Save Me 19

2323 Words
Pagi ini aku siap bertugas lagi di puskesmas. Selepas subuh aku memilih untuk tidak mandi. Pikirnya, bisa nanti menjelang jam enam atau lenbih. Namun, tiba-tiba saja perutku kembali sakit, sama seperti minggu lalu ketika sedang dinas. Awalnya kupikir mules biasa sebelum buang air besar, tetapi ini benar-benar beda. Perutku benar-benar seperti diremas-remas. Aku tidak kuat dan hanya bisa menangis. Mengetahui hal tersebut, Mama segera membelai dan mengoles perutku dengan krim peredah rasa sakit. "Makan apa semalam?" tanya Mama. "Aku cuma makan nasi goreng aja, Ma." "Nggak ada minum atau makan yang aneh-aneh?" Mama memastikan. "Enggak, Ma. Aku minum bawa sendiri, kan, di botol. Tapi sempat minum jus strawberry beberapa teguk. Nggak banyak, Ma." Aku menjelaskan dalam posisi berbaring. Karena Mama masih membelai perut ini untum mengurangi rasa sakit. Bukannya membaik, aku justru semakin sakit. Mama pun meminta aku untuk makan nasi uduk yang telah dibelinya. Lalu, beliau pergi ke dapur dan membuatkan aku secangkir teh hangat. Akhirnya, niatku untuk pergi berdinas di puskesmas pagi ini pun diurungkan. Mama langsung menghubungi Papa untuk memberi kabar bahwa aku sakit. Lalu, seperti biasanya Papa meminta Om Rahmat dan Abi Ustaz untuk membawaku ke klinik. Pagi itu dokter di klinik menyarankan kami untuk pergi ke puskesmas tempatku berdinas. Perintah tersebut bukan maksud menyuruh aku untuk kembali bertugas. Melainkan pergi ke sana untuk melakukan beberapa tes darah. Karena, di klinik tersebut tidak menyediakan alat-alat yang dikatakan oleh dokter. Akhirnya, keesokan harinya aku bersama Om Rahmat pun pergi ke puskesmas. Di sana bertemu beberapa bidan senior. "Septi nggak dines?" tanya seorang bidan. "Saya sakit, Bu, udah seminggu lebih. Hari ini ke delapan." "Lho, kenapa baru periksa sekarang?" "Udah periksa dari awal sakit, Bu, udah ke dua dokter dan klinik. Kata dokter pertama kecapean, terus dokter ke dua sakit tipes. Udah mendingan dua hari lalu, Bu. Tapi, kemarin pas mau berangkat dinas malah sakit lagi. Jadi ke klinik, tapi dari klinik di suruh ke sini untuk cek darah." "Oh, ya udah ... cepat sembuh, ya. Ibu ke ruangan dulu." Bidan itu berlalu meninggalkan aku dan Om Rahmat yang sedang duduk di depan bagian farmasi. "Emang kenapa kamu bisa sakit lagi?" tanya Om Rahmat. "Aku nggak tahu, Om." "Kamu nggak habis kerja capek-capek, kan?" "Enggak, Om. Malamnya aku cuma pergi sama Teh Widi aja, nonton film Ada Apa Dengan Cinta di bioskop." "Ya Allah, Septi! Saya, kan, minta sama kamu selama sakit jangan aktivitas di luar! Eh malah nonton!" Om Rahmat terlihat kesal. "Aku cuma nonton aja sebentar naik mobil Teh Widi, aku cuma duduk, nggak ngapa-ngapain, kok, Om." "Iya, tapi angin malam itu nggak bagus buat kamu." "Ya udah maaf," ungkapku. "Besok-besok saya nggak mau dengar lagi kamu pergi ke luar rumah. Kamu istirahat aja sebelum benar-benar pulih,!" "Iya, Om." "Papa kamu jadi pulang?" "Jadi, sekarang udah jalan dari Bekasi." Di tengah obrolan kami, pihak apotek memanggil namaku. Lalu, Om Rahmat pun segera menghampiri sumber suara tersebut. Aneh! Katanya semua pemeriksaan yang baru saja dilakukan itu hasilnya normal semua. Leukosit, eritrosit, trombosit, bahkan kadar hemoglobin-ku pun normal. Tidak kelainan sama sekali. Lalu, sebenarnya aku ini sakit apa? Empat hal yang kusebutkan tadi adalah beberapa jenis sel darah. Darah tersusun dari kombinasi antara plasma darah dan sel-sel darah, yang semuanya beredar di seluruh tubuh. Sel-sel darah ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Jadi secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas empat macam, meliputi plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit (platelet/keping darah). Semua komponennya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang mendukung kerja darah dalam tubuh. Berikut ulasan lengkapnya. Pertama, Sel darah merah (eritrosit). Sel darah merah terkenal berwarna merah pekat dengan jumlah sel yang cukup banyak di dalam darah, dibandingkan kedua komposisi darah lainnya, yaitu leukosit dan trombosit. Warnanya yang merah pekat salah satunya disebabkan oleh keberadaan hemoglobin, protein yang bertugas mengikat oksigen dalam darah. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang memberikan warna merah pada darah dan bertugas mengangkut oksigen. Strukturnya terdiri atas empat rantai. Setiap rantainya mengandung senyawa yang disebut heme, yang mengandung zat besi. Hemoglobin juga berperan dalam pembentukan sel darah merah sesuai dengan bentuk idealnya, yaitu bulat dan pipih di bagian tengah. Tujuannya untuk mempermudah sel darah bergerak dalam pembuluh darah. Jumlah Hb dapat diketahui dengan melakukan tes darah. Tes hemoglobin sering digunakan sebagai pemeriksaan untuk diagnosis anemia. Biasanya, pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan hematokrit sebagi bagian dari pemeriksaan darah lengkap. Kisaran normal Hb bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Namun, kadar hemoglobin normal umumnya: Pria: 14-18 gram/dL. Wanita: 12-16 gram/dL. Bayi baru lahir: 14-24 gram/dL. Balita: 9,5-13 gram/dL. Hasil di atas juga akan bergantung pada laboratorium tempat Anda melakukan pemeriksaan. Beberapa lab mungkin saja menggunakan pengukuran yang berbeda atau menguji sampel yang berbeda. Sama seperti kolesterol dan tekanan darah, kadar hemoglobin juga bisa lebih rendah  atau lebih tinggi dari batas normal. Bahkan, strukturnya pun bisa bersifat abnormal. Jadar hemoglobin yang tidak normal tidak selalu menandakan masalah medis yang membutuhkan perawatan. Pola makan, aktivitas, obat-obatan, siklus menstruasi wanita, dan kondisi lain juga dapat memengaruhi hasil tes Hb. Kadar hemoglobin yang rendah membuat seseorang kena anemia. Saat didiagnosis anemia, terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi, seperti mudah lelah atau kulit tampak pucat. Ini terjadi karena kurangnya hemoglobin membuat sel darah merah tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuh. Beberapa jenis anemia tergolong penyakit ringan, sedangkan jenis lainnya mungkin saja serius, bahkan mengancam jiwa. Jika Anda mengalami gejala anemia, pastikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar mendapat pengobatan anemia yang tepat. Jika tidak diobati, anemia dapat mengakibatkan komplikasi. Beberapa penyebab kadar Hb menjadi rendah, antara lain: Kehilangan darah akibat pembedahan, menstruasi berat, kecelakaan, dan kondisi lain yang menyebabkan perdarahan. Kurangnya produksi darah karena sel-sel dalam tulang sumsum yang gagal diproduksi. Rusaknya sel darah merah dan kurangnya asupan zat besi, asam folat, atau vitamin B12, serta penyakit ginjal Kadar Hb yang tinggi menyebabkan pasokan oksigen ke tubuh melebihi batas. Kadar Hb yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk gaya hidup atau efek samping dari obat. Selain itu, beberapa kondisi yang menyebabkan kadar hemoglobin tinggi, adalah: Penyakit paru, seperti PPOK dan fibrosis paru. Penyakit jantung bawaan. Gagal jantung bagian kanan. Dehidrasi, merokok, atau berada di tempat yang tinggi. Polisitemia vera (sumsum tulang menghasilkan terlalu banyak sel darah merah). Namun, ada kalanya hasil pemeriksaan Hb yang tinggi tidak berarti serius. Kadang, orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki jumlah hemoglobin yang lebih banyak. Selain kadarnya yang rendah, struktur Hb juga bisa mengalami kelainan. Beberapa kondisi yang menyebabkan hal ini, antara lain: Anemia sel sabit, menyebabkan sel darah berbentuk seperti sabit bukan bulat pipih. Akibatnya sel darah bisa tersangkut di pembuluh darah. Thalasemia menyebabkan kelainan darah akibat gangguan cincin globin pada hemoglobin sehingga tidak dapat mengangkut oksigen dengan baik. Pemeriksaan Hb dalam darah kerap dilakukan berbarengan dengan pemeriksaan darah lengkap. Biasanya, dokter yang nantinya akan menentukan komponen apa saja yang akan diperiksa sesuai dengan keluhan yang Anda sampaikan. Selain hemoglobin, di dalam sel darah merah juga terdapat hematokrit. Hematokrit adalah volume sel darah merah dibandingkan dengan volume darah total (sel darah merah dan plasma). Eritrosit berbentuk bulat dilengkapi dengan cekungan (bikonkaf) di bagian tengahnya. Tidak seperti sel lainnya, sel darah merah lebih mudah berubah bentuk untuk menyesuaikan diri saat melewati berbagai pembuluh darah di dalam tubuh. Berikut kadar normal sel darah merah yang dapat dideteksi dengan tes darah lengkap: Laki-laki: 4,32-5,72 juta sel per mikroliter darah. Perempuan: 3,90-5,03 juta sel per mikroliter darah. Sementara itu, kadar normal hemoglobin dan hematokrit normal adalah: Hemoglobin: Sebesar 132-166 gram per liter (laki-laki) dan 116-150 gram per liter (perempuan). Hematokrit: Sebesar 38,3-48,6 persen (laki-laki) dan 35,5-44,9 persen (perempuan). Selain memberikan warna merah yang khas, hemoglobin juga bertugas dalam membantu eritrosit membawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh, serta mengangkut kembali karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru untuk dikeluarkan. Persentase volume darah keseluruhan yang terdiri dari sel-sel darah merah disebut hematokrit. Sel darah merah terbentuk di sumsum tulang belakang dan dikendalikan oleh hormon yang terutama diproduksi oleh ginjal, yaitu eritropoietin. Sel darah merah akan mengalami proses pematangan selama tujuh hari di sumsum tulang baru kemudian dilepaskan ke aliran darah. Umumnya, masa hidup sel darah merah hanya bertahan sekitar empat bulan atau 120 hari. Selama masa itu, tubuh akan secara teratur mengganti dan memproduksi sel darah merah baru. Dibandingkan dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dalam seluruh komposisi. Meski begitu, komponen darah ini mengemban tugas yang tidak main-main, yakni melawan infeksi virus, bakteri, jamur yang memicu perkembangan penyakit. Hal ini karena sel darah putih memproduksi antibodi yang akan membantu memerangi zat asing tersebut. Normalnya, jumlah sel darah putih pada orang dewasa adalah 3.400-9.600 sel per mikroliter darah, yang terdiri atas beberapa jenis. Berikut jenis-jenis sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang, lengkap dengan persentase normalnya pada orang dewasa: Neutrofil (50-60 persen), Limfosit (20-40 persen), Monosit (2-9 persen), Eosinofil (1-4 persen), dan Basofil (0,5-2 persen). Semuanya memiliki tugas yang sama untuk menjaga sistem kekebalan tubuh. Masa hidup sel darah putih pun cukup lama, bisa dalam hitungan hari, bulan, hingga tahun, tergantung jenisnya. Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya bukan sel. Trombosit atau kadang disebut juga keping darah adalah sebuah fragmen sel berukuran kecil. Komponen darah yang satu ini juga disebut sebagai keping darah. Trombosit memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit akan membentuk sumbatan bersama benang fibrin guna menghentikan perdarahan, sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan baru di area luka. Jumlah trombosit normal di dalam darah, yaitu antara 150.000-400.000 trombosit per mikroliter darah. Jika jumlah trombosit lebih tinggi dari kisaran normal, dapat mengakibatkan pembekuan darah yang tidak diperlukan. Akhirnya, bisa berisiko menimbulkan penyakit stroke dan serangan jantung. Sementara, bila seseorang kekurangan jumlah trombosit dalam darah, maka akan menyebabkan perdarahan hebat karena darah sulit membeku. Plasma darah merupakan komponen darah yang berbentuk cairan. Darah di dalam tubuh Anda, sekitar 55-60 persennya adalah plasma darah. Plasma darah sendiri tersusun dari air kurang lebih 92%, dan 8% sisanya merupakan karbon dioksida, glukosa, asam amino (protein), vitamin, lemak, serta garam mineral. Tugas utama plasma darah adalah mengangkut sel-sel darah, untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh bersama nutrisi, hasil limbah tubuh, antibodi, protein pembeku (faktor koagulasi), serta bahan kimia seperti hormon dan protein yang bantu menjaga keseimbangan cairan tubuh. Protein pembeku yang dibawa oleh plasma ini nantinya akan bekerja bersama trombosit sebagai faktor pembekuan (koagulasi) dalam proses pembekuan darah. Selain mengedarkan berbagai bahan penting, plasma darah juga berfungsi untuk menyeimbangkan volume darah serta kadar elektrolit (garam), termasuk natrium, kalsium, kalium, magnesium, klorida, dan bikarbonat. Keempat komponen darah yang telah disebutkan memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan Anda. Oleh karena itu, jagalah kesehatan Anda untuk mencegah berbagai penyakit yang berkaitan dengan darah. Salah satunya dengan menjalani pola hidup sehat. *** Usai pemeriksaan pagi tadi bersama Om Rahmat, siang ini Papa datang dari Bekasi. Beliau pulang karena ada keperluan penting urusan bisnisnya. Aku menjalani aktivitas hari ini seperti biasanya. Seolah tak sakit apa-apa. Aku berpikir untuk berangkat ke puskesmas besok pagi. Pasalnya, aku sudah lebih dari tujuh hari berdiam diri tidak bertugas. Semakin lama aku di rumah, kian bertambah pulah hari yang harus aku ganti untuk berdinas nanti. Malam ini aku berbaring di atas kasur. Sudah pukul dua belas malam, tetapi aku belum juga tidur. Dari dalam kamar ini terdengar suara televisi yang masih menyala. Aku yakin itu Papa. Ketika telinga ini sedang memperhatikan suara Papa, tiba-tiba saja aku merasakan bahwa tubuh ini sangat panas. Dari ujung kepala hingga telapak kaki, aku benar-benar merasakan panas yang tak biasa. Berhubung aku seorang mahasiswa kesehatan, aku memiliki pengukur suhu tubuh digital. Kuambil benda panjang berukuran sepuluh sentimeter itu. Ibu jari ini refleks menekan tombol kecil untuk menyalakan termometer lalu meletakkan di antsra lipatan lengan dan d**a. Usai mengukur suhu tubuh  ternyata hasilnya normal. Aku bingung! Jika suhu tubuh ini normal, kenapa aku merasakan panas yang begitu dahsyat? Sekujur tubuhku benar-benar panas. Bahkan, telapak kaki yang menempel di permukaan keramik dingin saja masih terasa panas. Aku benar-benar bingung. Rasanya ingin keluar dan bicara pada Papa, bahwa tubuhku panas. Namun, aku takut hal itu justru membuat beliau khawatir. Lalu, tak lama kemudian, tiba-tiba saja banyak darah yang keluar dari hidungku. Karena tidak ada tissu, aku pun bergegas keluar kamar untuk mencari kain atau apa pun yang bisa membersihkan darah ini. Sampai di luar kamar, ternyata benar, di ruang tengah masih ada Papa sedang menonton televisi, padahal saat waktu sudah hampir menunjukkan pukul satu malam. "Kamu kenapa?" Papa terlihat panik. "Aku mimisan, Pa, badan aku juga rasanya panas," ujarku seraya membersihkan darah yang terus keluar. "Kita ke dokter lagi aja, ya." "Tapi udah mau jam satu, Pah," ucapku. Mengetahui hal tersebut, Kakak pun menyarankan aku untuk dibawa ke rumah sakit. Lalu, Papa menghubungi Abi untuk mendampingi kami, tetapi rupanya ayah angkatku itu tidak bisa mengantar. Akhirnya, Om Rahmat-lah yang menemani kami ke rumah sakit. Malam ini seisi rumah panik. Mama tidsk bisa ikut karena di rumah ada Avril, adikku yang masih duduk di bangku sekolah dasar Kami semua membereskan berkas-berkas yang akan dibawa dan sangat diperlukan di rumah sakit nanti. Setelah semua berpakaian rapi, kami pun berangkat. "Hati-hati, ya, kabarin Mama kalau ada apa-apa." Mama mencium kedua pipiku. Om Rahmat dan Teh Widi sudah jalan di depan, sedangkan aku berjalan di belakang mereka bersama lelaki terhebat, Nadi, papaku. Sesuai namanya, aku tak bisa hidup tanpa nadi dan darah Papa yang mengalir dalam tubuhku. Papa tiba-tiba merangkul dan mendekap tubuhku ke pelukannya. "Yang kuat, ya," ujar Papa. Aku benar-benar terharu mendengar Papa memberi semangat. sudah lama aku tak pernah merasakan pelukan beliau. Mungkin, terkahir kalo saat duduk di bangku sekolah dasar. Dan sekarang, aku bisa merasakannya lagi. Namun, tak dipungkiti, kali ini aku benar-benar merasa lemas dan tak kuat lagi. Malam ini pun aku pingsan dipelukan Papa. Aku tidak tahu bagaimana cara mereka membawaku ke dalam mobil, yang kuinginkan, ketika sadar aku sudah berada di pangkuan Teh Widi. "Alhamdulillah udah sadar, Pah." Teh Widi memberitahu Papa dan Om Rahmat yang duduk di bangku depan. *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD