Gereja tempat Igo bernaung kini dekat dengan komplek sekolahan. Yang paling dekat hingga menempel dinding adalah sekolah Taman Kanak-kanak Pelangi. Nah, saat Igo sedang jenuh dan tau mau berbuat apa, dia jadi tertarik ketika mendengar suara riuh rendah tawa anak-anak balita itu. Dia mendatangi sekolah taman kanak-kanak itu dengan baju casual. Igo terlihat sangat tampan dan seksi hingga langsung menarik perhatian ibu-ibu yang menunggu anaknya sekolah di taman kanak-kanak itu.
"Psstttt, Jeng! Lihat, siapa tuh? Gila, ganteng banget, ih!" bisik salah seorang ibu bertubuh tambun.
"Wow, bukan cuma ganteng. Dia seksi sekali," temannya yang lain menimpali.
Igo jelas mendengar percakapan itu, namun ia cuek saja. Toh, dia sudah biasa dikagumi. Lagipula yang orang-orang mengagumi tadi tak membuat minatnya tergugah. Igo cuma mengangguk sambil tersenyum simpatik, itupun sudah bikin dua ibu tadi melongo bengong. Hingga ta sadar pentol bakso yang mereka pegang pada jatuh ke tanah.
Igo melanjutkan perjalanannya hingga ke halaman sekolah, ia melihat ada barisan anak TK yang sedang senam dipimpin oleh seorang guru wanita yang usianya sekitar hampir tigapuluh tahunan. Musik yang ceria itu dan gerakan lucu anak-anak membuat hati Igo terhibur, dia mengembangkan senyum memikatnya.
Guru wanita itu melihatnya dan langsung berdiri kaku di tempat, lupa kalau dia sedang mengajar senam murid-muridnya.
"Bu Gulu, Bu Gulu, telus gelatannya apa lagi?" terdengar suara cadel bertanya bingung.
Guru itu tersadar seketika.
"Sabar ya, Angie. Kita hentikan sebentar."
Bu Guru mematikan tapenya dan berkata pada murid-muridnya, "anak-anak kita kedatangan tamu istimewa. Katakan selamat pagi pada Pater Hilarius."
Rupanya Bu Guru itu sudah tahu jati diri pria memikat didepannya. Mungkin dia sudah beberapa kali melihat sosok Igo dari kejauhan. Beberapa pasang mata dari sosok-sosok mungil itu kini beralih menatap Igo. Dengan ceria mereka menyapa Igo.
"Selamat pagi Pater Hilariusssssss!"
Igo tersenyum lembut sambil menjawab, "selamat pagi, Anak-anak. Capek ya, olahraganya?"
"Iyaaaaa..." jawab mereka kompakan.
"Tapi cenenggg!" timpal seseorang dengan suara cadel.
Spontan Igo memperhatikan si pemilik suara cadel itu. Seorang gadis mungil dengan wajah polos lucu seperti malaikat kecil. Rambutnya ikal, bergelombang, menghiasi wajah imutnya hingga nampak seperti boneka. Igo mendekati gadis kecil itu dan berlutut di depannya.
"Siapa namamu, Sayang?"
"Angie!" gadis itu menjawab lantang.
"Tau betul Patel, ya? Ta milip Patel," celetuk Angie.
Sesaat Igo bingung mengartikan perkataan si Angie hingga gurunya menjelaskan.
"Maaf Pater, Angie ingin tau apa Pater betul seorang Pastur? Dia bilang tidak mirip."
Igo tersenyum kulum, lalu bertanya lagi, "jadi seharusnya seorang Pater itu seperti apa?"
"Tua. Jelet. Gendut." jawab Angie polos.
Igo ketawa ngakak sambil mengacak poni Angie.
"Kalau begitu anggap aja aku pater versi baru. Pater kekinian."
Angie ketawa geli mendengar ucapan Pasturnya hingga gigi ompongnya kelihatan. Terlihat sangat lucu. Entah mengapa gadis kecil ini telah berhasil memikat hati Igo. Maka ketika siang itu ia melewati Taman Kanak-kanak Pelangi dan melihat anak itu duduk sendiri di bangku luar sekolah, Igo langsung menghampirinya. Dan duduk di samping gadis kecil itu.
"Angie, kenapa disini sendirian? Tak ada yang jemput?" tanya Igo.
Angie menggeleng sedih. Dan Igo heran melihat penampilan Angie yang berantakan. Seragamnya kotor, rambutnya tak serapi tadi pagi. Bahkan ada bekas cubitan di pipinya.
"Wow, kenapa penampilan Angie jadi berantakan?"
Anak itu mencebik kesal, "Ngie abis belantem. Ama Leti."
"Berantem?" tanya Igo memastikan.
Angie mengangguk dengan wajah merengut.
"Kenapa?"
"Leti bilang Patel itu papa balunya Ngie. Mommy natal!"
"Mommynya Angie namanya Natal? Trus, kok bisa Pater jadi papanya Angie?"
Perasaan Igo tak mengenal cewek yang namanya Natal, deh. Natalia kali, panjangnya?
"Butan! Mommy dibilang natal! Mommy ga benel!"
Butan? Natal? Oh, apa anak ini tak bisa menyebut 'k' jadi diganti hurup 't'. Jadi dengan kata lain... Bukan? Nakal?
Igo mendecih gemas. Anak TK jaman kini sudah berani meledek orang tua temannya ya!
"Sudah, Ngie tak usah sedih. Besok Pater jewer tuh yang namanya Leti. "
"Cungguh? Janji ya? Besok jewel Leti?"
Angie mengangsurkan jari kelingkingnya yang mungil. Sambil tertawa Igo mengaitkan jari kelingkingnya ke jari gadis cilik itu.
"Oh, jadi ini yang dibilang papa barunya Angie!" terdengar suara sarkas seorang wanita.
Pasti ini mamanya Leti, pikir Igo gemas. Mulutnya sadis, pantas anaknya suka mengejek temannya. Igo menatap wanita itu dan terpaku.
"Kau!! Damn! I know you!" teriak wanita itu.
Mata Igo membelalak kaget. Dari seluruh tempat di dunia ini, kenapa ia harus bertemu wanita ini? Wanita yang pernah ditidurinya untuk...
"Kau yang mencuri tiket kapalku!" seru wanita itu kesal.
Siapa ya namanya? Whit...ney? Untung Igo ini pandai memainkan ekspresi wajahnya. Ia terlihat tenang, bahkan berlagak tak mengenali wanita itu.
"Nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu?" tanyanya tenang.
Tentu aja si Whitney makin kesal. Lelaki ini sudah menidurinya, mencuri tiketnya, eh masih berlagak pilon gak kenal lagi!
"Oh, mentang-mentang sudah dapat mangsa baru berlagak gak kenal, ya! Mau ngembosin hartanya si Gwen?! Saya kasih tahu ya. Gwen itu biar peternakannya gede, utangnya banyak! Dia mah udah mau bangkrut!" sinis si Whitney.
Si Igo jadi bingung. Kok menyangkut ke Gwen? Itu wanita yang bikin dia berfantasi liar kan?
Terdengar dehaman dingin di belakang punggungnya, si Whitney jadi bergidik.
"Mama Leti, untuk apa Anda mengungkapkan kondisi keuangan saya kepada orang lain?! Apa untungnya buat Anda?" sindir Gwen yang baru aja datang mau menjemput Angie.
Whitney langsung kicep,malu ketahuan ngomongin orang tapi dia juga penasaran pengin tau ada hubungan apa antara si Gwen dengan pria yang udah menipunya ini.
Gwen memandang Igo dan menunduk memberi salam.
"Selamat siang, Pater. "
Paterrrrrr??? Whitney jadi shock mendengar sebutan itu! Masa yang telah memberinya kenikmatan jasmani laknat itu seorang Pastur?!
"Mama Whitney, dia itu Pater Hilarius, pastur gereja kita. Anda tak pernah ke gereja? Ckck," cemooh Gwen.
Apa dia salah mengenali orang? Whitney menatap Igo dengan seksama. Tak mungkin. Sosok setampan dan sejantan ini, pasti dia akan mudah mengenalinya!
"Mungkin Nyonya salah mengenali saya dengan orang lain. Saya memiliki saudara kembar. Kami kembar identik."
Kembar?? Whitney kembali mengamati Igo dengan seksama hingga membuaat mantan gigolo elit ini bergidik. Ih, tatapannya seram. Saat itulah muncul si Katty, anak tertua Gwen.
"Hei, i know you!"
Dia segera berlari mendekati Igo dan memeluk pria itu. Semua orang terkejut melihat tingkahnya. Termasuk Gwen. Dengan gemas ia menarik tubuh Katty supaya pelukannya pada Pater Hilarius terlepas.
"Katty! Apa-apaan kamu? Yang sopan jadi orang!" tegur Gwen pada anaknya.
"Mommy, Katty hanya mengungkapkan kegembiraan Katty. Dia orang yang menolong Katty malam itu!"
Gantian Gwen yang melongo. Jadi orang yang dia pukul malam itu di klub adalah Pater Hilarius! Wajah Gwen merah padam seketika. Astagah! Dia pasti keliatan sangat barbar, tapi..
"Maaf Pater, mengapa malam itu Pater datang ke tempat seperti itu?" tanya Gwen rada curiga.
Untung Igo bisa berpikir cepat untuk memberikan alasan yang tepat.
"Sebenarnya ini kurang etis diungkapkan. Ada seorang ibu yang meminta saya mencari putrinya yang pergi bersama teman-temannya ke klub malam itu. "
Gwen mengangguk paham. Dia merasa bersalah tadi sempat mencurigai Pater Hilarius. Ternyata meski kadang ngomongnya agak kacau, Pater orangnya baik dan ringan tangan. Gwen menatap Igo yang sedang tersenyum padanya. Duh, kenapa hatinya berdesir?
***
Sepasang remaja ingusan itu sedang melakukan hal tak senonoh yang belum layak bagi mereka.
"Faster John!" seru Silva dengan kedua kaki terbuka lebar..
Mereka berdua telah telanjang bulat dan si cowok terlihat sudah siap 'tempur'. Ia menyatukan dirinya dengan kekasihnya, lalu menghentak kasar.
Silva melenguh nikmat tapi mulutnya segera dibungkam oleh tangan John.
"Gila, lo! Lo mau bikin orang serumah mergokin kita disini?!" desis John tajam.
Silva menggeleng. Setelah mulutnya tak dibekap lagi, ia berbisik pelan, "bukannya nyokap bokap lo enggak ada di rumah?"
John menjawab sambil tetap bergoyang liar, "bo..kap.. pasti..gak..ada. Nyo..kap... gak tau.. "
Lalu dia membalikkan tubuh kekasihnya. Dan dengan tergesa-gesa kembali melakukan penetrasi dari belakang. Mereka berpacu agar dapat segera dapat menuntaskan gairah terlarang itu. Khawatir bila Mama si John kembali ke rumah dan mergokin perbuatan nista mereka. Dan nasib tak berpihak pada mereka.
Tok.. Tok.. Tok.. Terdengar orang menggedor pintu dengan tak sabar.
"John! Buka pintu! Kenapa pintu dikunci?!"
Gawat! Nyokap si John udah tak sabar ingin masuk ke kamar anaknya.
"Mommy!" bisik John panik. Buru-buru ia memakai pakaiannya. Silva bergegas mengikuti langkahnya.
"Cepat sembunyi!" perintah John cepat. Terpaksa Silva sembunyi di kolong ranjang.
Begitu pintu kamar terbuka, Nyokap John langsung memandang seluruh ruangan dengan curiga.
"Ngapain aja kamu didalam?!"
"Tidur, Mom. Mom sih ganggu aja. Masih ngantuk, tau!" John pura-pura menguap lebar. "Aku mengunci kamar gegara Leti suka masuk tanpa ijin, menggangggu saja!"
Leti yang mengikut di belakang Mommynya, langsung melet untuk meledek kakaknya. Kakaknya ini amat jarang ada di dalam rumah. Jadi kalau John ada di rumah, si Leti bawaannya ingin mengganggu mulu.
"John, apa anak si b******k Gwen yang namanya Katty sekelas sama kamu?" tanya Whitney, mamanya John.
Silva yang sedang sembunyi di kolong ranjang, jadi tercubit hatinya. Dia benci nama itu! Kenapa mamanya John menyinggung nama itu?
"Iya, Mom. Kenapa emang?" John balik bertanya, dia berusaha biasa aja padahal aslinya penasaran abis. Dari sekian cewek yang diincarnya, cuma Katty yang susah didekati dan diajak tidur!
"Jangan dekat-dekat sama dia! Mommy gak suka pada gadis berandalan itu," cibir Whitney.
"Mengapa? Katty cewek baik kok."
Silva yang mendengar pacarnya membela cewek yang dia benci jadi gregetan. Dia tak bisa marah sama John, abis cowok itu cuek. Kayak gak butuh dia, takutnya sekali dimarahinm John justru mutusin dia! Jadi, mending dia melampiaskan kekesalannya pada cewek cupu itu saja!
"Baik apanya?! Keluarga mereka menyebalkan semua! Katty itu sok cakep, centil, gatelan! Adiknya yang kecil juga berandalan! Lihat, adikmu habis dipukulin sama Angie, adiknya Katty! Trus, mamanya Katty sudah kere, sikapnya gak diri. Sombong kayak nyonya besar! Biar kusuruh Daddymu menagih hutang ke mereka sekarang juga, biar tau rasa!" gerutu Whitney panjang lebar.
Yang membuat John tertarik cuma dua hal. Katty centil dan gatelan? Berarti tuh cewek selama ini sok jual mahal pura-pura alim dong! Lalu keluarga Katty berhutang pada Dad? John tersenyum licik. Dia bisa memanfaatkan hal ini!
"Heh! Malah tertawa-tawa! Gak tau apa Mom lagi kesal?!" tegur Whitney.
"Ck, memang John disuruh ngapain? Gak urusan ama mereka! John juga gak dekat sama si Katty."
Whitney jadi lega, anaknya tak ada urusan sama anaknya Gwen yang gatelan itu.
"Ya udah, Mom. John mau tidur lagi, nih! Ayo keluar. Bawa juga tuh setan cilik!" usir John sambil menarik tangan Leti. Adik kecilnya mulai menggeledah barangnya. Dia khawatir setan cilik itu bisa menemukan apa yang ada di bawah kolong tempat tidurnya. Gawat!
"John! Kasar amat sih, kamu! Anak bapak sama saja!" sambil menggerutu Whitney meninggalkan kamar anaknya.
Blam! John membanting pintu kamarnya dengan keras.
Bersambung