hentikan." Namun Reegan tidak memperdulikan semua umpatannya. Dia terus melakukan apa yang dia inginkan. Niat awal Reegan hanya ingin menakut nakuti,namun gairahnya semakin meningkat ketika Elena menyebut nama Arga. Ia merasa ditantang. Reegan terus mencumbu Elena dengan liar, ia tidak perduli dengan jerit tangis Elena. Reegan tak mampu mengontrol dirinya lagi. Ia robohkan pertahanan Elena dan merenggut kesucian milik Elena yang paling berharga. Beberapa menit berlalu, Reegan telah selesai. Ia menggunakan lagi pakaiannya sembari menatap Elena yang terisak Reegan turun dari tempat tidur ia mengambil selimut untuk menutupi tubuh Elena. "Apa salahku?" ucap Elena di sela isak tangisnya. Reegan terdiam sesaat mendengar pertanyaan lirih dari mulut Elena lalu ia duduk ditepi kasur menatap punggung dan rambut Elena yang berantakan.Ia tahu kalau gadis itu tengah menangis dibalik selimut. "Apa kau lupa?apa yang sudah kau lakukan dulu?." "Apa maksudmu." Ucap Elena dengan suara serak.Ia menafan nafasnya ketika ia menyadari keheningan. Reegan terdiam setelah mendengar kata kata Reegan. Reegan berdiri dan melangkahkan kakinya,ada sedikit keraguan dihatinya mengenai Elena dia merasa takut jika dia salah orang. Dari jauh dia datang ke kota itu, selain untuk urusan proyek rahasia tapi dia juga ingin mencari gadis yang telah menghancurkan hidupnya dan membunuh semua anggota keluarganya. Elena yang memiliki wajah yang sama dengan gadis yang selama ini Reegan cari,menjadi sasaran balas dendamnya. **** "Elena..kau di mana?." Arga mengedarkan pandangannya menatap sekitar jalan raya dari balik kaca mobilnya.Ia mencari Elena dari semalam hingga pagi menjelang. Arga sedikit merasakan lelah dan mengantuk,tapi dia tahan sebelum menemukan Elena. "Apa aku laporkan saja ke kantor polisi?siapa tahu Elena diculik?." Arga mengingat kejadian beberapa waktu lalu saat Elena ditemukan pingsan di tepi jalan.Tiba tiba ponsel milik Arga berbunyi di saku kemejanya. Lalu Arga menepikan mobilnya. "Halo." Arga menjawab panggilan samanta di ponsel. "Bagaimana?apa Elema sudah ketemu?." Suara Samanta terdengar khawatir. "Belum,mungkin aku akan melaporkannya pada polisi." Arga menghela napas dalam. "Lebih baik seperti itu,tapi tunggu sampai malam ini Ga." Samanta memberikan saran pada Arga. "Baik." Jawab Arga,lalu ia memutus ponselnya.Ia kembali menyalakan mobilnya dan memutuskan untuk kembali ke rumah Siene untuk beristirahat sejenak,siapa tahu Siene sudah ada di rumah?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD