Save Me 38

1823 Words
Setelah seminggu dirawat, akhirnya aku pulang. Selanjutnya, aku menjalani aktivitas seperti biasanya. Hanya berdiam diri di rumah, menonton TV, memainkan ponsel, makan, tidur dan minum obat. Hanya itu kegiatanku selama sakit. Sejak mengetahui berbagai lomba menulis, aku melatih diri untuk menggeluti dunia menulis lagi. Menuangkan segala ide cerita dan pengalaman hidupku. Cerpen yang kutulis bertema Dear Allah ternyata tidak menang. Aku lolos hanya sampai 100 besar saja. Setelah itu, aku mengikuti lomba lainnya lebih dari tiga kali, tapi selalu saja gagal. Kekalahan itu tak membuatku menyerah, hingga ada pengumuman baru tentang lomba cerpen bertema Dear Sahabat. Saat itu aku langsung mencoba untuk mengikutinya lagi. Dua minggu berikutnya aku mendapat kabar bahwa naskahku masuk 50 besar. Lalu, seminggu setelahnya, daftar 10 besar itu diumumkan. Aku memandangi ponsel, berselancar secara hati-hati. "Ah, kayaknya nggak mungkin menang. Banyak saingan!" lirihku sedikit deg-degan. Sampai pada daftar ke 10, nama dan judul cerpenku terpasang di sana. 'Septi Lyan - Siapa itu Sahabat?' Sontak aku pun bertriak karena tak percaya. Saat itu aku benar-benar merasa bahagia. "Alhamdulillah, Ya Allah... tulisanku mau terbit." Rasanya aku ketagihan mengikuti lomba menulis. Selain menjadi bidan, impianku yang lain adalah menjadi penulis. Aku menyadari bahwa diri ini bukanlah penulis profesional, tetapi aku ingin membuat karya serta tulisan-tulisan menjadi bermanfaat untuk orang lain. Cerpen yang terpilih menceritakan sedikit tentang penyakit yang sekarang kuderita. Usai pengiriman naskah untuk lomba menulis, keadaan kesehatanku semakin membaik. Aku terus melakukan kontrol kesehatan setiap seminggu sekali sesuai jadwal yang ditentukan dokter. Aku ingin kembali seperti dulu!! Aku ingin menjadi Septi yang bisa beraktivitas tanpa batas seperti sedia kalah. *** Dua bulan setelah hari ulang tahun, tepatmya bulan Desember 2016, aku kembali dirawat di rumah sakit Ciremai Bakti Kota Bandung. Seminggu setelah keadaanku membaik, akhirnya dokter mengizinkan pulang. Selain orang tua, kakaklah yang selalu menjaga di rumah sakit. Namun sayangnya, hari ini beliau tidak bisa menjemputku di rumah sakit, karena tidak enak badan. "Nanti yang nyetir siapa?" tanyaku. "Papah, aja." Mama menjawab seraya membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang. Sebelum pulang, dokter berpesan agar aku tetap melakukan kontrol kesehatan sesuai jadwal seperti biasanya. Selama berada di rumah, aku Lima hari setelah kepulanganku, kesehatan Teh Widi semakin memburuk. Aku pikir mungkin beliau lelah. Selama ini, menyetir mobil tak kenal waktu. Demi memenuhi keinginanku ia tak peduli siang ataupun malam, hal tersebut selalu dilakukannya ketika aku di rumah maupun di rumah sakit. Setiap hari aku melihat keadaan Teh Widi terus memburuk. Aku sangat khawatir. Suhu badannya terus naik, aku benar-benar merasa sangat bersalah. Minggu siang, tepat sehari sebelum aku kontrol kesehatan, akhirnya Teh Widi dirawat. Aku menyaksikan Papa mengangkat tubuh satu-satunya kakak perempuanku yang  tidak ringan. Melihat hal tersebut, tak terasa butiran bening yang sudah kutahan ini mengalir begitu saja.. "Teh Septi jangan nangis," ujar bibiku. Orang-orang di sini, baik keluarga ataupun keluarga pasti memanggilku dengan sebutan teteh. Mama tak kuasa melihat Teh Widi pergi dibawa Papa menuju rumah sakit. Wanita yang telah melahirkan aku itu menangis. "Aku harus gimana?" Hatiku selalu berharap semoga Allah memberikan surga untuk Papa dan Mama. Tak sedikit tetangga yang datang merasa prihatin. Mama menangis karena aku baru saja pulang dari rumah sakit, sekarang harus melihat anak sulungnya kembali dirawat. "Mama, jangan nangis," pintaku. "Mama sedih... kamu di sini masih harus dijagain. Tapi kakak kamu sakit, Mama harus gimana?" "Bude jangan nangis, kasihan Teh Septi nanti sakit lagi kalau lihat Bude sedih. Sekarang Bude ke rumah sakit aja, sementara ini, kita yang jagain Teh Septi," ujar tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri. Setelah hampir seharian dijaga tetangga, akhirnya Mama dan Papa pulang. Pagi ini aku siap kontrol lagi ke rumah sakit, untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja. Papa mendaftar ke tempat pendaftaran rawat jalan. Apabila pasien baru, kita harus mengisi formulir pendaftaran pasien baru yang telah disediakan. Kemudian petugas pendaftaran mendata identitas sosial pasien, membuat kartu berobat untuk diberikan kepada pasien baru yang harus dibawa apabila pasien tersebut berobat ulang dan menyiapkan berkas rekam jejak medis pasien baru. Apabila pasien lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya), pasien hanya menyerahkan kartu pasien (kartu berobat) kepada petugas di tempat pendaftaran rawat jalan, kemudian petugas mendata antara Iain nama pasien, nomor, poliklinik yang dituju, dan keluhan yang di alami. Selanjutnya, petugas akan menyiapkan berkas medis pasien lama tersebut. Berkas medis milikku saat itu dikirimkan ke poliklinik syaraf oleh petugas yang telah diberi kewenangan untuk membawa berkas tersebut. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan poliklinik antara lain, tanggal kunjungan, nama pasien, nomor, jenis kunjungan, tindakan atau pelayanan yang diberikan, dan sebagainya.. Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, terapi yang ada relevansinya dengan penyakitnya pada berkas medis tersebut. Petugas di poliklinik (perawat atau bidan) membuat laporan harian pasien rawat jalan. Setelah pemberian pelayanan kesehatan di poliklinik selesai dilaksanakan, petugas poliklinik mengirimkan seluruh medis pasien rawat jalan berikut rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke bagian Instalasi paling Iambat satu jam sebelum berakhir jam kerja. Petugas instalasi tersebut memeriksa kelengkapan pengisian berkas medis dan untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya. Petugas instalasi mengolah berkas medis yang sudah lengkap. Petugas instalasi membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk membuat Iaporan dan statistik rumah sakit. Berkas medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medisnya (apabila menganut sistem desantralisasi) berkas medis pasien rawat jalan disimpan secara terpisah pada tempat penerimaan pasien rawat jalan. Sementara aku dan Mama menunggu di ruang dokter, Papa pergi ke ruang rawat inap Teh Widi. Setelah semuanya selesai, aku meminta Mama untuk mengantar ke ruangan kakak. "Mau ke kamar Te Widi," ujarku. "Tapi Teh Widi di ruangan kelas satu, di sana pakai AC," sahutnya. Mama sangat paham dengan keadaanku yang tak bisa terkena AC berlama-lama. "Nanti bisa pakai selimut, kan, Ma." Aku memaksa karena ingin menemani Teh Widi. Akhirnya Mama pun menuruti apa yang kumau. Sampai di ruangan, aku hanya bisa berbaring di atas kursi, meratapi rasa dingin yang menyelimuti tubuh. Katanya, Teh Widi kecapean serta tekena gastritis kronis. Gastritis kronis adalah peradangan pada lambung yang gejala awalnya ringan, semakin hari jadi semakin parah. Kondisi ditandai dengan rasa sakit perut di bagian atas (area lambung) yang tumpul dan tak kunjung hilang. Pada beberapa kasus, gastritis kronis dapat tidak menimbulkan rasa sakit. Radang lambung kronis juga dapat menyebabkan Anda merasa kenyang walau hanya baru makan sedikit. Meradangnya lambung dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, mengonsumsi obat-obatan tertentu, stres kronis, atau masalah sistem imun lainnya. Gastritis kronis yang terjadi dalam waktu lama dapat mengikis lapisan lambung, serta dapat menyebabkan metaplasia atau displasia. Kondisi ini merupakan pre-kanker pada sel yang dapat menyebabkan kanker apabila tidak ditangani.  Gastritis kronis biasanya membaik dengan perawatan, namun memerlukan pengawasan terus-menerus.  Gastritis kronis cukup umum ditemui, tapi jumlah kasus keseluruhannya tidak sebanyak gastritis akut.  Anda dapat mengurangi peluang mengalaminya dengan menghindari faktor-faktor risiko tertentu. Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. Ada banyak tanda-tanda dan gejala dari radang lambung yang sudah kronis ini. Namun, pada beberapa orang dengan kondisi ini awalnya tidak selalu menimbulkan gejala. Ketika sudah parah, barulah gejalanya muncul. Gejala gastritis kronis yang mungkin terjadi adalah: Sakit perut atas. Sembelit. Kembung. Mual. Muntah. Bersendawa. Kehilangan nafsu makan. Penurunan berat badan. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala gastritis kronis yang tidak disebutkan di atas. Bila kita memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter terdekat.  Menurut Medical University of South Carolina jika radang lambung akut ini semakin parah, lambung seseorang akan kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan asam. Selain itu, lambung juga akan kesulitan untuk menyerap nutrisi penting, seperti vitamin B12. Diagnosis dan perawatan dini dapat menghentikan kondisi ini memburuk dan mencegah kondisi medis darurat lainnya, maka itu bicaralah pada dokter Anda segera untuk mencegah kondisi serius ini. Jika kita memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda. Radang lambung kronis terdiri dari berbagai jenis, yang disebut dengan tipe A, B, dan C. Pembagian ini dibuat berdasarkan penyebab gastritis kronis yang mendasarinya. Agar lebih jelas, pembagian jenis gastritis kronis yang merujuk pada penyebabnya adalah: Tipe A. Radang lambung kronis tipe ini disebabkan oleh sistem imun yang menghancurkan sel lambung sehat. Seharusnya sistem imun bekerja untuk menjaga sel lambung dari zat asing yang mengancam, seperti kuman. Namun, sistem imun malah keliru mengira sel-sel lambung yang sehat sebagai ancaman dan akhirnya menyerang sel lambung yang sehat. Setelah lambung meradang, kondisi ini bisa meningkatkan risiko defisiensi vitamin, anemia, dan kanker.  Tipe B. Tipe ini adalah tipe yang paling umum. Gastritis jangka panjang tipe B disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori dan dapat menyebabkan ulkus (luka) lambung, ulkus usus, dan kanker. Bakteri ini memang ada di usus Anda dan umumnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika bakteri ini berkembang biak tanpa kendali, bakteri dapat menyebabkan infeksi lapisan lambung dan usus dua belas jari. Sekitar 50% populasi dunia terinfeksi dengan H. pylori,. Infeksi H. pylori sangat tinggi ditemukan di Asia dan negara berkembang. Tipe C. Tipe ini disebabkan oleh iritan kimiawi seperti obat pereda nyeri NSAID atau alkohol. Kondisi ini juga dapat menyebabkan erosi dan perdarahan lapisan lambung. Jenis gastritis lain meliputi giant hypertrophic gastritis, yang dapat terkait dengan defisiensi protein. Terdapat juga eosinophilic gastritis, yang dapat terjadi bersamaan dengan kondisi alergi seperti asma atau eksim. Berbagai faktor yang bisa memicu gastritis berlangsung dalam jangka panjang adalah: Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang, seperti aspirin dan ibuprofen. Konsumsi alkohol berlebih. Infeksi bakteri H. pylori. Penyakit tertentu, seperti diabetes atau gagal ginjal. Sistem imun yang melemah. Stres intens yang tidak kunjung hilang yang juga menyerang sistem imun. Empedu yang naik ke lambung. Pola makan tinggi lemak dan tinggi garam. Merokok. Gaya hidup yang stres atau pengalaman traumatis juga dapat menurunkan kemampuan lambung untuk melindungi diri Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda. Apabila dokter menduga Anda memiliki gastritis kronis, pemeriksaan fisik dan beberapa tes yang akan direkomendasikan adalah:  Tes bakteri. Tes H. pylori dapat memastikan apakah ada bakteri H.pylori aktif dalam tubuh Anda atau tidak. Untuk mengetahuinya, pendeteksian bakteri bisa dilakukan dengan tes darah, tes feses, dan tes napas.  Jenis tes yang Anda jalani tergantung pada situasi Anda. H. pylori dapat dideteksi dalam tes darah, dalam tes t***a atau dengan tes napas.  Pada tes napas, Anda akan diminta untuk minum segelas kecil cairan mengandung karbon radioaktif. Lalu meniupkan udara ke dalam sebuah wadah dan kemudian menyegel wadah tersebut. Jika Anda terinfeksi H. pylori, sampel napas akan mengandung karbon radioaktif.  Endoskopi. Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya tanda-tanda peradangan, termasuk gastritis kronis. Dokter akan menggunakan suatu tabung fleksibel yang dilengkapi dengan kamera kecil melewati tenggorokan, kerongkongan, lambung, hingga usus kecil.  Bila dokter menemukan area yang mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan di daerah tersebut untuk biopsi. Biopsi adalah pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya H.pylori pada lapisan perut yang menyebabkan gastritis kronis. Tes pencitraan. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan yang terjadi pada saluran pencernaan dengan bantuan sinar X. Dengan tes ini, akan terlihat gambaran kondisi kerongkongan, lambung, dan usus kecil yang meradang.  Gastritis kronis dapat diatasi gejalanya dengan mengikuti pengobatan dokter dan perubahan gaya hidup jadi lebih sehat. *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD