“oh!” Johan membulatkan bibirnya sambil matanya terus melirik kearah Lula dan Tejo. “sepertinya Johan harus pamit!!” serunya sambil berlari kencang meninggalkan mereka bertiga. “awas saja kau Johan!” teriak Tae, namun saat Tae ingin mengejar Johan, Tejo mencegahnya. “mau kemana?” tanya Tejo sambil mengerlingkan matanya. “paman masih ingin bicara denganmu!” “oh ayolah uncle, bukankah hari ini aku juga lagi bersedih?” “lalu? Apa kau juga ingin menangis kencang seperti Lula?” Tae menggelengkan kepalanya. “ya sudah sekarang duduk!” perintah Tejo kepada Tae. Tae mengangguk, dan pria itu dengan gemoynnya menuruti perkataan pamannya, meski didalam hati ia berdetak takut. “kenapa kamu tidak tahu tentang masalah Lula?” Tae menghela nafas kesal. “ah! Aku bukan ayah yang harus melin