BAB 07 - Play 1

1003 Words
“katakan padanya untuk memberikanku salinannya.” Aku melonggarkan dasi lalu bangkit dari kursi menuju jendela, menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit lainnya yang tingginya berada di bawah gedung milikku. Lalu lintas terlihat dari sini, lumayan padat. Belum ada tengah hari namun kepalaku sudah di pusingkan dengan berbagai hal, belum ada update laporan terbaru tentang Ana, terakhir ia di infokan sedang pergi menuju Hotel dengan beberapa teman kantornya. Phil memberikanku foto Ana dan dua pria di dalamnya yang sedang memantaunya, orang-orang suruhan kakek. Dia benar-benar melakukannya, sudah ku duga. Kakek akan melakukan apa yang ia katakan dan dia tak berbohong mengenai hal itu. Ia pergi dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu hotel ke hotel lainnya. Khawatiranku bukan hanya mengenai Ana, bukan hanya orang suruhan kakek yang juga memantaunya yang lainnya. Aku memiliki alasan kenapa ia harus berada di sekitarku, dan aku tak ingin Ana merasa lebih khawatir lagi mengenai masalah lainnya. Jika dia berada di sekitarku aku bisa memastikan ia tak akan berada dalam kejadian yang membahayakan, bukan berarti aku yakin ia akan mendapatkan masalah hanya saja memastikan hal itu tidak terjadi. Tidak ada yang tahu apa yang mereka akan lakukan pada Ana. Membawanya ke pesta kebun kemarin walau tak di perkenalkan secara resmi semua orang mendengar dan melihat Ana datang bersama denganku dan akan mengira ia adalah kekasihku. Untuk pertama kalinya aku datang dengan seorang wanita. Ini akan menjadi hari yang sulit. Ponselku berbunyi, tubuhku berputar ke arah mejaku. Suara dering khusus yang ku berikan pada salah satu nomor penting. Aku mendekat dengan langkah lebar untuk meraih ponselku. Informasi lainnya datang. ** Waktu sudah menunjukan pukul 16.30 dan keluar dari kantor lebih awal. Jarak antara kantorku dan kantor Ana tidak terlalu jauh, sekitar 20 menit. Phil menghentikan mobilnya lalu melirikku dari kaca spion. Memberikanku informasi, matanya melirik ke arah lain yang membuatku mengikuti arah matanya. “ada dua orang sir, di arah jam 4, lalu 2 orang lainnya di arah jam 1.” Pandanganku berputar untuk memeriksa informasi yang Phil berikan, dan benar saja. Aku mengenal 2 orang suruhan kakek, tampak ak asing bagiku pantas saja. Sementara dua orang lainnya juga tak asing, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Kemungkinan besar mereka pernah juga membuntutiku atau berpapasan denganku. Aku melihat Ana keluar dari gedung bersama dengan Niel, pria yang tadi pagi menyapanya dan aku sudah membaca tentang backgroundnya. Aku kleuar dari mobil dan berdiri seraya bersandar di pintu, tatapan kami bertemu. Ia tampak acuh, sesekali memalingkan wajahnya dan membisikan sesuatu yang tak bisa ku dengar dari sini.  “Dia tidak hot, biasa saja.”perkataan Ana terdengar olehku, membuatku tersenyum tipis. Mereka menghampiriku, kedua tangan Ana berada di lengannya, bergelayut erat. Aku bisa menduganya, apa yang ingin dia lakukan.   “kenalkan, dia kekaksihku.”Niel tampak ragu-ragu, mereka berdua tidak serasi. Aktingnya sangat buruk, si wanita cukup ambisius sementara si pria terlihat ragu-ragu dan bingung. “Ya. Kami adalah pasangan yang berbahagia.”aku mencibir tanpa sadar, drama ini tak masuk dalam pikiranku. Aku tahu siapa dia, dan apa hubungan mereka berdua dan sexualitas Niel. Ia tak akan naksir dengan Ana. Lucunya Ana mencoba untuk menipuku, aktingnya buruk sekali. Aku sudah memperingatkannya mengenai aturan kencan sandiwara kami dan dia langsung melanggarnya. Padahal belum 24 jam dari jangka waktu setelah aku mengatakannya. “Aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga apa yang akan kau katakan.”Taku mempringatkannya.“Aku tahu teman mu Gay.” Mereka berdua tampak terkejut, bahkan Niel yang perlahan-lahan melepaskan lengan Ana. Pandanganku turun menatap ke arah sepatuku, tersenyum remeh sebelum kembali menatap Ana yang masih sama dengan ekspresi terkejutnya. “Ya kau benar. Aku pergi.” Tiba-tiba saja Niel pergi meninggalkan Ana, mereka berdua sangat konyol. Ana mencoba membuatku kesal lagi, dengan melanggar peraturan yang ku katakan. “Bagaimana kau tahu tentang sexualitas Niel? Kau juga mencari tahu tentangnya dan memasukannya dalam biodata orang-orang di sekeliling Ana Wren?.” “seharusnya kau tidak perlu bertanya! Aku tahu semuanya tentangmu Ana. Terbiasalah dengan itu. lagi pula.. rahasiamu akan aman bersamaku.” Aku membuatnya ternganga, dia harus tahu jika aku mengetahui segalanya mengenai dirinya. Hal ini akan menghentikannya dari pembuatan drama selanjutnya. Tadinya aku ingin merahasiakannya tapi Ana tahu aku mencari tahu mengenai ia dan Niel, bahkan keluarganya. Ana pasti akan sangat terkejut jika aku memberitahunya. “Kau tahu, aku adalah player, aku suka kebebasan dan bermain dengan setiap pria. Aku tidak cocok dengan hubungan ini.” “Aku tahu kau selalu pulang tepat waktu Ana, jangan menjelek-jelekan dirimu seperti ini. Setiap orang ingin memiliki image yang bagus kenapa kau menginginkan kebalikannya.”Aku tidak mengerti dengannya, membuatku ilfeel jelas. Tapi sangat bodoh, bukankah ia tahu aku sudah mengetahui tentang dirinya kenapa ia melemparkan karangan yang tak masuk akal. “Apa kau cctv, kenapa kau tahu segalanya. Kau membuatku ngeri!.” Dari ujung mataku, bayangan kedua orang itu terlihat samar. Kepalaku berputar mencoba untuk melihat mereka seolah tak menyadari kehadirannya, aku melihatnya ketika kepalaku berputar. Salah satu dari mereka mengambil gambarku dan Ana tanpa ijin, lenganku melingkar di pinggang nya, menarik Ana untuk menempel ke tubuhku, memeluknya. Memberikan informasi kepada mereka jika hubungan kami itu nyata. “Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku. Sepertinya kita harus membuat perjanjian untuk tidak ada kontak fisik.” Ana mencoba untuk melepaskan diri, ia menarik dirinya, melepaskan tanganku dari pinggangnya. Beberapa kali namun berkali-kali juga aku menariknya kembali, tetap berada di dekatku Ana. Sulit membuatmu patuh, sikapnya membuatku jengkel. Seharusnya dia tahu kodeku. “aku tidak bisa menyetujuinya!.”ucapku merujuk tentang perjanjian. “Apa kau naksir padaku! Lepaskan aku!.” Ia tetap ingin melepaskan diri, aku menatapnya memintanya untuk tetap diam. “kita harus memberikan foto yang bagus untuk para penguntit itu.”aku berbisik tepat di dekat telinganya seketika itu juga tubuhnya membeku, ia berhenti meronta-ronta untuk melepaskan diri dariku. Tatapan kami bertemu, mataku melirik ke arah dua orang sewaan kakek untuk membuntuti kami. Ana melirik ke arah lirikan mataku dan melihat orang-oang itu. Kini ia akan percaya dengan apa yang ku katakan. s “seharusnya aku menebalkan bedakku tadi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD