Dua tahun lamanya Melano sibuk dengan kegiatannya sendiri, pria itu seolah sengaja menyibukkan dirinya didepan layar laptop dan juga ruang meetingnya. Bukan karena ia tidak rindu kepada ketiga sahabatnya namun ia lebih memilih untuk sedikit memberi privasi kepada para sahabatnya yang sudah memiliki rumah tangga, jika ia selalu hadir ditengah-tengah mereka Melano takut akan kerusuhan yang selalu ia timbulkan. Lebih baik seperti ini meski perasaan bosan menyelimuti dirinya setiap hari. “apa kau sama sekali tidak ingin melihat suasa luar?” sindir sang ayah sembari mendudukkan dirinya tepat didepan Melano. Pria tua berwajah tampan itu mengusap-ngusap dagunya, sungguh ia tidak menyangka jika anaknya bisa berubah drastic seperti ini, entah apa yang sebenarnya terjadi kepada Melano, anak semata