kalung liontin

1515 Words
"Kau tidak perlu bekerja lagi di kelab lagi El, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu,dan orang tuamu," ucap Arga melepas perban di kepala Elena. "Tidak..aku tidak mau.." jawab Elena menatap wajah Arga. "Kenapa? tanya Arga meletakkan bekas perban diatas meja. "Tidak apa apa," jawab Elena singkat. Arga menatap wajah gadis yang ada dihadapannya, dia tahu kalau Elena tidak ingin menggantungkan hidupnya pada orang lain. "Tapi aku calon suamimu.." ucap Arga,lalu ia memasangkan perban baru di kepala Elena. "Suami?." Elena mencubit hidung Arga. "Enak saja,siapa yang mau jadi istrimu," Elena menatap wajah tampan didepannya. "Tapi aku mau menjadi suamimu.." Arga mendekatkan hidungnya di hidung Elena. "Kau nikah saja sama nenekku." Elena tersenyum mengangkat kedua alisnya menatap kedua mata Arga yang melebar. "Aku mau kamu." Arga mencolek hidung Elena lalu berdiri membawa bekas perban lalu di buang ketempat sampah yang ada diluar rumah. Eleba berdiri mengambil tongkatnya dan mengikuti langkah Arga keluar dari kamar. "Aku buatkan kamu makanan ya," ucap Arga dari luar rumah, lalu dia masuk ke dapur. Elena mengangguk,lalu ia duduk di kursi ruang tamu menatap ponsel yang ada di tangannya. "Ris,bagaimana keadaan kamu,apa kau baik baik saja?" ucap Elena dalam hati, ka mencemaskan keadaan sahabat baiknya itu juga putri kecil Risma. Tercium aroma goreng bawang merah dari arah dapur memenuhi ruangan. Elena berdiri mendekati Arga yang sedang memasak. "Memangnya kau bisa masak?." Arga menoleh ke belakang lalu fokus pada masakannya lagi. "Kamu belum mencobanya,kalau sudah pasti ketagihan." Ucap Arga penuh rasa percaya diri. Elena mendekati Arga lalu ia duduk dikursi meja makan memperhatikan Arga hingga selesai. "Sudah selesai." Ucap Arga membawa satu piring nasi goreng diletakkan diatas meja.Lalu Arga duduk di samping Elena. Elena tertawa kecil dan menatap wajah Arga yang berkeringat,ia mengambil tisu yang ada diatas meja,lalu menyeka keringat diwajah Arga. Setiap sentuhan lembut tangan Elena membuat keyakinan Arga semakin kuat,untuk menjadikan gadis dihadapannya sebagai pendamping hidupnya.Dengan reflek dari bibir Arga mengucap kata "I love you". Elena menatap wajah Arga sesaat lalu membuang tisu bekas menyeka keringat. " Ih lebay," ucap Elena tertawa. Arga tertawa kecil lalu ia mengambil sendok.Tiba tiba mereka dikejutkan oleh langkah kaki yang tergesa gesa masuk mendekat.Arga dan Siene menoleh ke arah pintu.Nampak Samanta berjalan dengan sangat cepat dan terlihat panik. "Ada apa Sam?." Tanya Arga lalu ia mengambil gelas dan menuangkan air putih. "Duduk dulu." Elena menatap wajah Samanta yang terlihat pucat. Samanta duduk dihadapan Elena,lalu Arga menyodorkan satu gelas air minum pada Samanta. "Ada orang mencurigakan Ga di depan rumah Elena" Ucap Samanta sedikit bergetar,lalu dia meminum air putih. "Mencurigakan bagaimana?." Tanya Arga menatap Samanta. "Aku melihat dua orang pria berdiri di dekat sebuah mobil Ferari,dan aku juga melihat pistol terselip di pinggangnya." Samanta mengakhiri ceritanya lalu meletakkan gelas di atas meja makan. "Serius?." Arga berdiri lalu berjalan ke arah jendela,ia membuka jendela dan memperhatikan halaman rumah Elena. "Tidak ada siapa siapa." Arga menutup kembali jendela lalu kembali duduk di samping Elena.Arga menatap Elena yang tertunduk dan terlihat gelisah. "Si kamu kenapa?." Tanya Arga meraih tangan Elena di atas meja. Elena menggeleng menatap Arga dan tersenyum samar.Samanta mengerutkan dahi memperhatikan perubahan sikap Elena "Kau sakit lagi?." Tanya Samanta. Lagi lagi Elena menggeleng. "Aku tidak apa apa." Ucap Elena berusaha untuk tenang. "Kalau begitu aku ke toko dulu,Parel sendirian." Ucap Samanta berdiri lalu ia membuka tasnya dan mengambil amplop berwarna putih dan di berikan pada Elena. "Ini gaji kamu selama dua bulan yang belum kau ambil." "Tapi aku sudah pakai uangmu untuk biaya rumah sakit,gaji dua bulan belum cukup untuk menggantinya." Ucap Elena merasa tidak enak hati. "Kau tidak perlu memikirkan hal itu." Samanta berdiri dan mendekati Elena. " Aku pulang dulu ya." Samanta memeluk Elena "Terima kasih." Samanta melepas pelukannya lalu menatap Arga. "Kau jaga Elena dengan baik." Arga mengangguk,lalu dia mengantarkan Samanta sampai depan rumah. "Hati hati!." Seru Arga ketika Samanta hendak masuk ke dalam mobil,Samanta menoleh dan melambaikan tangannya.Lalu Arga kembali masuk kedalam menemui Elena "Kenapa bengong Si?." Tanya Arga menatap Elena yang tertunduk. Siene menoleh menatap Arga yang berjalan mendekatinya. "Tidak apa apa,terus kapan kita makannya?." Jawab Elena tersenyum. "Aku suapin ya?." Arga berdiri mengambil sendok,tiba tiba ponsel milik Arga berbunyi di dalam saku celananya.Lalu ia merogoh saku celananya mengambil ponsel dan menatap layar ponsel sesaat,lalu menatap Elena. "Dari mama,aku angkat dulu." Elena mengangguk menatap Arga yang sedang menerima panggilan telepon. "El,aku minta maaf.Ada sedikit masalah di rumah,sepertinya aku harus pulang dulu sebentar." Elena mengangguk menatap Arga. "Setelah selesai,aku balik lagi ke sini.Kau baik baik dirumah." Arga mencium puncak kepala Elena lalu ia melangkahkan kakinya dengan tergesa gesa. Elena menghela nafas panjang,menatap nasi goreng yang ada dihadapannya. "Mungkin aku harus ke rumah Risma sebentar untuk memastikan dia baik baik saja." Ia beranjak dari duduknya.Lalu ia mengambil tongkat yang ada didekatnya.Kemudian dia berjalan melangkah keluar rumah. ***** "Tok tok tok! Elena mengetuk pintu rumah Risma hingga berkali kali,namun tidak ada jawaban ataupun tanda tanda pintu di buka. " Kemana Risma?apa dia tidak ada dirumah?." Risma ! Risma ! " Elena menggedor pintu rumah Risma. Risma! " Elena mendorong pintu rumah dengan tongkat,dan menyadari sebagian engsel pintu rumah Risma nyaris lepas disebabkan oleh apa ia tidak tahu. Elena menubrukkan badannya berkali kali ke pintu itu hingga engsel terlepas,dan ia mudah dengan masuk ke dalam. "Risma?" Elena mencari keberadaan Risma dan putrinya,dan ia menyadari kalau rumah Risma baru saja di jarah.Perabotannya tergeletak betantakan,sisa bir dan rokok masih berada di atas meja. Elena yakin apa yang terjadi pada Risma di akibatkan orang orang yang mempertanyakan perihal uang yang di curi Alex. Elena masih ingat dulu waktu pertama kali bertemu Risma diawali salah sambung nomer telepon,akhirnya Elena akrab dan menjadi sahabat.Risma berkali kali menyelamatkan Elena dari keterpurukan masalah Ekonomi.Risma selalu memberikan jalan keluar untuk setiap permasalahan Elena. gadis yang periang tapi sekarang hidupnya berantakan sejak bertemu Alex. "Risma?" Elena berlari dengan tertatih dan berjongkok dihadapan tubuh Risma yang tergeletak di bawah lantai wajahnya lebam. "Apa yang terjadi Ris?." Elena mengangkat kepala Risma dengan susah payah.Mata Risma melihat pergerakan,lalu dia membuka matanya. "Elena?" Siene menatap wajah Risma,dia hampir saja mau menangis melihat sahabatnya dalam keadaan mengenaskan. "Ayo bangun" Elena membantu Risma bangun dan berdiri meskipun dia kesulitan karena kakinya belum pulih benar,lalu membawanya ke atas tempat tidur yang berantakan. "Terima kasih si." Elena duduk ditepi tempat tidur,lalu menyibakkan rambut Risma yang tergerai berantakan menutupi wajahnya. "Apa yang terjadi?" "Mereka datang lagi El" Elena menatap wajah Risma yang frustasi lalu Risma memeluk Elena dan menangis,air mata membasahi pakaian Elena. Ia mengelus pelan punggung Risma menenangkan.Sebenarnya ia juga ingin menceritakan tentang dua pria di rumah sakit itu,namun Elena mengurungkan niatnya karena tidak ingin membebani Risma. "Katakan apa yang sebenarnya terjadi?" "Pekerjaan Alex sebenarnya tidak terlalu berat,hanya menjadi kurir.Namun Alex mengetahui semua bisnis Outfit yang lain". Elena menghela nafas panjang,ia sama sekali tidak mengerti apa yang di katakan Risma.Bagi dia tidak penting mengetahui hal itu,yang harus dilakukan adalah solusi dari permasalahan yang Risma hadapi. " Sudah berapa lama kau ikut terlibat dalam masalah ini Ris?". "Kau tidak perlu tahu El, aku mau minta tolong sama kamu." Risma berdiri dan berjalan tertatih menuju meja kecil di samping tempat tidur,lalu dia mendorong meja itu dan mengambil sebuah kalung liontin.Lalu ia kembali menggenggam kalung liontin itu,dan di berikan ke Elena. "Apa ini?" "Dengar si,aku titip kalung ini,di dalam kalung ini tersimpan file file kejahatan mereka,aku ingin kau menyimpannya," Risma menatap sedih Elena, "aku tahu..aku sudah egois.Tapi sama siapa lagi aku minta tolong.Aku percaya kau akan baik baik saja." Ucap Risma panjang lebar. 'Dan aku titip putriku jika terjadi apa apa terhadapku,untuk saat ini dia aman." Ucap Risma lagi dengan air mata saling memburu turun dari sudut matanya, "Semua uang dan harta yang aku miliki sudah aku jual dan uangnya aku simpan di rekeningmu." Elena mendengarkan dengan seksama,ia tidak bisa menolak permintaan Risma,meskipun ia tahu akan resiko yang akan dia hadapi nanti. "Ris aku_?" Tiba tiba saja Risma menarik tangan Elena. "Ada apa Ris?" Risma terus menarik tangan Elena hingga pintu luar rumah. "Pulanglah El!" "Ta-tapi?" "PULANG !" Risma membawa Elena hingga tepi jalan raya yang ada di depan rumahnya dan memanggil tukang ojeg. Elena benar benar tidak diberi kesempatan untuk bicara.Saat tukang ojeg itu tiba Risma langsung menarik tongkat Elena lalu memaksa Elena naik ke atas sepeda motor. "Bawa dia secepatnya Bang!." Elena benar benar tidak mengerti sikap Risma,lalu ia menoleh ke belakang saat ojeg melaju dengan cepat.Nampak Risma di pukul dua orang pria dan memasukkannya kedalam sebuah mobil berwarna hitam.Lalu Elena tidak dapat melihat apa apa lagi. Elena tertunduk dengan fikiran kacau,ia menatap kalung liontin yang ada dalam genggamannya. "Tuhan selamatkan sahabatku." *** Sementara dirumah Elena Arga mencari cari keberadaan Elena ,ia terlihat sanga khawatir karena Elena tidak ada diruangan manapun.Arga menatap nasi goreng diatas meja yang masih utuh tak tersentuh sedikitpun. "Dimana kau sayang"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD