Save Me 21

1713 Words
Kemoterapi, yaitu metode pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat dapat berbentuk tablet minum atau suntik infus. Terapi imun atau imunoterapi, yaitu pemberian obat-obatan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu tubuh melawan sel kanker. Jenis obat yang digunakan, misalnya interferon. Terapi target, yaitu penggunaan obat-obatan untuk menghambat produksi protein yang digunakan sel kanker untuk berkembang. Contoh jenis obat yang bisa digunakan adalah penghambat protein kinase, seperti imatinib. Radioterapi, yaitu metode pengobatan untuk menghancurkan dan menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi berkekuatan tinggi. Transplantasi sumsum tulang, yaitu prosedur penggantian sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Terkadang, prosedur operasi juga dilakukan untuk mengangkat organ limpa (splenectomy) yang membesar. Organ limpa yang membesar dapat memperburuk gejala leukemia yang dialami penderita. Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah: Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru. Tubuh rentan terhadap infeksi. Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma. Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut ini beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia: Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang. Anemia hemolitik. Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor). Gangguan fungsi ginjal. Infertilitas. Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan. Anak-anak penderita leukemia juga berisiko mengalami komplikasi akibat pengobatan yang dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi gangguan sistem saraf pusat, gangguan tumbuh kembang, dan katarak. Belum ada cara yang efektif untuk mencegah leukemia hingga saat ini. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda terkena leukemia, di antaranya: Melakukan olahraga secara teratur. Menghentikan kebiasaan merokok. Menggunakan alat pelindung diri, terutama jika Anda bekerja di lingkungan yang rentan terpapar bahan kimia, seperti benzena. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi kanker sejak dini, terutama jika Anda memiliki riwayat kanker dalam keluarga. Mengetahui aku disatukan dengan pasien leukimia, hal tersebut jelas membuatku takut. Karena, bagaimana pun beberapa tanda yang kualami mengarah ke gejala kanker darah. Seperti mimisan, pingsan, tulang dan sendi-sendi sakit, berat badan turun dan lainnya. Aku benar-benar khawatir dan semakin bingung. Yaa Allah... sebenarnya aku ini sakit apa?" Padahal, sebelumnya aku tak pernah menyangka jika akan dirawat di rumah sakit seperti ini. ***   Sekitar pukul tujuh pagi telepon Teh Widi berbunyi. Ternyata ada Mama yang sudah menunggu kabar di seberang sana. "Assalamu'alaikum, Ma," ujar Teh Widi. Aku bisa mendengar dengan jelas bagaimana suara Mama yang sangat khawatir di sambungan telepon. "Wa'alaikumussalam... Septi, gimana, Wid? Sekarang di rumah sakit mana jadinya? Kenapa nggak ngabar-ngabarin Mama?" "Maaf, ya, Ma... Widi sibuk urus-urus di administrasi sama Om Rahmat. Septi jadinya dirawat di Rumah Sakit Ciremai Bakti Kota Bandung." "Jadi Septi sakit apa?" "Belum ada diagnosis lanjutan, Ma. Sebenarnya dari hasil pemeriksaan lab di IGD dua rumah sakit semuanya normal. Septi nggak kenapa-napa. Mama nggak usah khawatir." "Ya udah, bilang papamu suruh pulang sekarang. Nanti Mama ke sana, mau dibawain apa?" "Baju ganti aja, mungkin sama perlengkapan Septi, Ma." Usai menerima telepon dari Mama, aku dan Teh Widi pun beristirahat sejenak karena sejak semalam kami semua belum tidur. Papa dan Om Rahmat memilih pulang untuk mengambil perlengkapan sekaligus menjemput Mama. Seperti baru terlelap beberapa detik, tiba-tiba saja tubuh ini terguncang akibat tangan Teh Widi yang menggoyang punggungku agar segera bangun. Setelah mataku terbuka, terlihat dengan