cahaya kecil

1361 Words
Samanta memperhatikan sekitar jalan raya,lalu memperhatikan ekspresi Arga dari kaca spion. "Bagaimana mungkin Elena bisa hilang sih Ga?." Arga mengalihkan pandangannya dari kaca mobil yang gelap lalu menggeleng sekilas. "Aku hanya meninggalkannya sebentar,Sam." Arga dan Samanta terus memperhatikan setiap orang yang berjalan kaki di tepi jalan atau siapa saja yang terlihat oleh Samanta. **** Sementara Elena masih dalam perjalanan diatas motor ojeg.Matanya tertuju pada salah satu pria yang tengah berjalan di tepi jalan menuju sebuah lapangan kosong. "Bang ! Bang berhenti!" Ojeg pun berhenti dan menepikan sepeda motornya ditepi jalan raya.Elena turun dengan berpegangan pada pundak supir ojeg,lalu ia merogoh saku celananya,mengambil uang lima puluh ribu. "Ambil saja kembaliannya." Elena bergegas mempercepat langkahnya dengan tertatih menyusul pria yang tengah berjalan menuju sebuah lapangan berukuran luas,dipenuhi rumput.Sesekali ia berhenti untuk bernafas dan mengatur degup jantungnya yang tidak beraturan. "Alex! Alex ! Elena terus berjalan dengan tertatih memanggil pria yang tak mendengar panggilannya. " ALEEEXX ! ! Elena berhenti dan membungkukkan badannya memegang kakinya yang terasa sakit,lalu ia kembali berlari dengan jalan yang tertatih. "Kemana dia?." Elena menatap sekitar,lalu menengok ke kiri dan kekanan,mencari keberadaan Alex.Ia telah kehilangan jejaknya. "Ah sial !" Elena mengatur nafasnya,lalu ia menoleh ke belakang.Matanya melebar menatap dua pria sedang berdiri dan menatapnha dari belakangnya.Dua orang pria dengan senjata laras panjang,salah satu dari mereka berbadan tinggi besar dengan tato di lehernya,sementara satunya lagi bertubuh ramping dengan rambut panjang. "Si,siapa kalian?" Elena berusaha tenang dan melangkah mundur secara perlahan.Ia berusaha bersikap berani di depan dua pria itu. " Apa yang kalian inginkan?" "Kau." Pria itu maju bersamaan dengan perlahan ke hadapan Elena. Elena memutar otak bagaimana caranya mencari celah untuk melarikan diri,namun sepertinya percuma juga ia lari dalam keadaan kaki yang tidak normal,diam pun nyawanya akan melayang sia sia. "Ikutlah dengan kami." Pria itu berjalan lebih dekat dengan Elena yang mulai ciut nyalinya menatap senjata laras panjang. "Lari..ya lari." Ucap Elena dalam hati.Detik berikutnya Elena membalikkan badan dan mulai berlari semampunya,ia meringis menahan sakit di kaki dan kepalanya yang mulai berdenyut hebat,sesekali menoleh ke belakang menatap dua pria itu yang tertawa menatapnya dengan berjalan cepat,mereka menyadari kalau Elena tidak bisa lari cepat karena kakinya pincang. "Mau kemana kau!." Salah satu pria itu menarik rambut Elena dari belakang hingga ia tersandung kakinya sendiri dan terjatuh.Pria itu menatap wajah Elenayang pucat dan lesu. "Sudah ku katakan,kau tidak akan bisa melarikan diri."Pria itu membungkuk menarik tangan Elena,namun dengan sigap Elema menendang wajah pria itu dengan kaki kanannya yang sudah normal di banding kaki kirinya.Pria itu meringis memegang wajahnya. Elena langsung bangun dan hendak berdiri,namun pria kerempeng itu menarik kaki Elena hingga keningnya terantuk tanah keras. Kedua pria itu mengangkat kedua lengan Elena dan menyuruhnya berjalan dengan kedua tangan di cekal. Elena mengikuti langkah mereka. Benturan di tanah sewaktu pria itu menyeret tubuhnya membuat luka dikepalanya kembali mengeluarkan darah membasahi perban yang baru tadi pagi Arga ganti. Dua pria itu terus memaksa Elena berjalan hingga langkah mereka terhenti di tepi lapangan terdapat sebuah mobil avanza berwarna hitam.Salah satu pria itu membuka pintu mobil dengan tangan kirinya,tangan kanan memegang tangan Elena kuat,sementara pria lainnya sudah masuk ke dalam mobil dan menyalakannya,namun Elena mendapat ide sebelum ia di paksa masuk. Elena menendang paha pria itu dengan sekuat tenaga dengan kaki kanannya.Pria itu meringis memegang pahanya. Elena erlari dengan tertatih menuju jalan raya,matanya menatap sekitar untuk mencari kerumunan orang.Lalu ia melihat beberapa orang hendak menyebrang jalan dari kejauhan. Elena menoleh ke belakang.Nampak dua orang pria itu mengejarnya dari belakang. "Ah siaaal!." seru Elema sambil terus berlari.menuju kerumunan orang orang yang hendak menyeberang.Dari jauh Elena melihat sebuah mobil hitam menepi di jalan.Pandangannya yang mulai mengabur,mencoba memperjelas pandangannya dengan melebarkan matanya menatap seorang pria tengah berlari mendekatinya,namun ia sudah terlalu lelah dan kesakitan,ia pun ambruk tepat didepan Arga yang sudah ada di hadapannya. "Elena!" Arga meraih tubuh Elena yang oleng ke samping.Lalu terjatuh dan duduk memangku tubuh Elena. "Elena..." "Ga..Elena kenapa?." Ucap Samanta berlari dan jongkok di depan mereka. Arga menggeleng,lalu ia menatap kedepan.Arga melihat dua pria yang mencurigakan dengan senjata laras panjang ditangannya tengah menatap ke arahnya,lalu mereka berdua balik badan dan pergi. "Elena.." Arga menyentuh darah di kening Elena,lalu menatap pakaiannya yang kotor oleh noda tanah. "Kita bawa ke rumah sakit Sam." Ucap Arga mengangkat tubuh Elena lalu menggendongnya.Arga menoleh ke belakang sekilas.Lalu mereka berdua membawa Elena ke rumah sakit tempat Elena di rawat sewaktu kecelakaan. *** "Kau tidak perlu khawatir, dia sudah ditangani dokter," ucap Samanta,dia duduk disamping Arga yang tengah melamun. "Apa yang kau fikirkan?." Tanya Samanta lagi. Arga menghela nafas dalam,lalu menoleh menatap Samanta. "Apa kau tidak merasa ada yang aneh?." Samanta mengernyitkan dahi tidak mengerti maksud Arga. "Aneh?." Arga mengangguk. "Tadi aku sempat melihat dua pria memegang senjata laras panjang,dan gerak geriknya mencurigakan." Ucap Arga mengingat wajah kedua pria itu. "Jadi,maksudmu Elena_?" "Ya,ada yang tidak beres, Elena terlibat masalah besar." Ucap Arga menatap tajam Samanta.Samanta melebarkan matanya,mengingat dua pria tadi pagi dihalaman rumah Elena. "Oh God,kau benar..dua pria tadi pagi sedang mengintai Elena," Samanta menutup mulut dengan kedua tangannya. "Kau benar Sam,tapi aku tidak tahu masalah apa." Ucap Arga pelan lalu menundukkan kepala,coba untuk berfikir bagaimana melindungi Elena. "Pak Arga..nona Elena sudah Sadar." Ucap Dokter sudah berdiri di depan Arga dan Samanta.Arga berdiri tersenyum menatap wajah dokter. "Terima kasih dok." Arga langsung berdiri dan masuk kedalam kamar rawat Elena,di susul Samanta dari belakang. "Elena.." Elena menoleh menatap Arga lalu ia bangun dan duduk. Arga duduk ditepi tempat tidur dan memeluknya "Syukurlah kau sudah sadar,aku khawatir sekali." Ucap Arga mencium puncak kepala Elena berkali kali.Lalu menangkup wajahnya,menatap dalam kedua bola mata Elena yang berkaca kaca. Arga menempelkan satu jari telunjuk di bibir Elena. "Ssst." Arga kembali memeluk erat Elena. "Jangan menangis,sudah ada aku,aku akan menjagamu." Ucap Arga pelan. Elena memeluk erat tubuh Arga seakan tidak ingin melepaskannya. "Aku mau pulang.' Elena melepas pelukannya menatap wajah Arga. " Oke kita pulang,tapi kau harus tinggal bersamaku." Elena terdiam lama. "Kau mau kan?." Tanya Arga lagi. Elena menggelengkan kepala. "Kenapa?." "Aku tetap mau pulang kerumahku." Ucap Elena dengan tatapan nanar. "Baiklah sayang, jangan menangis.Tapi kau harus janji untuk baik baik saja,dan kalau ada apa apa telepon aku?oke?." Elena mengangguk tersenyum. "Aku sayang kamu,aku mencintaimu dan aku tidak mau kehilanganmu." Ucap Arga memeluk Elena. Elena tersenyum getir,ucapan tulus dari bibir Arga bukan membuatnya senang,tapi kebalikannya, Elena sedih.Karena ia tidak mencintai Arga,tapi kebaikan Arga dan Samanta membuatnya tidak enak hati. "Aku akan mengurus semuanya." Ucap Samanta tersenyum bahagia melihat Arga sepupunya menemukan gadis baik dan sederhana buatnya.Lalu ia beranjak pergi meninggalkan mereka berdua. ***** Arga menurunkan tubuh Elena ke kursi roda lalu mendorongnya masuk ke dalam rumah,di ikuti Samanta dari belakang.Lalu membawa Elena masuk ke dalam kamar,lalu Arga mengangkat tubuh Elena ke atas tempat tidur dan merebahkannya. "Ga,jangan tinggalkan aku." Elena menarik tangan Arga.Sesaat Arga menatap jari jemari mungil Elena,lalu mengusap lembut pipinya. "Aku disini menjagamu." Ucap Arga menatap Elena. "Sekarang kau istirahat." "Aku pulang duluEl..besok pagi aku datang kesini lagi." Samanta mengulurkan tangan mengusap pipi Elena.Lalu Samanta menatap Arga yang duduk di kursi panjang disebelah Elena "Aku pulang dulu." Ucap Samanta lalu berjalan keluar kamar meninggalkan rumah l. Elena menatap langit langit kamar,ia merasa hidupnya kini lebih hancur dan berantakan dari sebelumnya, ia tersenyum getir. Apa pedulinya?hidupnya sudah tidak berarti apa apa.Jika ia harus mati sekarang pun dia siap,namun sekelebat bayang ayah dan ibunya memberikan ia sedikit harapan,meski dikecewakan berkali kali,namun ia tetap menyayangi dan memperjuangkan mereka. Elena tersenyum,memejamkan matanya,lalu ia pun tertidur pulas efek dari obat dari dokter.Dia tidak mengerti jika sahabatnya telah membawa dirinya kedalam lingkaran setan. Arga menatap Elema dengan tatapan sayang. "Entah kenapa aku sangat menyayanginya,dan aku juga ingin memiliki dirinya seutuhnya." Gumam Arga pelan.Ia tersenyum menatap dalam wajah Elena yang tertidur pulas
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD