"Arvin seminggu lagi oma dan kedua adikmu akan pulang ke singapura. Oma dan adik - adikmu sangat merindukan dirimu nak," Ujar wanita paru baya itu.
"Benarkah oma? Arvin juga sangat bahagia oma, arvin akan menunggu kedatangan kalian," Ujar arvin berusaha untuk tetap tenang dirinya tidak ingin keluarga besar nya sampai mengetahui masalah yang ia hadapi.
"Baiklah. Oma putuskan teleponnya dulu ya nak, jaga dirimu dan juga jaga istrimu," Pesan oma arvin sebelum mematikan ponselnya, hati arvin semakin sakit saat mengingat kata istrinya.
"Istri? Istri yg mana oma? Mengapa kau sangat menjijikkan vania dan kenapa kau lebih hina dari w************n yang pernah aku temui," Desis arvin menahan rasa benci pada gadis yg ia nikahi itu." Aaaarrgghhh. Plaak. Plaak," sebuah vas bunga di lempar arvin hingga tergelincir di bawah lantai. Membuat Rico yg berada diluar pintu tersentak kaget, dirinya segera masuk guna untuk memastikan keadaan arvin.
"Tuan?" Panggil rico dengan nada cemas," Tuan. Apa yg tengah tuan lakukan? Ayo. Tuan harus istirahatlah terlebih dahulu," Kata rico sambil membantu arvin berbaring di atas ranjang king size. Bisa rico lihat jika tubuh arvin terlihat tidak sehat saat ini." Sungguh malang nasibmu tuan, hubungan percintaanmu tidak sebaik perkiraan orang," Batin rico sambil menatap iba pada sosok majikannya sudah seminggu ini arvin tidak ke kantor bahkan pulang ke mansionnya pun tidak. Sungguh hati arvin sangat hancur saat ini dan vania setiap hari menghabiskan uang arvin bersama kekasihnya itu, seperti hari ini. Vania dan sultan tengah berbelanja barang - barang mahal, vania memberikan apapun yang diinginkan oleh sang kekasih, apapun keinginan sultan selalu dituruti oleh vania. Keduanya membawa semua barang belanja mereka ke depan kasir, mereka berniat membayar semua barang - barang mereka, vania memberikan kartu CREDIT yg pernah arvin berikan pada dirinya ke pada sang kasir.
"Maaf nona kartu ini di tolak," Ucap sang kasir ramah.
"Apa? Di tolak?" Tanya vania dengan perasaan bingung.
"Vania, kenapa bisa seperti ini, lalu belanjaanku bagaimana? Perasaan kemarin - kemarin masih bisa," Ungkap sultan sedikit cemas saat ini.
"Aku juga tidak tahu sultan. Bagaimana ini bisa terjadi, coba yg ini mbak," Ujar vania sambil memberikan kartu ATM miliknya kepada sang kasir.
"Maaf nona. Ini juga tidak bisa," Kata sang kasir kembali.
"Bagaimana dengan yg ini," Kata vania sambil membelikan kartu CREDIT milik ayahnya.
"Maaf nona. Tetap saja tidak bisa," Kata sang kasir kembali.
"Bagaimana ini? Kenapa bisa seperti ini, Mbak apa kau tahu kenapa semua kartu - kartu ini bisa di tolak?" Tanya vania dengan nada cemasnya.
"Yang saya tahu. Jika di tolak kartu - kartu ini sudah tidak bisa digunakan lagi lebih tepatnya sudah di blokir secara otomatis oleh sang pemilik, lalu belanja ini bagaimana nona? Apa akan dibayar dengan uang tunai saja?" Tanya kasir tersebut sambil tersenyum ramah.
"Vania. Jadi bagaimana dengan belanjaku? Kau tahukan jika aku sangat menyukai semuanya," Gerutu sultan dengan nada sebel." Percuma saja kalau begini, dasar tidak berguna buat aku malu saja," Batin sultan menatap sinis pada sosok vania.
"Tenanglah sayang. Aku akan menjaminkan belianku ini," Ujar vania sambil melepaskan berliannya," Mbak apa ini bisa menjadi bayaran dari semua belanja ini. Harga berlian ini lebih mahal dari semua belanjaan ini," Kata vania dengan nada penuh harap
"Tentu bisa nona. Tapi maaf tidak bisa semua barang ini," Kata sang kasir sambil melihat berlian yg diberikan vania kepadanya.
"Ya sudah sayang, barang - barangmu saja ya. Biar barang - barangku besok saja aku ambil," Kata vania dengan wajah kusutnya saat ini.
"Tidak perlu vania, barangmu saja dulu. Lagian akukan tidak terlalu pantas memakai pakaian ini, mungkin itu sebabnya kau tidak bisa membayar belanjaanku," Ujar sultan berpura - pura merendahkan dirinya di depan sosok vania.
"Bu...Bukan begitu sayang, sudah jangan dibahas lagi. Ini mbak aku ambil ini saja," Kata vania sambil menunjuk semua barang milik sultan," Ini berlian pemberian arvin, Masa bodoh, awas saja akan ku beri pelajaran dia. Gara - gara dia aku sampai di permalukan seperti ini," Batin vania mengingat sosok arvin. Selesai mengurus p********n semua barang milik sultan, vania segera melangkah keluar dari mall tersebut.
"Vania. Aku butuh uang untuk membeli semua perabotan di rumah kita sayang," Adu sultan dengan wajah menyedihkannya lagi.
"Tapi sayang kau tahu kan jika ATM ku sudah di blokir, ini pasti kerjaan si pria b******k itu," Gerutu vania dengan wajah sebel.
"Lalu? Uang kontrakanku bagaimana?" Tanya sultan sambil mengeluarkan air mata palsunya, melihat hal itu membuat Vania menghela nafas beratnya, sambil melepaskan gelang, anting dan uang di dompetnya untuk ia berikan pada kekasihnya itu. Mau tidak mau vania harus rela memberikan semua harta bendanya karna ia saat ini tidak memiliki apapun lagi.
"Kau ambil ini dulu, lalu bayar semua tagihan rumahmu segera," Kata Vania mencoba tersenyum kepada sosok sultan selaku kekasihnya.
"Terima kasih sayang. Kau memang yg terbaik," Ujar sultan sambil memberikan sebuah kecupan di bibir vania," Ya sudah aku pergi dulu, kau cepatlah pulang dan tanyakan pada suami bodoh mu itu tentang kartu ATM dan CREDIT yang sudah ia berikan pada dirimu," Tambah sultan sambil melangkah pergi. Vania memberikan anggukan kepalanya sambil menatap kepergian sang kekasih.
"Sultan. Seharusnya kau bersamaku saat ini, tapi kau malah menyuruhku untuk menghadapi semua ini," Batin vania sambil memasuki mobil jemputannya.
****
Perusahaan Arentino
Arvin tengah duduk melamun sambil memikirkan nasib hubungannya yg kandas begitu saja. Sedang diluar kantor arvin, Rohit tengah berteriak memanggil nama arvin berharap arvin mau bertemu dengan dirinya saat ini.
"Arvin. Nak arvin, ini ayah nak. Ayah ingin bertemu denganmu," Panggil rohit dengan nada terlihat menyedihkan saat ini. tak begitu lama sosok rico keluar untuk menemui rohit selaku mertua dari majikannya atau Atasannya sendiri.
"Maaf tuan rohit. Tuan arvin sedang tidak berada di kantor ini, karna beliau sedang sibuk melihat proyek miliknya yg berada luar kota," Ujar rico berbohong, Para staf menatap bingung pada sosok rico yang merupakan sang di rektur keuangan di perusahaan Arentino. Bukankah arvin berada di ruangannya, tapi mengapa justru pria itu mengatakan jika arvin selaku atasan mereka tidak berada di kantor ini. Sudah seminggu rohit mencari arvin dan jawaban yg ia terima selalu sama jika arvin tidak berada di kantor melainkan diluar kota.
"Tapi bukankah kau bilang hari ini arvin akan pulang?" Tanya Rohit pada sosok rico.
"Maaf tuan. Ternyata prediksiku salah. Aku pun tidak tahu jika kepulangan tuan arvin sedikit di undur. Kau sebaiknya pulang dulu nanti aku akan meminta tuan arvin untuk menemui dirimu saja," Kata rico berusaha untuk mengusir sosok rohit dengan cara halus kali ini.
"Baiklah. Tapi tolong beritahu arvin jika perusahan Dirgantara telah di blokir oleh pihak bank," Kata rohit dengan wajah menyedihkannya, sambil melangkah meninggalkan perusahaan Arentino. Rico menoleh menatap para staf yg masih setia menatap dirinya saat ini.
"Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu? Ayo kembali bekerja," Perintah rico dengan tatap tajamnya sambil melangkah masuk menuju ruangan arvin. Bisa rico lihat jika sosok arvin tengah duduk melamun saat ini.
"Tuan. Tadi tuan rohit datang kemari," Lapor rico.
"Ehm. Aku tahu, apa dia sudah pergi?" Tanya arvin sambil memotong semua foto pernikahannya bersama vania.
"Sudah tuan. Apa hari ini tuan yakin akan menemui tuan rohit?" Tanya rico dengan nada ragu.
"Tentu saja," Jawab arvin dengan tatapan setajam silet." Ayo kita berangkat," Perintah arvin sambil melangkah keluar dari kantor miliknya. Arvin dan rico memasuki mobil yg sudah disiapkan oleh bawahan arvin sendiri. Keduanya menuju ke kediaman ayah mertua dari sosok pria bernama arvin. Arvin dan rico telah sampai di kediaman pria paru baya itu, bisa mereka lihat jika rumah itu akan segera di sitak oleh pihak bank terbukti dari sebuah kertas yg ditempel di depan pintu masuk. Arvin dan rico keluar dari dalam mobil mewah mereka, bisa mereka lihat jika rohit begitu girang saat melihat kedatangan mereka berdua.
"Arvin. Nak ar..!!!! Baru saja rohit yang berniat memeluk arvin, tapi langkah kakinya terhenti saat arvin melangkah sedikit mundur darinya. Membuat rohit menatap arvin dengan tatapan bingungnya." Arvin ada apa nak? Arvin, kau lihat rumah ayah mertuamu ini akan di sitak oleh pihak bank. NAK tolong bantu ayah mertuamu ini," Mohon rohit dengan wajah menyedihkannya. Membuat arvin hanya menatap datar pada pria paru baya itu.
"Untuk apa aku menolongmu? Hah," Bentak arvin dengan wajah tak bersahabatnya kali ini," Kau kira aku ini bank? Kau kira aku ini percetak uang? Jika dari awal aku tahu kebusukan kau dengan putrimu aku tidak akan sudi membantumu. Kau dengar itu," Bentak arvin sambil menunjuk wajah rohit dengan tatapan setajam silet miliknya.
"Ma...Maksudmu apa arvin? Ayah tidak mengerti dengan Ucapan mu itu?" Tanya rohit dengan tubuh sedikit bergetar saat ini.
"Maksud tuan ku. Kau dan putrimu telah menjadi pengkhianat di sini, tega - teganya kau berbohong kepada tuanku jika putrimu menerima pernikahan ini. Kau tahu, putrimu telah berselingkuh dengan pria yg bernama sultan dan uang perusahan pun diambil oleh putrimu hingga perusahan Dirgantara terancam bangkrut saat ini," Ujar rico menatap tajam sosok rohit.
"Ti...dak. Itu tidak mungkin, putriku bukan orang seperti itu," Bantah rohit karna tidak mempercayai apa yang baru saja ia denger.
"Bukan seperti itu kau bilang? Asal kau tahu saja, jika putrimu adalah seorang w************n yang rela menjual dirinya demi uang," Teriak arvin di depan wajah rohit. Membuat rohit tersentak kaget dan ikut terpancing saat ini.
"Hentikan ucapanmu itu. Kau boleh memakiku tapi jangan putriku," Teriak rohit ikut terpancing, dirinya menarik kerah baju arvin. Rico yg melihat hal itu langsung melepaskan cengkeraman rohit dari kerah baju majikannya itu. Dengan cepat rico menarik rohit agar segera menjauh dari arvin selalu majikannya itu.
Tbc,