jelas seorang pemuda berparas sangat tampan. Kulitnya putih, bersih, rambutnya tertata dengan rapi dengan aroma yang begitu semerbak di hidungku. Kedua bulat hitam yang semula sangat lengket, tiba-tiba saja terbelalak saat menatap wajah lelaki di hadapanku. "Maaf, ya, mau diperiksa dulu." Lelaki yang memakai kemeja batik warna cokelat itu ternyata dokter muda. "Iya, Dok," ujarku. Petugas kesehatan itu meletakkan stetoskopnya yang berwarna silver tepat di area paru-paru. Ia memberikan beberapa instruksi agar kuikuti. "Tarik napasnya dari hidung... buang dari mulut." Lelaki itu memindahkan posisi alat pendeteksi suara organ dalam tubuh itu ke area perut. Usai melakukan beberapa pemeriksaan fisik, ia menatapku dengan senyum yang ramah. "Keluhannya apa? Sekarang apa yang dirasakan?" Aku menjelaskan bahwa sudah seminggu lebih merasakan sakit di perut dan badan terasa lemas. Berat badanku terus turun dan semalam merasakan panas di sekujur tubuh padahal suhu badanku normal. "Baik... terus ada keluhan apa lagi?" tanya dokter tampan tersebut. "Itu, Dok... adik saya ini kenapa sering banget mimisan, ya?" tanya Teh Widi. Dokter menjelaskan secara detail bahwa mimisan ada berbagai faktor. Bisa jadi hal yang terjadi pada diri ini adalah selaput darah yang ada di hidungku sudah menipis sehingga begitu sensitif. "Ada yang ingin ditanyakan lagi?" tanya sang dokter. "Enggak, Dok," sahutku. "Baik, terima kasih banyak, ya. Selamat beristirahat." Dokter itu beringsut meninggalkan aku dan Teh Widi. Setelah lelaki tampan itu sudah tak terlihat, aku dan Teh Widi saling menatap. "Dokternya ganteng banget, ya," ujar Teh Widi. Aku terkekeh. "Iya... bener banget, Teh. Bikin melek!" Kami berdua terkekeh dan terus membicarakan betapa tampannya petugas kesehatan yang baru saja memeriksaku itu. Usai membahas hal menarik, kami kembali terlelap karena tak dipungkiri, aku dan Teh Widi sama-sama kurang tidur. Selepas mendengar suara azan Zuhur dikumandangkan, sesaat kemudian aku melihat Mama dan Papa datang membawa banyak makanan. "Assalamu'alaikum," ujar Mama seraya meletakkan bawang bawaannya. Aku dan Teh Widi pun menjawab salam berbarengan. "Wa'alaikumussalam." "Gimana... Septi udah diperiksa sama dokter?" tanya Papa. "Tadi udah ada dokter ke sini, ganteng, ya." Teh Widi menatapku seolah butuh dukungan bahwa apa yang dikatakannya sebuah kebenaran. Aku mengangguk. "Iya, ganteng banget." "Terus apa katanya? Sakit apa?" tanya Mama. "Belum ada diagnosis hasil pasti, Mah. Kayaknya tadi itu cuma dokter jaga, deh. Jadi cuma ngejelasin tentang... kenapa aku sering mimisan." "Tadi pagi juga pas Septi tidur ada perawat bilang, katanya belum bisa diperiksa dokter spesialis karena hari ini sampai Minggu libur. Jadi baru bisa diperiksa hari Senin kayaknya." Teh Widi memberi penjelasan. "Ya udah, sok, atuh... pada malam dulu. Mama masak bistik ayam sama telur." Mama membukakan kotak makan berukuran besar dan menyiapkan piring untuk makan kami. "Mau disuapin?" tanya Mama padaku. Aku tersenyum. Hal ini sudah jarang terjadi. Aku benar-benar merasa senang mendengar Mama menawarkan dirinya untuk menyuapi aku. Aku pun mengangguk. "Iya, mau, Ma." Aku tak pernah membayangkan jika kejadian lima tahun lalu akan terulang. Aku pernah dirawat, dulu... ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat itu aku terkena gigitan nyamuk demam berdarah hingga menyebabkan demam yang sangat tinggi hingga trombositku turun begitu drastis. penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular. Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus. Demam berdarah dapat dipicu oleh faktor risiko tertentu. Beberapa faktor risiko demam berdarah, yaitu: Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya; Tinggal atau bepergian ke daerah tropis; Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah. Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. Hal tersebut terjadi karena nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut. Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10 hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu: Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius. Nyeri kepala berat. Nyeri pada sendi, otot, dan tulang. Nyeri pada bagian belakang mata. Nafsu makan menurun. Mual dan muntah. Pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam. Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening. Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit. Diagnosis penyakit demam berdarah akan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara medis. Selain itu pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah di laboratorium juga harus dilakukan. Sebaiknya, setelah merasakan ada gejala-gejala demam berdarah, segera konsultasi dokter di Halodoc atau langsung kunjungi rumah sakit terdekat, agar bisa langsung dilakukan diagnosis. Saat demam berdarah terlambat untuk ditangani, maka komplikasi akan terjadi. Komplikasi demam berdara atau dengue shock syndrome (DSS) memiliki beberapa gejala dan tanda, yaitu: Tanda perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, perdarahan di bawah kulit, muntah hitam, batuk darah, maupun buang air besar dengan feses kehitaman. Tekanan darah menurun. Kulit basah dan terasa dingin. Denyut nadi melemah. Frekuensi buang air kecil menurun dan jumlah urine yang keluar sedikit. Mulut kering. Sesak nafas atau pola napas tidak beraturan. Penanganan yang tepat dan cepat harus dilakukan ketika pengidap sudah mengalami DSS. Jika tidak segera dilakukan penanganan, maka bisa mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh yang berujung pada kematian. Pengobatan yang spesifik untuk mengobati demam berdarah saat ini belum ada. Pengobatan bertujuan untuk mengatasi gejala dan mencegah infeksi virus semakin memberat. Beberapa upaya yang dianjurkan dokter, yaitu: Banyak minum cairan agar terhindar dari dehidrasi. Cukup istirahat. Konsumsi obat penurun panas yang relatif aman dan dianjurkan dokter. Menghindari konsumsi obat-obatan pereda nyeri. Hal ini dikarenakan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi perdarahan. Pantau frekuensi buang air kecil dan jumlah urine yang keluar. Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah demam berdarah, yaitu: Anak usia 9-16 tahun seharusnya divaksinasi dengue, sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan. Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu. Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap minggu. Menutup rapat tempat penampungan air. Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah. Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah. Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras. Menggunakan kelambu saat tidur. Menanam tumbuhan pengusir nyamuk. Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian. Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi. Mengenakan pakaian yang longgar. Dan menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET), tetapi jangan gunakan DEET pada anak di bawah 2 tahun. Jika sudah melakukan pencegahan, tetapi demam berdarah masih menyerang dan mengganggu aktivitas sehari-hari, segera kunjungi dokter untuk meminta saran. Penanganan sedini mungkin akan membantu mencegah munculnya masalah-masalah yang lebih parah lagi. Dokter di klinik saat itu mengatakan, untuk saja aku segera dibawa ke sana. Jika saja terlambat sebentar saja, maka berakibat fatal. Lalu, besoknya aku malah dirawat ke rumah sakit. Karena, dokter di klinik bilang, jika demamku tak kunjung turun segera bahwa ke Unit Gawat Darurat. Saat itu aku dirawat di Rumah Sakit MP Bakti Raya Bandung. Tanpa menggunakan asuransi dan menghabiskan biaya lebih dari lima juta. Tadi malam aku ditolak dirawat di sana dengan berbagai alasan. Ada-ada saja! *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD