Save Me 9

2644 Words
Ketika memasuki ruang terapi, aku melihat beberapa helai kabel. Sejujurnya aku penasaran, untuk apa kabel-kabel itu? Setelah melihat ke arah kiri, terlihat, seorang perempuan membereskan kabel yang berserakan di atas troli yang didorongnya.  "Nona Septi Lyan, ya?" tanya perempuan tersebut. Aku mengangguk. "Iya, Teh." "Silakan rebahan di sini, ya." Perempuan itu menunjukkan tempat untukku berbaring. Ia berjalan ke arah kanan dan membuka gorden berwarna ungu yang menjadi pembatas antara tempat tidur pasien lainnya. "Silakan berbaring dulu, ya, Teh." Perempuan itu pun meninggalkan aku. Aku menuruti perintahnya, berbaring dan meluruskan badan. Setelah mendapat posisi nyaman, tiba-tiba perluan itu datang lagi membawa botol yang diduga minyak. Lalu, ia memijat wajah dan kepalaku. "Maaf, ya, kalau sakit bilang aja," ungkapnya. Sejujurnya aku sangat nyaman. Dan, pijatannya pun enak, cukup membuatku rileks. Setelah beberapa saat dipijat ia pergi sebentar dan membawa troli berisi kabel-kabel yang tadi dibereskan. Perempuan nitu memasangkan alat pipih perbentuk lingkaran di leher, pipi, belakang kepala serta di pelipis sebelah kiri pada wajahku. Aku heran dan terkejut ketika melihat kabel-kabel itu ditempel ke wajah dan kepala ini. Perempuan itu tetap memintaku untuk berbaring. Lalu, ia memberi penutup di mataku yang rasanya cukup dingin. Setelah itu, ia menyalakan benda yang bersinar seperti lampu. Cahayanya benar-benar silau, padahal mata ini sudah ditutup, tetapi aku masih bisa merasakan. "Nanti rasanya agak sakit. Jangan bergerak dulu, ya, selama mesinnya belum mati." Mendengar instruksi tersebut, aku malah takut dan tegang. Tak lama, aku mendengar suster itu menekan suatu tombol dan mesin itu menyala. Aku baru sadar bahwa kepala ini disetrum. Sejak tadi mataku tertutup hingga tak bisa melihat perawat atau pun ruangan sekitar. Aku mendengar suara langkah kaki perempuan itu menjauh dari dariku. Setelah perawat itu pergi, aku merasakan sakitnya disetrum. Kepala rasanya kayak dibelah, seperti mau pecah. "Ya Allah... Mamah... sakiit banget!" lirihku menahan sakit. Setelah merintih kesakitan, tak terasa aku pun menangis. *** Setelah rutin selama sebulan melakukan perawatan demi kesembuhan. Akhirnya, bell's palsy itu perlahan menghilang. Walau aku masih bisa merasakan efeknya akibat Bell's Palsy sampai detik ini, tetapi hal itu sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Aku sangat bersyukur karena Allah masih memberikanku nikmat berkedip dan tersenyum. Sebelum melakukan perawatan rutin, jangankan berkedip, senyum dan berkumur saja sulit. Bahkan, beberapa pasien yang sakitnya sama pun mengalami komplikasi yang berat. Mereka mengalami lumpuh wajah secara permanen. Beruntungnya aku masih diberi kesempatan untuk sehat. *** Setelah keadaan cukup membaik, aku kembali mengikuti kegiatan perkuliahan dan mulai menjabat sebagai Ketua BEM secara resmi. Beberapa minggu sebelum berakhirnya semester 3 aku kedatangan tamu dari kampus lain. "Septi ada tamu," ujar Pak Satpam kampus. "Siapa?" "Orang dari BEM kampus STIKES." Aku pun pergi menemui orang tersebut di rumah tamu kampus. "Assalamu'alaikum, Kak," ucapku. "Wa'alaikumussalam... maaf, saya mau ketemu sama Ketua BEM Akademi Kebidanan Bina Husada Bandung, ada?" "Iya, Kak, saya sendiri. Saya Septi." "Oh, maaf, sudah bukan Teh Ratna lagi, ya?" tanya pemuda itu. "Iya, Kak, Teh Ratna sudah tidak menjabat. Sekarang saya Ketua BEM Akademi Kebidanan Bina Husada Bandung periode 2015 sampai 2016. Maaf, ada apa, ya, Kak?" "Jadi gini, Teh, saya perwakilan dari forum perkumpulan BEM se-Bandung mau mengajak BEM Akademi Kebidanan Bina Husada untuk berpartisipasi menggalang dana." "Oh, boleh, Kak. Galang dana apa, ya?" "Galang dana untuk bencana asap di Riau. Perihal teknis dan pelaksanaan nanti kita adakan rapat hari Minggu di Masjid Raya, gimana Teh?" "Insya Allah, Kak. Nanti kabarin saya saja. Ini nomor yang bisa dihubungi." Aku menunjukkan nomor pada pemuda tersebut. Saat itu, salah seorang anggota forum perkumpulan BEM se-Bandung mengajak kami bekerjasama. Sebelum mulai penggalangan dana, aku melihat berbagai berita tentang asap Riau di mana-mana. Salah satu berita tersebut adalah: Titik api meningkat, kebakaran hutan di Riau bisa meluas Pada tanggal 30 Juli 2015: Menurut BNPB, asap sempat menutup wilayah Pekanbaru, Dumai, Pelalawan dan Rengat, dengan jarak pandang antara satu dan tiga kilometer. Kebakaran hutan dan lahan di berbagai wilayah di Provinsi Riau dikhawatirkan akan meluas menyusul meningkatnya jumlah titik panas di provinsi itu. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin mengatakan hasil pantauan satelit Terra Aqua pada Kamis (30/07) pagi, pihaknya mendeteksi adanya 186 titik panas di berbagai wilayah Riau. "Dengan tingkat ketepatan di atas 70%, maka diindikasikan ada 140 titik api," kata Sugarin kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (30/07) siang. Secara terpisah, Badan nasional penanggulangan bencana nasional (BNPB) memperingatkan ancaman kebakaran hutan dan lahan makin nyata ke depan apabila masalah ini tidak diantisipasi secara intensif. "Bukan hanya fokus pada pemadaman tetapi upaya pencegahan harus ditingkatkan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam situs resminya. "Jika tidak, maka kebakaran hutan dan lahan bakal terulang seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi tahun 2015, El Nino moderate makin menguat sehingga diperkirakan kemarau hingga November 2015," tambahnya. Menurut BMKG stasiun Pekanbaru, ada 186 titik panas yang terdeteksi, yaitu di wilayah Pelalawan (60 titik), Siak (11), Indragiri Hilir (45), Indragiri Hulu (54), Dumai (6), Bengkalis (5), Siak (11), Kampar (3). "Dari 186 titik panas itu, yang diindikasikan ada api yaitu di Bengkalis (3), Dumai (4), Pelalawan (40), Kampar (2), Siak (9), Indragiri Hilir 33(), Indragiri Hulu (47)," ungkap Sugarin. Kabut asap masih menyelimuti sejumlah wilayah di Provinsi Riau, di antaranya di Kabupaten Pelalawan yang memiliki titik api terbanyak, menyusul kebakaran hutan dan lahan di wilayah itu. Seorang karyawan sebuah hotel di Kabupaten Pelalawan, Riau, menyebut "asap sudah mulai menyesakkan" sejak masuk kerja tiga hari (27/07) lalu. "Asap itu sudah ada sejak pukul tujuh pagi, saat saya berangkat kerja. Dan napas saya mulai sesak," ungkap Wendy, pria itu, saat dihubungi melalui saluran telepon. Menurutnya, nyaris tiap tahun ia merasakan dampak kabut asap yang menyelimuti sebagian Kabupaten Pelalawan. "Sekarang saya lebih banyak berada di dalam ruangan," kata Wendi. Sejumlah laporan menyebutkan, Badan penanggulangan bencana daerah (BNPD) Riau mencatat, sebanyak 1.264,75 Ha lebih hutan dan lahan di Riau telah terbakar. Menurut BNPB, asap sempat menutup wilayah Pekanbaru, Dumai, Pelalawan dan Rengat, dengan jarak pandang antara satu dan tiga kilometer. Tim satgas penanggulangan bencana Riau dilaporkan terus mengupayakan hujan buatan menggunakan teknologi modifikasi cuaca. BNPB mengaku telah mengerahkan dua pesawat terbang untuk operasi hujan buatan di Riau dan Sumsel. Mereka juga telah menyewa helikopter berkapasitas besar untuk pemboman air. Disusul berita lain di bulan berikutnya pada hari Kamis, tanggal 19 September 2019, 18:52 WIB. Kabut Asap di Riau Diprediksi Hanguskan Rp 50 Triliun Angka kerugian akibat kabut asap di Riau diperkirakan mencapai lebih Rp 50 triliun. Koordinator Pusat Studi Lingkungan Hidup, Universitas Riau Dr Suwondo MS memperkirakan Riau mengalami kerugian materiil sebesar Rp 50 triliun lebih akibat kabut asap karhutla melanda daerah itu sejak beberapa bulan terakhir. "Kerugian sebesar Rp 50 triliun itu berasal dari terganggunya aktivitas perdagangan, jasa, kuliner, perkebunan, dan kerugian waktu delay dari aktivitas penerbangan," kata Suwondo di Pekanbaru, Kamis (19/9). Suwondo mengatakan dampak asap karhutla tersebut telah memicu kerugian ganda, untuk semua sektor kehidupan, ekonomi, sosial, ekologi, pertanian dan perkebunan, jasa, dan lainnya . Ia meragukan apakah kasus yang sama pada tahun sebelumnya mesti terulang lagi, sebab fakta saat ini mengindikasikan untuk Riau bakal mengalami kerugian yang sama saat bencana asap tahun 2015. "Kalau bencana asap tahun 2019 lebih lama terjadi, atau sama kondisi asap tahun 2015, maka akan lebih berbahaya lagi dan fatalnya Riau mengalami kerugian ekonomi bisa mencapai Rp 120 triliun lebih, sama kerugian yang dialami pada bencana asap tahun 2015," katanya. Ia menekankan bahwa bencana asap terjadi tahun 2015 dengan komparasi luasan hutan dan lahan yang terbakar mencapai 500.000 hektare. Sedangkan bencana asap tahun 2019 dengan hutan dan lahan terbakar sudah mencapai 300.000 hektare. Suwondo menjelaskan asap telah berdampak negatif sama terhadap kehidupan flora dan fauna. Namun prosesnya hanya membedakan hewan akan sama, dengan makhluk invetebrata, mamalia yakni akan mempengaruhi sistim pernafasan mereka, karena dipicu partikel berbahaya dari kandungan sisa bahan yang terbakar di dalam asap. Semakin halus partikel yang masuk dalam sistem pernafasan saat menghirup asap, maka akan makin berbahaya bagi makhluk hidup manusia dan hewan (hidup di darat). Sebab sistem jantung dan paru-parunya bersentuhan langsung dengan udara terpapar asap itu. "Asap yang bersumber dari kebakaran hutan dan lahan itu mengandung sejumlah komposisi kimia, dan udara otomatis mengalami perubahan, kadar CO (karbon monoksida) makin tinggi karena pembakaran yang makin tinggi itu," katanya. Keberadaan CO yang terhirup oleh makhluk hidup, ia menjelaskan, akan mempengaruhi sistem peredaran darah, pada mahkluk hidup sehingga berkurangnya kemampuan mengikat oksigen, dan CO di udara bisa meracuni darah. Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan, katanya, terhalangnya fotosintetis lebih karena sinar matahari yang terhalang asap, dan suhu menjadi tidak normal. Ketika fotosintetsis terhalang maka mempengaruhi metabolisme pada tumbuhan ditandai daunnya berguguran, gagalnya penyerbukan, berdampak terjadinya gagal panen, bahkan terjadinya penurunan produktivitas sawit bisa mencapai 30-40 persen. "Jika hujan juga tidak turun maka diyakini tumbuhan akan bisa mati, karenanya semua pihak perlu berjibaku mendukung upaya penanggulangan bencana ini dan tetap mengupayakan agar kebakaran hutan jangan sampai meluas lagi, dan cukup sudah kerugian besar yang ditimbulkannya," katanya. *** Berita tentang bencana kebakaran hebat di Riau telah tersebar ke mana-mana. Banyak orang mengirimkan masker juga bantuan yang tersalur untuk warga setempat. Begitu pun kami. Seluruh Ketua BEM kampus di Bandung pun bekerja sama dengan melakukan penggalangan dana. Hasil yang terkumpul akan dislurkan untuk bantuan akibat bencana saudara kita di Riau yang terkena asap selama berminggu-minggu. Penggalangan dana ini berlangsung sejak selesai perkuliahan sampai selepas isya. Hal tersebut adalah pengalaman berharga yang baru kurasakan setelah menjadi ketua BEM. *** Alhamdulillah, selepas penghalang dana untuk asap di Riau itu kini semester 3 pun telah tiba. Selain menjadi Ketua BEM di kampus, aku jugs diberi amanah di desa untuk menjadi ketua remaja masjid putri. Karena hal itulah aku bisa memanfaatkan waktu libur untuk menjayakan dan menghidupkan masjid. Aku selalu memiliki rencana untuk menghidupkan kegiatan masjid. Dari mulai penyambutan tahun baru hijriyah, mengikuti sholawat akbar sewilayah Bandung, hingga istigozah dalam rangkah berdoa bersama untuk melancarkan ujian pun terlaksana. Hari ini, aku dan adikku pergi jalan-jalan ke bazar Kota Cirebon, tepatnya di Masjid Raya At-Taqwa. Aku sengaja tak menggunakan gamis atau kerudung berwarna pink, karena, kemarin baru saja menggunakannya. Kemarin dia berkomentar, agar aku jangan menggunakan warna pink. Katanya, aku terlihat jauh lebih cantik jika menggunakan pakaian dengan paduan warna merah muda. "Teh Septi, wajib pakai cadar!" Itulah kalimat yang masih kuingat. Sore ini, aku diberi kesempatan yang sangat langka, yaitu bisa memasuki menara paling tinggi di masjid ini. "Bayar enggak, ya?" tanyaku pada Fadilah, anak kandung Pak Ustaz, ayah angkatku. "Bayar kayaknya." "Ya udahlah, bayar juga nggak apa-apa," ujarnya. Masing-masing dari kami harus bayar tiga ribu rupiah untuk bisa memasuki menara tersebut. Saat itu aku membawa perbekalan yang cukup, agar tidak lelah saat menaiki tangga. Bangunan itu terdapat lebih dari 9 lantai. Setiap kali sampai di lantai baru, aku selalu mengabadikan momen tersebut sebagai kenang-kenangaan dan bukti, bahwa aku pernah sekuat ini. hehe. Setelah sampai pada puncak menara, aku melihat begitu indahnya Kota Cirebon dari atas sini. Di sisi barat, aku melihat matahari yang dalam hitungan detik akan segera tenggelam. Melihat ke arah timur, terbentang lautan yang amat luas di sisi Kota Cirebon. Dan ketika melihat ke arah selatan, Gunung Ciremai terlihat sangat jelas. Aku sangat bahagia dan tak hentinya mengucap Ma syaa Allah. Maha besar Allah menciptakan alam yang begitu indah. *** Setelah kembali ke Bandung, aku benar-benar tak kenal lelah. Seperti biasanya, setiap Jumat malam, remaja masjid mengadakan sholawatan, atau kami biasa menyebutnya dengan marhabanan. Hal itu adalah salah satu bentuk cinta kami kepada Rasulullah, walau sebagaian orang mengatakan hal tersebut adalah sebuah bid'ah dan tidak ada di zaman Rasulullah, tetapi kami tak peduli. Mereka yang mengatakan hal seperti itu karena tidak memahami secara luas dan lebih dalam lagi arti marhabanan. "Jelas, marhabanan tidak ada di zaman Rasulullah, kan, beliau Salallahu 'Alaihi Wassalam masih hidup. Masa iya, beliau mau memuji dirinya sendiri. Emangmya kita!" Beberapa dalil atau penjelasan tentang bolehnya marhaban bisa dibaca di sini: Rabiul awwal merupakan bulan ketiga dalam kalender Hijriah. Bulan itu menjadi salah satu yang teristimewa karena manusia agung pembawa risalah seluruh alam dilahirkan. Di bulan itu juga, Rasulullah Saw mendapat wahyu pertama dari Allah dengan turunnya Surat Al 'Alaq sekaligus menandakan awal kenabiannya. Pembacaan shalawat, barzanji dan pengajian­-pengajian yang mengisahkan sejarah Nabi SAW menghiasi hari-hari bulan itu. Isnan Ansory dalam bukunya Pro Kontra Maulid Nabi menyebutkan, Syaikh as-Sayyid Zain Aal Sumaith, dalam karyanya Masail Katsuro Haulaha an-Niqosy wa al-Jidal, mendefinisikan maulid Nabi Muhammad yakni, memperingati hari kelahiran Rasulullah dengan menyebut-nyebut kisah hidupnya, dan setiap tanda-tanda kemulian dan mu’jizat sang Nabi Saw dalam rangka mengagungkan kedudukannya, dan menampakkan kegembiraan atas kelahirannya. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa kegiatan yang dilakukan pada moment hari kelahiran Nabi Saw berwujud amalan-amalan ibadah yang bersifat mutlak. Seperti melakukan pembacaan dan pengkajian tentang sirah Rasululullah melalui pembacaan syair-syair yang tertulis dalam kitab-kitab Maulid seperti al-Barzanji, Simtu ad-Duror, ad-Diba’, Maulid Syaraf al-Anam, dan semisalnya, ataupun melakukan kegiatan tertentu yangdikatagorikan ibadah muthlak seperti membaca shalawat, membaca Alquran, bersedekah, dan lainnya. Tujuan dalam melaksanakannya adalah dalam rangka menampakkan kegembiran atas kelahiran Sang Nabi mulia. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT :   قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا   “Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah (dengan itu) mereka bergembira’ “. (QS.Yunus: 58) Allah Ta’ala memerintahkan kita bergembira atas rahmat_Nya dan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam jelas merupakan rahmat Allah terbesar bagi kita dan semesta alam.   Allah berfirman :   وَمَا أرْسَلـْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلعَالَمِـيْنَ   “Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. (QS.Al-Anbiya:107)  Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir, melalui ayat tersebut Allah SWT memberitahukan bahwa Dia (Allah) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak. Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka. Di dalam Tafsir Ruuhul Ma’aani juz VIII halaman 41, karya Syeikh Al Alusi (wafat tahun 1270 H) :   وَأَخْرَجَ أَبُو الشَّيْخِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أَنَّ الْفَضْلَ اَلْعِلْمُ وَالرَّحْمَةَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   Imam Abusysyeikh mengeluarkan (meriwayatkan) dari shahabat Ibnu Abbas –radhiyallaahu Ta’aalaa ‘anhumaa- : “Sesungguhnya al fadhl (karunia Allah) adalah ilmu dan sesungguhnya arrahmah (rahmat Allah) adalah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam”.   Dalam Kitab Shahih Bukhari juz VI halaman 125, cetakan Daar Al Fikr tahun 1401 H – 1981 M / juz I halaman 591, maktabah syamilah:   قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ خَيْرًا غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ   Imam ‘Urwah bekata : “Tsuwaibah adalah hamba sahaya Abu Lahab. Dia memerdekakan Tsuwaibah, kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Ketika Abu Lahab meninggal, salah satu keluarganya bermimpi melihat dia dalam keadaan yang buruk. Sebagian keluarganya tersebut bertanya: “Apa yang engkau temui?”. Ia menjawab, “Setelah meninggalkan kamu, aku tidak menemui kebaikan kecuali aku diberi minuman didalam ini karena aku memerdekakan Tsuwaibah”.   Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits.   عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ   Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, maka beliau pun menjawab: "Di hari itulah saya dilahirkan, dan pada hari itu pula, wahyu diturunkan atasku." (HR. Muslim) [No. 1162 Syarh Shahih Muslim] Shahih.   Wallahu A'lam. *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD