Dean menatap kepergian Keira kecewa tak bisa berbicara lagi dengan gadis tersebut. Saat sedang melihat ponselnya tiba-tiba Keira ada di hadapannya dengan wajah panik membuat Dean terkejut.
"Tolong bantu aku," ujar Keira panik.
"Kamu kenapa?" tanya Dean heran.
"Tolong jadi kekasihku untuk sementara," ucap Keira dengan serius.
Dean tidak percaya mendengar perkataan Keira. Menatapnya dengan heran, ia bingung mendengarkan gadis tersebut mengatakan -tolong jadi kekasihku untuk sementara- apa maksud dari perkataannya.
"Aku mohon bantu aku," ucap Keira memohon pada Dean.
"Tunggu sebentar aku tidak mengerti maksudmu?" tanya Dean.
"Kamu sudah mendengar tadi kalau pernikahanku dibatalkan, tapi keadaannya tidak semudah itu."
Dean hanya bisa mengernyitkan dahinya. Ia tahu gadis ini kecewa, tapi bukan berarti ia mau jadi kekasihnya sementara.
"Kenapa aku harus membantumu?" tanya Dean.
Keira menghela napasnya. "Orang tuaku datang dari Surabaya untuk menemui kekasihku, Cristo dan mereka ga tahu kalau pernikahan ini dibatalkan. Orang tua ku akan kecewa jika tahu semua tidak berjalan dengan semestinya. Aku mohon bantu aku."
Dean menatap mata Keira yang terlihat begitu membutuhkan bantuannya. Ia jadi bingung sendiri apa yang seharusnya dilakukannya?
Ponsel Keira berdering membuatnya terkejut apa lagi tertera nama Papanya di layar ponsel.
"Aku mohon," ujar Keira kembali memohon pada Dean.
"Hanya pura-pura 'kan?" tanya Dean lagi.
"Iya hanya pura-pura. Kamu hanya perlu mengatakan kalau pernikahan kita ditunda dulu sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan."
"Hanya itu?"
"Iya hanya itu."
"Baiklah."
Keira menghela napas lega. Akhirnya pria yang baru saja bertemu dengannya bersedia membantunya walau itu hanya sementara.
"Aku akan menjemput orang tuaku yang ada di depan restoran. Kamu hanya perlu berpura-pura seperti Cristo."
Dean menganggukan kepalanya. Ia tidak tega melihat gadis tersebut kerepotan mengurus semua kekacauan yang terjadi. Ia yakin Keira bukan gadis yang mudah menyerah.
Kedatangan kedua orang tua Keira di sambut dengan senyum Dean. Keira terus memperhatikan wajah Dean memastikan pria tersebut tetap sesuai rencana mendadaknya, berharap semua akan baik-baik saja.
"Selamat siang Pak. Saya, Dean," ucap Dean memperkenalkan dirinya pada Arman, Papa Keira.
"Loh, bukannya nama kekasihmu, Cristo, Kei?" tanya Arman bingung.
Keira menatap Dean dengan khawatir. Pria ini malah jadi salah berkata namanya.
"Maksud saya begini Pak. Nama saya, Dean Angelo. Cristo itu nama panggilan Keira untuk saya," ujar Dean lagi.
"I–iya Pa. Nama Cristo bukan nama sebenarnya, tapi aku suka memanggil Dean dengan nama Cristo," ucap Keira tergagap.
"Pa, kamu ini gimana sih. Anak jaman sekarang berbeda dengan kita dulu. Pasti ada nama-nama khusus setiap pasangan," ujar Rosanna, Mama Keira.
"Nah, benar yang diucapkan Mama, Pa. Papa ini kurang gaul," ucap Keira.
"Ooh begitu. Maafkan Papa yaa Nak, Dean. Papa ga ada maksud yang lain hanya bingung saja. Kamu pas video call dengan ketemu langsung berbeda."
"Mungkin karena efek kamera Keira, Pak. Tapi aslinya saya seperti ini."
"Kamu lebih tampan dari yang di video call loh, Dean," ucap Rosanna.
"Benarkah Bu. Wah saya merasa tersanjung, tapi Bapak dan Ibu jauh lebih muda daripada di ponsel."
Arman dan Rosanna tersenyum sendiri mendengar pujian Dean pada mereka. Dean memberikan kesan pertama yang baik membuat kedua orang tua Keira semakin menyukai calon menantunya.
"Maafkan saya yaa Dean."
"Ga apa-apa, Pak. Saya mengerti kok."
"Jangan panggil Pak dong. Aku ini calon mertuamu jadi sebaiknya kamu memanggil Papa."
"Terima kasih Pak, eeh Papa."
Keira menghela napas dengan lega. Untungnya Dean dapat memberikan alasan yang tepat pada orang tuanya, jika tidak hancur semua rencananya. Dean memang seorang pengacara yang pintar berkata-kata, hal tersebut membuat Keira terpana menatap Dean.
Kedua orang tua Keira dan Dean berbincang-bincang. Berbagai pembicaraan mereka lakukan, dari mulai pekerjaan, keluarga, dan rencana pernikahan Keira dan Dean. Tapi berbeda dengan Keira, ia merasa resah dan gelisah sendiri.
Kenapa Dean belum mengatakan tentang pernikahan mereka diundur? Malah akrab sama Papa. Keira berkata dalam batinnya.
"Jadi pernikahan kalian akan tetap berlangsung minggu depan yaa, Dean?" tanya Arman.
"Iya Pa tentu saja semua rencana pernikahan sudah tertata secara rapi."
"Papa ingin memberikan kalian sedikit bantuan walau tidak banyak." Arman melirik Rosanna.
Rosanna yang mengerti maksud perkataan suaminya mengambil tas dan meletakkan amplop berwarna coklat di atas meja. Dean dan Keira terkejut dengan pemberiaan Rosanna dan Arman.
Dean melirik ke Keira, ia bingung harus melakukan apa. Jika ia menuruti perkataan Keira yang menunda pernikahan mereka pasti akan membuat kedua orang tua Keira kecewa.
Keira melihat ke arah Dean. Ia juga jadi bingung harus melakukan apa saat ini. Kedua orang tuanya begitu tulus dan sangat bahagia dengan rencana pernikahannya.
"Pa, jangan seperti ini. Semuanya sudah saya bayar, saya tidak ingin merepotkan kalian yang sudah banyak membantu. Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan Keira. Keira seorang wanita yang luar biasa membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama saat bertemu dengannya," ujar Dean sambil memegang tangan Keira.
"I–iya Pa. Jangan seperti ini, aku dan Dean sudah membayar semuanya," ucap Keira mencoba memberikan pengertian pada kedua orang tuanya.
"Papa bersikeras untuk memberikan uang ini untuk kalian. Papa hanya bisa membantu sedikit, tolong terima bantuan Papa," ujar Arman.
Keira dan Dean saling bertatapan. Mereka benar-benar bingung sekarang. Haruskah menerima uang pemberian Arman?
"Tolong kali ini saja terima uang ini," ucap Arman lagi.
"Kei, Dean tolonglah terima hadiah kecil dari kami. Papa dan Mama hanya ingin kalian bahagia walau hanya bisa membantu sedikit sekali." Rosanna menimpali perkataan Arman.
Keira menjadi semakin bingung harus melakukan apa. "Baiklah Papa, Mama aku dan Dean akan menerima uang ini. Terima kasih banyak Mama," ucap Keira dengan mata berkaca-kaca.
Dean tersenyum. Benar dugaannya kalau Keira seorang gadis yang baik, ia tidak salah pilih dalam membantu orang lain. Ia akan menikahi Keira walau hanya pernikahan pura-pura.
"Terima kasih Papa dan Mama. Kalian memang orang tua yang paling baik. Keira menjadi seorang wanita yang baik karena kedua orang tuanya ternyata luar biasa. Terima kasih sekali sudah mau menerima saya sebagai menantu kalian," ucap Dean dengan tulus.
Perkataan Dean membuat hati Keira bergetar. Ia menatap Dean dengan mata berkaca-kaca tidak pernah menyangka Dean bisa berkata seperti itu pada orang tuanya, walau baru bertemu beberapa menit yang lalu.
Dean sepertinya memang pria yang mampu membuat orang lain terpesona dengan kata-katanya, tapi aku harus ingat ini hanya pura-pura jangan sampai aku jadi lemah. Keira berkata dalam batinnya.
"Mama, Papa maafkan aku, sebenarnya pernikahan aku dan Dean akan ditunda," ujar Keira dengan putus asa.
Keira tidak sanggup lagi berbohong di depan orang tuanya. Baginya lebih baik mengatakan sekarang walau harus membuat kecewa.
"Apa maksudnya?" tanya Arman terkejut.
"Maksud Keira pernikahan akan ditunda sampai Papa dan Mama dengan Ayah saya. Tapi pernikahan tetap berjalan sesuai rencana," ucap Dean.
"Yaa Tuhan. Kalian berdua ini membuat Papa hampir kena serangan jantung," ujar Arman dengan lega.
"Kei ... kamu ini bisa-bisanya berkata seperti itu untuk Dean meluruskan semuanya kalau ga Mama juga sama seperti Papamu. Serangan jantung mendadak," ucap Rosanna.
Keira menatap Dean dengan tidak percaya. Kenapa Dean mengatakan hal tersebut? Kenapa Dean tidak sesuai rencana? Apa yang di rencanakan oleh pengacara yang tampan tersebut?